Senin, 14 September 2015

Candi Belahan ; Petirtan Peninggalan Kerajaan Airlangga


Candi Belahan- Pasuruan

Petirtaan Belahan, lebih dikenal dengan Candi Belahan adalah sebuah pemandian bersejarah dari abad ke 11, di masa kerajaan Airlangga. Petirtaan Belahan terletak di sisi timur gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Kecamatan Gempol. Pemandian ini berbentuk kolam persegi empat yang mendapat pasokan air dari sebuah sungai kecil. Dinding sebelah barat belakang mengepras lereng gunung penanggungan dengan bentuk relung-relung yang dahulunya berisi arca perwujudan Airlangga sebagai dewa Wishnu. Dengan ukuran panjang 6,14 m dan lebar 6,14 m

Tampak depan gerbang memasuki komplek Petirtan


Menurut sejarah, selain sebagai tempat pertapaan Prabu Airlangga, petirtaan ini juga di fungsikan sebagai pemandian selir-selir Prabu Airlangga. Oleh karena itu, sebagai bentuk pengabdian dibangunlah 2 patung permaisuri Prabu Airlangga, yaitu Dewi Laksmi dan Dewi Sri. Pada dua patung tersebut, mengalir aliran air dari bentuk payudara patung, dan karenanya petirtaan ini terkadang di sebut sebagai Sumber Tetek (Tetek : Payudara, Jawa)



Pada tahun 991 M, Raja Bali yaitu Udayana membuat sebuah candi di sebelah barat Gunung Pananggungan, Pasuruan, Jawa Timur. Nama candi itu adalah Petirtaan Jolotundo, dibangun untuk memperingati hari kelahiran anaknya yakni Airlangga. Pada tahun 1009 M, Airlangga yang sudah dewasa membangun candi yang berdekatan dengan Petirtaan Jolotundo tersebut. Warga setempat menyebutnya Candi Belahan, atau Candi Sumber Tetek. Arca keduanya melambangkan kesuburan. Konon, kolam ini adalah tempat mandi para istri dan selir Prabu Airlangga. Bagian puting arca Dewi Laksmi sempat diperbaiki, karena awalnya air yang keluar hanya jatuh di kakinya. Dikhawatirkan hal ini bisa merusak kaki patung, maka pengelola candi berinisiatif untuk memasang pipa di bagian dada tersebut agar airnya langsung meluncur ke kolam.


Foto-foto Petirtan Belahan dan suasana sekitarnya dapat dilihat dibawah ini ya: