Minggu, 16 Februari 2014

Erupsi Gunung Kelud Kediri ; Alam selalu menepati janjinya






Selasa,11-2-2014
Saya membaca berita di beberapa portal media online bahwa banyak hewan seperti kijang,ular yang hidup di lereng sekitar gunung Kelud telah turun hingga ke pemukiman warga di sekitaran desa-desa di sekitaran Gunung Kelud , jarak desa terdekat dengan Kelud adalah berjarak sekitar 5-7 kilometer.
Perasaan saya mulai merasa mungkin waktunya sudah dekat, hewan hidup menurut insting,
realitanya...Jika lapar hewan mencari makan. Jika haus ia mencari air untuk minumnya. Dan,hewan tidak memerlukan penyimpanan makanan kecuali sesuai kebutuhannya. Jika terancam keselamatannya ia akan menyelamatkan diri tanpa didahului oleh perkiraan,penundaan maupun pengkajian dan berbagai alasan logis lainnya seperti manusia. Mereka hidup menuruti instingnya dan itu Pasti. Mereka lahir dan hidup menyatu selaras dengan alam, oleh karenanya apapun yang akan terjadi mereka dapat membaca tanda-tanda alam.

Kamis malam,13-2-2014 (Tlatah Khadiri)
Malam ini terasa berbeda dengan malam-malam lainnya, hawa panas membuat gelisah dan suasana terasa kurang nyaman. Sekitar pukul 21.15 ada pemberitahuan dari BNPB Status Gunung Kelud dinaikkan menjadi AWAS setelah dalam 6 jam terakhir aktifitas vulkaniknya semakin meningkat.
Ada perasaan sedih tetapi ada perasaan pasrah juga ikhlas, tidak ada rasa ketakutan ataupun kekhawatiran. Yah, manusia lahir-besar-menjadi seseorang-tua-meninggal, Tumimbal balik dan begitu seterusnya.
(Cakra Manggilingan)
Alam pun demikian, alam perlu untuk meregenerasi dirinya sendiri untuk keseimbangan alam ini dan untuk kebaikan semua makhluk. Begitulah Hukum Alam dan Hukum Kehidupan, apalah yang harus ditakutkan/dikhawatirkan? Saya hanya bisa berdoa semoga Proses Regenerasi Alam Gunung Kelud ini dapat berjalan sebaik-baiknya untuk kebaikan Alam ini dan seluruh makhluknya,
tidak menimbulkan korban dan semoga seluruh makhluk berbahagia.

Dengan perasaan campur-aduk antara sedih luar biasa dan kepasrahan yang dalam akan titah Alam,1 jam sebelum letusan pukul 22.50 saya update status ini


Sekitar pukul 23.00 saya mendengar suara dentuman keras diiringi kilatan dilangit dan suara gemuruh, awalnya saya mengira diluar sedang turun hujan, kemudian saya lanjutkan saja menulis di blog tentang Air terjun Grojogan Sewu.

Sekian menit berlalu tanpa saya sadari di langit penuh suara gemuruh seperti petir dan kilat terus menyambar-nyambar dibarengi dengan suara aneh seperti gemericik air tetapi koq suaranya lain? Saya cek diluar tidak ada air, saya mengira orang rumah lupa mematikan keran ketika mengisi bak di kamar mandi lantai 2.

kemudian saya mengecek ke lantai dua ternyata tidak ada yang menyalakan air. Ketika sekitar pukul 23.30 terjadi dentuman keras yang mengagetkan sekaligus menyadarkan saya saat itu bahwa saatnya telah tiba,
 yah... Gunung Kelud meletus.

Dan suara-suara diluar yang sedari tadi saya kira hujan deras ternyata adalah hujan pasir dan debu yang semakin deras mengiringi letusan besar pukul 23.30 tersebut.

Berikut kronologis erupsi Gunung Kelud menurut Pemkab Kediri :
  • Letusan pertama terjadi pukul 22.55 WIB,
  • Letusan Kedua pukul 23.00 WIB,
  • Letusan ketiga pukul 23.23 WIB, (Petugas vulkanologi tinggalkan pos pemantau Kelud)
  • Letusan keempat pukul 23.29 WIB.
  • Letusan kelima pukul 23.36 WIB (hujan batu sampai di Pare, Kediri).  
  • Letusan keenam pukuk 23.41 WIB (hujan krikil sampai Wates dan Pesantren, Kediri.
  • Letusan ketujuh pukul 23.55 WIB (hujan krikil sampai di Malang).
  • Letusan kedelapan  pukul 00.05 WIB (hujan kerikil sampai ke Pace, Nganjuk). 


Gunung Kelud Meletus

Malam ini Kelud menepati janjinya, menunaikan tugasnya sebagai Gunung Berapi untuk memperbaharui alam ini, menjaga keseimbangan dan kesuburan sang Ibu Pertiwi dan sesuai siklusnya untuk mengeluarkan segala muatan material vulkaniknya berupa batu,kerikil,pasir diringi suara dentuman-dentuman keras, suara halilintar dan kilat yang menyambar-menyambar sungguh suatu kombinasi yang menakutkan sekaligus menakjubkan, itulah kebesaran alam dan salah satu cara saya mengenalNya melalui wujud ciptaan-ciptaanNya.

Sekitar pukul 01.30 suara gemuruh yang menggetarkan dinding dan kaca-kaca rumah dan tentu saja menggetarkan hati kami di kawasan Kediri,Blitar dan Malang mulai berhenti hanya sesekali terdengar seperti suara petir namun tidak terlalu keras seperti sebelumnya.

Hujan pasir yang tadinya cukup deras pun mulai berkurang dan berubah menjadi seperti gerimis pasir.

Sekitar pukul 04.30 gerimis pasir di kota Kediri telah berhenti ( Namun ternyata mulai dini hari daerah-daerah di wilayah Barat Daya yang mulai terkena hujan abu vulkanik efek erupsi dari gunung Kelud dan akhirnya sampai ke Jawa tengah dan Jawa Barat pada siang harinya)

Setelah hari mulai terang, saya keluar untuk melihat keadaan sekitar rumah dan ternyata telah berubah menjadi lautan pasir. Bunga,dedaunan dari pepohonan semua menjadi putih memakai bedak cap Gunung Kelud :D .



Talang air dan Kanopi fiber di taman tidak kuat menahan beban pasir kelud+air hujan,akhirnya jebol dan menimpa mobil di garasi rumah warga
 
Pantai Pasir Kelud






Depan Perumahan BI Kediri

Depan Perumahan BI Kediri


Masih diliputi rasa penasaran bagaimana keadaan jalanan kota Kediri saya pun jalan-jalan pagi menuju Simpang Lima Gumul sang Ikon Kota Kediri bagaimanakah wujudmu hari ini? Ternyata jalan raya pun berubah menjadi lautan pasir tebal sehingga menyulitkan pengendara sepeda motor mengendarai kendaraannya harus pelan-pelan dan berhati-hati sekali.Karena rawan selip dan kaki mereka harus siap menyangga kendaraannya, sungguh melelahkan berkendara di kondisi jalan seperti ini. Simpang Lima Gumul yang biasanya ditempuh 15 menit dari rumah menjadi 45 menit karena semua berjalan lambat.

Dan inilah Foto-foto keadaan Kota kediri dan Simpang Lima Gumul pagi hari ,
setelah Erupsi Gunung Kelud

 
Bundaran Taman Sekartaji Kediri


Bundaran Taman Sekartaji Kediri


Jembatan Brawijaya Kediri

Jembatan Lama Kediri

Sungai Berantas Kediri Pasca Erupsi Gunung Kelud




Jarak pandang terbatas karena debu vulkanik



Banyak bangunan dan kanopi bangunan yang ambruk karena tidak kuat menahan beban hujan pasir efek erupsi gunung Kelud






Simpang Lima Gumul Kediri kebanggan warga Kediri berubah menjadi lautan pasir

Pengungsi yang baru tiba di SLG menuju posko pengungsian di Convention Hall SLG yang dialih fungsikan karena tempat pengungsian mereka dengan radius 15 kilometer dari pusat letusan terkena hujan kerikil, padahal sebelumnya ditetapkan ambang batas aman 10 kilometer, ternyata letusan kelud lebih besar kali ini


Saya tidak pernah memiliki pemikiran alam atau Tuhan sedang marah (kalau saya berpikir Tuhan maha Pemarah, jelas itu kontradiktif dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan maha Penyayang )

Bagi saya.... Alam sedang berproses sebagaimana seharusnya awal penciptaanNya. Gunung Berapi ada atau diciptakan bukan hanya memberikan bencana bagi makhluk hidup tetapi peran terbesarnya adalah untuk menjaga keberlangsungan makhluk hidup dan keseimbangan alam dalam jangka panjangnya
( Memang... yang sering terlihat adalah efek jangka pendeknya yang menimbulkan kerusakan bahkan bahaya bagi sekitarnya)

Terlepas dari segala cerita Legenda yang melatarbelakangi kisah Gunung Kelud tentang Lembu Suro dan Putri Kediri, atau juga kaitannya dengan cerita mistis yang lain yang beredar dan diyakini sebagian masyarakat,
perlu kita pikirkan dan sadari lagi, Gunung Berapi adalah suatu siklus yang berulang dari jaman dahulu, alam berproses...manusia pun berproses,
jika dulu erupsi Gunung Kelud memakan ribuan nyawa...
 karena selain ilmu pengetahuan untuk mendeteksi aktivitas gunung berapi sejak dini masih sangat minimal, sistem komunikasi yang tidak seperti saat ini, kurangnya kesiapan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya
sehingga menimbulkan terhambat untuk akses mengungsi,
jatuhnya korban yang banyak juga karena pasca erupsi dilanda kelaparan, karena pada jaman itu koordinasi bantuan tidak secepat sekarang, jadi korban kelaparan pun banyak berjatuhan.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan kegunung-apian oleh pihak pemerintah yang siap sedia berbagi kepada masyarakat, sistem komunikasi yang baik, kerjasama yang baik antar pihak-pihak terkait dapat meminimalkan bahkan menghilangkan korban-korban yang tidak perlu.
Proses alam terus berulang, dan alam selalu memberikan tanda-tanda sebelumnya, semoga kita dapat belajar dari alam dan setiap kejadian untuk membekali diri kita khususnya kita yang hidup di lingkaran cincin api.

 Ketika gunung meletus banyak mengeluarkan abu. Saat ini hujan abu vulkanis melanda hampir sebagian besar Pulau Jawa,Berikut sedikit dari banyaknya manfaat Gunung Api bagi keberlangsungan hidup manusia:

1.
Menyuburkan tanah
Pernahkah Anda berfikir kenapa penduduk Indonesia sebagian besar berada di pulau Jawa? Salah satu alasannya adalah pulau Jawa tanahnya subur. Kesuburan tanah ini diakibatkan oleh banyaknya gunung api yang terdapat di pulau Jawa. Ini barangkali salah satu manfaat kegiatan vulkanisme. Kenapa gunung api bisa menyuburkan tanah?
Ketika gunung meletus banyak mengeluarkan abu. Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi daerah pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua tahun saja, tanah ini menjadi jauh lebih subur. Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan tahun. Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara yang menyuburkan tanah.

2.
Bahan galian
Bahan galian yang sangat berharga banyak dihasilkan gunung api. Pada saat gunung api masih aktif dihasilkan bahan galian seperti : belerang, pasir, batu bangunan, tras, batu apung, dan sebagainya. Sedangkan pada saat gunung api yang istirahat dapat dihasilkan bahan tambang seperti : emas, perak, besi, timah, marmer, dan lainnya. Di samping itu banyak pula batuan malihan akibat persinggungan magma dengan mineral tertentu, sehingga terbentuk cadangan mineral baru yang lebih berharga, seperti tembaga, batu pualam, dan kokas.
3.
Obyek wisata
Jika Anda pernah mengunjungi kawah Gunung Kelud, Gunung Bromo di Jawa Timur atau Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat tentunya Anda akan bisa berceritera indahnya gunung api. Memang gunung api bisa menjadi obyek wisata alam yang menarik. Di sini kita bisa menyaksikan kepundan yang menarik, pemandangan yang indah, hawa yang sejuk dan segar, aroma bau belerang, atau keanehan dan keindahan lain yang hanya bisa ditemukan di sekitar gunung api.
4.
Penangkap air hujan
Gunung api juga bermanfaat sebagai penangkap hujan yang baik. Dengan tanahnya yang subur, berakibat pada tumbuh suburnya berbagai tumbuhan dan hutan yang lebat. Ini berarti gunung berapi menjadi tempat reservoir air tanah yang sangat baik. Hutan lebat ini bisa menghasilkan mata air yang sangat berguna terutama sebagai sumber air di musim kemarau. Sedangkan musim hujan, hutan dapat menyerap air dan menahan erosi/longsor sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.

Bahkan dalam kejadian sepahit apapun jika kita bisa memaknai dan belajar dari alam maka kita akan memetik pelajaran yang bisa meningkatkan kesadaran kita akan makna kehidupan (ataupun makna kematian) Hal pahit tidak selalu pahit tergantung bagaimana cara kita melihatnya...bisa jadi itulah suatu Kebaikan yang tak ternilai.
Alam adalah Guru Terbaik...sebuah kitab suci yang tergelar di alam raya tempat kita menimba ilmu dan pengetahuan seluas dan sedalam mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar