Minggu, 01 Mei 2016

Wawancara dengan Joshua Oppenheimer, Sutradara Film 'The Act of Killing'


Tragedi kemanusiaan yang menimpa bangsa Indonesia 30 September 1965 menjadi sorotan film kontroversial 'The Act of Killing'. Ingin tahu apa yang mendorong sutradara Joshua Oppenheimer menghabiskan waktu tujuh tahun di Sumatra membuat film yang memenangkan berbagai penghargaan internasional ini? Ikuti wawancaranya bersama Patsy Widakuswara dan Tim VOA.

Jagal - The Act of Killing (full movie)



JAGAL (The Act of Killing)

Anwar Congo dan kawan-kawannya menari-nari sepanjang adegan musikal, menyiksa tahanan dalam adegan gangster bergaya film noir, lalu berkuda melintas padang rumput melantunkan yodel koboi. Upaya Anwar membuat film mendapatkan sambutan meriah dalam acara bincang-bincang di televisi, sekalipun Anwar Congo dan kawan-kawannya adalah pembunuh massal.

Medan, Sumatera Utara. Ketika pemerintah Indonesia digulingkan oleh militer pada 1965, Anwar dan kawan-kawan 'naik pangkat' dari preman kelas teri pencatut karcis bioskop menjadi pemimpin pasukan pembunuh. Mereka membantu tentara membunuh lebih dari satu juta orang yang dituduh komunis, etnis Tionghoa, seniman, dan intelektual.

Dalam film Jagal, Anwar dan kawan-kawan berusaha menyampaikan imajinasi mereka tentang pembantaian yang mereka lakukan ke dalam sebuah film fiksi. Sebuah upaya justifikasi heroisme yang perlahan berubah menjadi mimpi buruk.

Jagal adalan sebuah cerita tentang para pembunuh yang menang, serta tentang masyarakat yang mereka bentuk.

Film Jagal bukan kisah tentang Indonesia belaka. Ini adalah kisah tentang semua orang di dunia.