Senin, 03 Februari 2014

Gunung Kelud Kediri - Status Waspada




Anak Gunung Kelud

Mulai Minggu (02/02/2014) pukul 09.45 WIB, Sepuluh Kepala Desa yang datang dari Desa Manggis, Jagul, Kunjang, Margourip, Bedali, Pandantoyo, Ngancar, Babadan, Sempu dan Sugihwaras dan petugas dari Satlak Bencana Kabupaten Kediri, membahas persiapan dan kesiapan menghadapi peningkatan status Gunung Kelud dari aktif normal menjadi waspada, dan kemungkinan peningkatan status lagi, hingga Gunung Kelud Meletus.

Status Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar dinaikkan menjadi waspada. Pos Pantau Gunung Kelud merekomendasi kawasan steril dalam radius 2 kilometer (km), sehingga sejak itu objek wisata Gunung Kelud ditutup untuk umum. Peningkatan aktivitas Gunung Kelud tercatat sejak pertengahan Desember 2013 lalu dari 10 hingga 20 kali sebulan terjadi gempa vulkanik dalam. Hal itu terus meningkat rata-rata 25 kali terjadi gempa.
Menurut Kepala Pos Pantau Gunung Kelud, selama bulan Januari telah terjadi 315 kali gempa. Peningkatan terus terjadi. Pada pukul 24.00 WIB hingga 06.00 WIB pagi tadi terjadi 63 gempa vulkanik dangkal dan 13 gempa vulkanik dalam, serta satu kali gempa teknonik jauh. Sedangkan suhu sekitar 55 derajat celcius.

FLASHBACK:
Catatan Letusan Gunung Kelud Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Setelah letusan pada tahun 1919 yang memakan korban ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin,
Pemerintah penjajahan Belanda membuat sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini.. Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990. Pada tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya, tetapi tidak jadi meletus.

TAHUN 1919 - 1990:
Letusan 1919 Letusan ini termasuk yang paling mematikan, karena menelan korban 5.160 jiwa dan merusak sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km. Meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905, kenyataannya lahar dingin muntah kemana-mana.
Untuk itu, Hugo Cool pada tahun 1907 ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik. Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan di sana dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966 sepanjang, 45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera.
Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik. Letusan 1990 Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung itu. Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai 1994.

TAHUN 2007:
Letusan 2007 Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi. Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal.
Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan. Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi siaga. Danau kawah Gunung Kelud praktis hilang karena kemunculan kubah lava yang besar yang nampak sebagai anak gunung.



Sungai Air hangat gunung Kelud


UPDATE :

(10/2) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan statusnya menjadi siaga (level III). Itu berarti, ada peningkatan aktivitas yang cukup signifikan di gunung berapi tersebut.
   
Kepala PVMBG M. Hendrasto kepada Radar Kediri (Jawa Pos Group) mengatakan, perubahan status Gunung Kelud menjadi siaga ditetapkan pada pukul 16.00. Sebab, hingga tengah hari pukul 12.00 kemarin, terjadi peningkatan gempa yang didominasi gempa vulkanis.
   
Selain itu, suhu air di kawah Kelud meningkat. Sejak dipantau 23 Januari hingga kemarin, terjadi kenaikan suhu rata-rata sekitar 4 derajat Celsius. "Dengan sejumlah indikasi itu, akhirnya kami naikkan statusnya," ungkap pria asli Solo tersebut.
       
Karena status waspada berubah menjadi siaga, menurut Hendrasto, daerah terdampak letusan dapat diperluas sesuai dengan ancamannya. Meski demikian, keputusan tersebut tidak ditentukan oleh PVMBG.  Melainkan satuan pelaksana penanggulangan bencana (satlak PB) di setiap wilayah terdampak. "Kami hanya memberikan rekomendasi," terangnya.
       
Rekomendasi lain, sambung Hendrasto, masyarakat dan wisatawan tidak diperbolehkan mendekat ke puncak Gunung Kelud dalam radius 5 kilometer (km). Sebelumnya, ketika level waspada, radius 2 km dari puncak harus steril. Karena itu, masyarakat di kawasan rencana bencana II (KRB II) harus lebih waspada.
   
Kendati telah berstatus siaga, Hendrasto mengimbau  masyarakat agar tetap tenang. Jangan sampai terpancing oleh isu-isu tentang letusan Gunung Kelud. Karena itu, dia meminta,  masyarakat mengikuti arahan dari satlak PB. "Terus berkoordinasi. Abaikan informasi dari luar," harapnya.
       
Menanggapi hal itu, tadi malam satlak PB langsung melakukan koordinasi di ruang Grahadi Pemkab Kediri. Mereka membahas tindak lanjut dalam menyikapi kenaikan status Gunung Kelud itu.

Sementara itu, sebagian warga di lereng Kelud melaporkan adanya aktivitas hewan hutan yang turun ke permukiman penduduk. Binatang yang paling sering terlihat adalah kijang dan ular. "Kemarin (Senin, 10/2) ada dua ekor kijang yang lari ke bawah dan menabrak warga," kata Rodiyah, 40, warga Desa Sugihwaras.

Menurut Rodiyah, turunnya hewan gunung itu menjadi pertanda makin dekatnya letusan. Hal tersebut dikuatkan dengan makin panasnya suhu udara di lereng Kelud sejak kemarin. Sejak penetapan status siaga kemarin, hingga kini warga terus melakukan persiapan mengungsi. Mereka yakin letusan kali ini jauh lebih dahsyat daripada 1990 dan 2007.



 ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

 Jumat 14-2-2014 Pukul 01.36 suara letusan gunung Kelud dan gemuruh di langit diiringi kilat mulai mereda walaupun sesekali masih terdengar menggetarkan kaca-kaca dirumah wilayah Kota Kediri yang berjarak sekitar 46 km dari Gunung Kelud,
hujan debu vulkanik intensitas tidak sekuat beberapa jam yang lalu. semoga saudara-saudara di kecamatan Wates dan sekitaran gunung Kelud selamat dan dalam pengayomanNya
 Erupsi Gunung Kelud, silahkan baca disini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar