☆ Membantu Anda menemukan keselarasan Kesadaran Tubuh Fisik, Kesadaran Pikiran, Kesadaran JIWA dan menyatukannya dengan Kesadaran Semesta dalam menjalankan kehidupan yang Anda inginkan.
Berikut 17 Tingkat Kesadaran Manusia yang dikategorikan
menjadi Force (getaran negatif) dan Power (getaran positif).
Force (Getaran Negatif)
1. Shame — Malu (20)
Pada tingkatan ini seseorang akan merasa dirinya tidak berharga,
mengarahkan diri untuk membenci dirinya sendiri, low self-esteem, dan merasa
sengsara.
2. Guilt — Bersalah (30)
Sebuah langkah kecil di atas tingkatan malu, namun masih
termasuk kedalam getaran rendah (negatif) dalam tingkatan kesadaran. Kecenderungan
untuk memanipulasi cara berpikir sendiri, tidak bisa memaafkan diri sendiri
atas kejadian masa lalu. Punya tendensi destruktif, menyalahkan orang lain atau
lingkungan sekitar (keadaan).
3. Apathy — Apatis (50)
Emosi dari Apatis ini adalah putus asa, merasa tidak
memiliki harapan, needy, dan bergantung pada orang. Bentuk ketidakberdayaan.
4. Grief — Kesedihan (75)
Merasa sedih atau kehilangan. Melihat dari sudut pandang
bahwa sesuatu itu adalah tragedi untuk dirinya. Cenderung menyesali perbuatan
yang telah terjadi.
5. Fear — Takut (100)
Selalu melihat dunia sebagai sesuatu yang berbahaya dan
tidak aman. Pada tingkat ini Anda dihantui banyak kecemasan dan rasa takut pada
sesuatu yang akan atau belum terjadi.
6. Desire — Keinginan (125)
Tingkat ini dipenuhi dengan hasrat dan nafsu yang kuat.
Seseorang di tingkat ini mudah kecanduan sehingga bisa terobsesi dan kompulsi.
Keinginan bisa menjadi dorongan untuk membuat seseorang
melakukan apa saja demi mendapatkan yang diinginkannya. Misal, untuk menjadi
sukses atau terkenal, memiliki banyak uang, menjadi selebritas, atau
mendapatkan apa pun yang menurut orang akan mendatangkan kebahagiaan. Namun,
kegagalan untuk mencapai keinginan mengarahkan seseorang pada frustrasi dan
kebencian.
7. Anger — Marah (150)
Tingkat ini dapat membuat Anda terjebak dalam rasa
frustrasi, menjadi antagonis, dan mencari pembalasan.
Kemarahan dalam waktu lama dapat membuat seseorang terjebak
dalam kebencian. Bisa benci dengan orang, keadaan, atau semua hal.
8. Pride — Bangga (175)
Pada tingkatan ini seseorang bisa mulai merasa baikan. Hanya
saja perasaan yang muncul adalah perasaan yang salah karena bergantung pada
faktor eksternal seperti uang, harta, kemewahan, dan gengsi.
Seseorang yang berada pada tingkatan ini bisa menjadi arogan
(menghina, meremehkan sesuatu atau orang lain) dan defensif. Ia meyakini bahwa
setiap serangan yang datang dari orang lain bersifat pribadi.
Power (Getaran Positif)
9. Courage — Berani (200)
Sesuai yang disebutkan oleh Hawkins, skala 200 ini adalah
titik balik perubahan. Dalam tingkatan ini seseorang mungkin masih punya rasa
marah, merasa tidak ada harapan, dan arogan. Akan tetapi, di titik ini ia telah
memiliki cukup kekuatan untuk mengatasinya semua itu jauh lebih baik.
Sebagai perbandingan skala di bawah 200 masih melihat diri
mereka sebagai korban. Sedangkan tingkat ini adalah titik pertama
pemberdayaan.
Jika Anda ada di tingkatan ini Anda akan mulai
mengambil tanggung jawab pribadi dan memiliki minat
dalam pengembangan diri. Masalah kini dipandang sebagai tantangan yang
menarik untuk diselesaikan.
10. Neutral — Netral (250)
Di tingkat kesadaran netral seseorang akan lebih rileks
dan fleksibel menjalani hidup. Tidak ngoyo, merasa aman, dan percaya
diri.
Contohnya: jika saya dapat kerjaan itu berarti bagus, jika
tidak pun tidak masalah.
Seseorang di tingkatan ini memilih melepaskan emosi yang
negatif dan mengisinya dengan hal positif.
11. Willingness — Kemauan (310)
Jauh merasa lebih aman lagi. Orang yang berada di tingkatan
ini mulai mendorong dirinya untuk melakukan yang lebih baik dalam hal apapun.
Menjadi lebih terorganisir, mengembangkan lebih banyak
kemauan dan komitmen untuk berkembang.
12. Acceptance — Penerimaan (350)
Tingkat ini menjadi awal tranformasi kesadaran. Menyadari
bahwa diri kitalah yang menjadi sumber kebahagiaan kita sendiri dan kita yakin
bahwa ada KEKUATAN BESAR bersama dengan kita.
Mulai pro-aktif untuk mengembangkan diri. Tingkatan dimana
seseorang mulai mengatur dan berusaha mencapai tujuan.
13. Reason — Akal Budi (400)
Di tingkatan ini hidup menjadi lebih berarti. Seseorang di
tingkatan ini ingin membagikan apa yang ia bisa kepada dunia. Bisa
berpikir dengan lebih jelas dan rasional.
14. Love — Cinta (500)
Siapa yang tidak tahu tentang cinta? Dalam tingkatan ini
seseorang bisa mencintai tanpa syarat dari hati. Mengetahui dan menyadari bahwa
kita saling terhubung satu sama lain sebagai ciptaanNya.
Pada tingkat ini ia akan dipandu oleh KEKUATAN BESAR, juga
memiliki intuisi yang kuat. Hawkins menyatakan bahwa hanya 1 dari 250 orang
yang bisa mencapai keadaan ini dalam hidup mereka.
15. Joy — Suka Cita (540)
Hanya dengan berada di sekitar orang dengan tingkatan ini
dapat mengangkat tingkat kesadaran Anda. Kemurniaan suka cita dan merasa
bahagia.
Banyak orang suci dan guru spiritual berada pada tingkat
ini. Membawa perasaan utuh dan dapat memperluas kesadaran.
16. Peace — Kedamaian (600)
Ini adalah tingkat transendensi total. Merupakan cara
berpikir tentang hal-hal yang melampaui apa yang terlihat, yang dapat ditemukan
di alam semesta.
Contohnya, pemikiran yang mempelajari sifat Tuhan yang
dianggap begitu jauh, berjarak dan mustahil dipahami manusia.
17. Enlightment — Pencerahan (700-1000)
Tingkat kesadaran manusia tertinggi di mana umat manusia
berpadu dengan keilahian. Ini adalah tingkatannya Nabi atau orang yang
diberkati ilahi. Dengan hanya memikirkan tentang mereka, seseorang dapat
meningkatkan tingkat kesadarannya.
Secara kolektif, individu yang mencapai tingkat kesadaran
tertinggi dapat mengimbangi dan membantu mereka yang berada di tingkat
kesadaran lebih rendah untuk meningkatkan tingkat kesadarannya.
Mengetahui Tingkat Kesadaran Utama
Mengetahui tentang tingkat kesadaran utama menurut saya
sangat penting. Tanpa mengetahui tingkat kesadaran utama, kita ibarat
kehilangan arah dan meraba-raba dalam gelap.
Skala Hawkins dapat membantu kita mengidentifikasi ada
dimana tingkatan kesadaran kita. Lalu kemudian membuat rencana pengembangan
diri yang mudah dan bisa ditindaklanjuti.
Ini terjadi sebelum kebangkitan spiritual. Biasanya, seseorang mengalami kehilangan segalanya, atau kehilangan hampir semua yang melekat pada jiwanya. Contohnya sesuatu yang penting bagi Anda yang dapat tergantikan atau yang tidak dapat diganti.
Ini termasuk keluarga, orang2 yang anda cintai, tempat tinggal, pernikahan, kendaraan, pekerjaan, dll.
Kehilangan salah satu dari ini dapat menyebabkan depresi berat,
tetapi kehilangan segalanya atau hampir semuanya dalam satu waktu..
Inilah malam gelap jiwa. Merasakan Sendirian berjalan dalam kegelapan akan menjadi pengalaman terburuk dalam hidup Anda.
Bisa saja...tidak setiap jiwa perlu mengalami ini untuk mengalami kebangkitan spiritual. Namun, biasanya beberapa dari kita agak lebih keras kepala daripada yang lain walaupun sudah dibangunkan dengan cara yang lembut namun kembali tidur lagi
Terkadang malah berusaha mengabaikan atau menganggapnya tidak ada (padahal dirasakannya), penyebabnya bisa berbagai hal, baik itu karena “tuntutan” lingkungan yang tidak memungkinkannya memiliki kesempatan untuk mengevaluasi diri atau kontemplasi mendalam memahami kebutuhan dari jiwa. Atau pun karena saking kuatnya tarikan yang diberikan oleh lingkungannya, sehingga keasyikan, dan panggilan bangunnya pun terabaikan karena cenderung lebih tertarik pada dunia material ( wujud) yang diterima karena lebih menyenangkan atau memuaskan naluri indrawinya untuk eksistensi citra diri ( yang sebenarnya palsu)
daripada menyelam ke dalam dan mengasah batin , mengenali dirinya yang sejati atau asli.
maka pada suatu titik, kebingungan eksistensial ini akan berubah menjadi kehampaan eksistensial dan terus menerus berputar di tempat yang sama.
Hal hal seperti inilah yang menyebabkan sebagian dari kita tidak hanya membutuhkan dorongan, tetapi bahkan dijatuhkan dari tebing tertinggi ke jurang terdalam.
Dilansir dari LonerWolf.com
The Dark Night of the Soul atau bisa di artikan masa kegelapan jiwa, adalah suatu periode dalam hidup ketika kita merasa benar-benar terputus dari Tuhan atau Ilahi, semakin Anda sadar akan putusnya hubungan ini, semakin besar kemungkinan Anda mengalami The Dark Night of the Soul.
Melalui periode The Dark Night of the Soul sangat terkait erat dengan proses kebangkitan spiritual, sebelum melihat dan menemukan cahaya (yaitu kebangkitan spiritual) kita harus “berjalan melalui lembah hitam bayang-bayang dari kematian”, untuk mempersiapkan hati dan pikiran kita dalam rangka peningkatan kesadaran.
Coba kita analogikan seperti berpakaian, untuk mengenakan pakaian yang baru maka Anda harus melepaskan terlebih dahulu pakaian yang lama, singkatnya, itulah yang dimaksud dengan The Dark Night of the Soul, semua yang lama harus dilucuti terlebih dahulu guna memberi jalan pada yang baru.
Ini berarti bahwa semua penderitaan yang Anda alami selama periode The Dark Night of the Soul adalah semata-mata untuk suatu tujuan, yaitu, penghancuran sistem yang lama (meliputi kepercayaan, identitas, kebiasaan lama) untuk membuka jalan bagi jalan-jalan kehidupan yang baru dan segar.
Hidup merupakan sebuah siklus kelahiran dan kematian, karena itu, melewati malam gelap bukanlah sebuah pengalaman yang indah, intinya ini adalah sebuah pengalaman yang tersulit yang di ketahui oleh kita sebagai umat manusia.
Semuanya akan dilucuti dari Anda, tidak ada cahaya, tidak ada kejelasan dan tidak ada kedamaian, tetapi ketahuilah seperti segala sesuatu dalam hidup, secara alami akan memudar.
Beberapa tanda Anda mungkin sedang mengalami The Dark Night of the Soul (bersamaan dengan kebangkitan spiritual) :
• Anda merasa terisolasi dari segalanya (orang lain, diri Anda sendiri, kehidupan).
• Anda merasa ditinggalkan oleh Tuhan / Ketuhanan.
• Suasana hati Anda hampir selalu rendah dan melankolis.
• Anda merasa tersesat dan tidak tahu arah mana yang benar.
• Anda merasa putus asa dan merasa ngeri saat mengamati dunia.
• Anda merasakan ketakutan yang bersifat eksistensi.
• Anda merasakan kelelahan yang dalam hingga terasa sampai ke tulang Anda.
• Anda kehilangan motivasi untuk terus melakukan apa yang biasa Anda lakukan.
• Anda kehilangan minat pada banyak hal yang dulunya begitu menarik minat anda.
• Anda terus merenungkan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang kehidupan.
• Anda merasa tidak cocok atau seharusnya tidak berada di planet ini.
Daftar ini belum tentu mencakup semua tanda-tanda yang mungkin terjadi ketika berada di periode The Dark Night of the Soul,
Anda mungkin mengalami tanda-tanda yang tidak disertakan diatas.
Ada beberapa cara untuk mempercepat proses The Dark Night of the Soul
1.melakukan latihan-latihan yang berhubungan dengan bathin seperti meditasi dll
2. mengasah dan melatih bathin juga sangat penting
Teman2 dapat menyimak video saya sebelumnya tentang 5 Cara membersihkan Cakra2 dan energi tubuh dan 3 Cara Praktis Penyembuhan Luka batin, ini akan sangat membantu proses penyembuhan dan melalui malam kegelapan Jiwa. Nanti Link video nya saya taruh di kolom deskripsi ya teman2
ini seperti perbedaan antara membiarkan pakaian lama Anda lepas begitu saja (proses yang lama dan melelahkan) atau secara aktif menarik pakaian lama Anda dan membuangnya sendiri.
Di setiap rasa sakit ada cahaya terang yang menunggu disana ketika kita sudah berhasil melewati badainya.
Berlian pun harus melewati proses panjang dan rumit hingga berkilau indah juga bernilai tinggi? Manusia pun sama memiliki berlian didalam dirinya..ditempa dengan tantangan hidup, kesakitan, kesedihan hingga akhirnya batinnya berkilau ketika berhasil melewati setiap ujiannya,
Terkadang obat memang pahit tapi itu menyembuhkan dan tetap harus kita minum atau terima rasa pahitnya sebagai proses kita berkembang versi terbaik kita.
Saya yakin setiap ada suatu keadaan tertentu yang diambil dari hidup kita artinya Semesta memberikan ruang untuk keadaan atau pengalaman baru yang hadir dalam kehidupan kita.seiring peningkatan dimensi kesadaran spiritual kita maka dunia kita pun berubah dan terjadilah lompatan kuantum.
Jika saat ini Anda sedang melalui fase tergelap dalam hidup Anda, jangan menyerah. Mungkin terasa seperti selamanya, tetapi matahari akan terbit. Anda berada di sini karena suatu alasan dan Anda mengalami rasa sakit ini karena sumber penciptaan memiliki sesuatu yang khusus direncanakan untuk Anda. Saya berharap Anda. beruntung dalam perjalanan ini.
Selanjutnya tugas kita adalah fokus pada hal-hal yang ingin kita capai dalam hidup.
Ingat… energi tidak mengenal kebahagiaan atau kesedihan, baik atau buruk.
Alam Semesta layaknya sebuah provider, apa yang kita fokuskan itulah energi yang kita tarik.
Jadi… mulailah memikirkan, merasakan dengan penuh kesadaran hal-hal yang membuat kita bahagia dan merasa lebih bersemangat menjalani kehidupan ini
Dan terimalah dengan penuh syukur dan bahagia semua Berkah yang Alam Semesta hadirkan dalam kehidupan kita
Kita mengetahui bahwa Semesta ini adalah Energi, Frekuensi dan Getaran yang terus menerus bergetar, yang semakin tinggi semakin dekat dengan kecepatan cahaya.
Frekuensi Getaran Energi adalah tingkat dimana atom dan sub partikel dari suatu benda atau makhluk bergetar dan terus-menerus bergetar hingga pada waktu tertentu, energi ini akan menyatu dan bergetar pada getaran tertentu dan membentuk realitas.
Jadi...secara umum dipahami bahwa vibrasi energi adalah kualitas energi kita, semakin tinggi getarannya, maka semakin baik pula kualitas energi kita dan semakin rendah getarannya maka semakin rendah pula kualitasnya. Begitulah pemahaman singkat pada umumnya,
Disini saya akan coba berbagi pemahaman dan menguraikan tentang energi secara multidimensi. Tentang bagaimanakah getaran energi tubuh kita dengan lebih mendalam lagi. Yang sebenarnya adalah tingkat getaran energi tubuh kita ini terdiri dari amat sangat banyak hal. Karena segala sesuatu yang menjadi bagian susunan tubuh kita ini terdiri dari banyak unsur. yang masing-masing bagiannya memiliki getarannya masing-masing.sedangkan tubuh kita terdiri dari susunan yang sangat kompleks bukan?
Kita mulai dari bagian terkecil tubuh kita seperti sel-sel tubuh, setiap sel di dalam tubuh memiliki getarannya sendiri. Dari sel kita lanjutkan ke organ yang berada didalam tubuh yang masing-masing pun memiliki getarannya sendiri. Kemudian sistem kelistrikan di tubuh memiliki getarannya sendiri. Masing-masing cakra baik cakra mayor (utama) maupun cakra minor pun memiliki memiliki getarannya sendiri-sendiri. Kemudian aura dan lapisan-lapisan aura itu sendiri masing-masing memiliki getarannya sendiri. Pikiran memiliki getaran khusus, hati kita pun memiliki getarannya sendiri.
Jadi dari gambaran dan uraian singkat ini bisa dipahami dan dibayangkan betapa kompleksnya dan multidimesi nya vibrasi energi seseorang itu karena setiap bagian dari tubuh memiliki getarannya sendiri. Tetapi ketika kita berbicara tentang sesuatu yang lebih spesifik, maka dari semua unsur getaran ini jika disatukan atau digabungkan, maka akan membentuk getaran keseluruhan atau Getaran Energi Multidimensi kita. Dan keseluruhan gabungan getaran inilah yang disebut Getaran Energi Anda yang merupakan kualitas getaran energi anda.
jadi...walaupun kita memiliki berbagai unsur-unsur tubuh yang memiliki getaran dengan ritmenya masing-masing, namun ketika semuanya bergabung akan membentuk getaran secara keseluruhan. Inilah yang merupakan getaran atau vibrasi unik anda.
Getaran Energi Tinggi dan Getaran Energi Rendah
Getaran energi tinggi adalah getaran energi dengan frekuensi yang lebih tinggi dan terasa ringan.
Getaran Energi rendah adalah getaran energi dengan frekuensi getaran yang lebih rendah dan terasa berat.
Contohnya: Kemarahan, Keraguan, Kebencian, Keraguan, Ketakutan, Iri hati, Penilaian, Ketidaksabaran, Ketidakharmonisan, Ketidakseimbangan dan Rasa tidak aman.
Yang perlu diketahui dan menjadi catatan penting disini bahwa "Energi adalah NETRAL" Pemahaman yang terlanjur tertanam di benak dan pikiran sebagian besar orang adalah getaran energi tinggi dilabel positif dan getaran energi rendah dilabel sebagai negatif. Memang begitulah cara kerja pikiran kita sebagai manusia ketika sedang menggunakan kesadaran fisik ( pikiran yang dilapisi ego di muka bumi ini kita selalu butuh apapun untuk dilabel, semuanya selalu penuh dualitas, inilah yang menyebabkan polarisasi kita dalam memandang segala sesuatu yang menyebabkan keterpisahan, perbedaan, seperti siang-malam, gelap-terang, Benar-Salah, Baik-Jahat, Aku-Kamu, Hitam-Putih.
Kesadaran Dualitas inilah yang menyebabkan kekacauan, peperangan atas apapun di muka bumi ini sejak jaman lampau. Namun, sekarang di jaman keemasan kebangkitan kesadaran spiritual ditandai dengan terbangunnya kesadaran spiritual secara massal terlebih disaat-saat pandemi covid 19 luar biasa sekali perpindahan kenaikan dimensi kesadaran yang terjadi di bumi, maka kita akan mulai naik kesadaran menuju kesadaran berbasis Jiwa yang mana menyatu dengan Kesadaran Semesta (Ilahi)
Saya tidak akan membahas tentang dualitas lebih panjang lagi disini, jika teman-teman berkenan nanti akan dibahas di bahasan tersendiri ya,
Kita kembali ke topik getaran energi, setelah saya memberikan gambaran singkat tentang pemahaman dualitas. saya harap teman-teman bisa menjembatani pikiran dengan cakrawala yang lebih luas tentang pemahaman konsep yang terlanjur melekat bahwasanya ada perbedaan getaran energi positif dan negatif, padahal yang sebenarnya energi adalah NETRAL, ketika kita mulai melabel maka akan semakin banyak kekacauan dan penderitaan yang terjadi.
Vibrasi atau Getaran Energi itu sangat kompleks dan multidimensi , jadi tidak cukup dipahami dengan pengertian bahwa ketika kita menghadirkan perasaan cinta, damai, senang,bahagia,bersemangat di dalam pikiran kita maka kita akan berada dalam posisi getaran energi yang lebih tinggi.
dan menghindari bentuk-bentuk emosi seperti rasa sedih, takut, marah, kecewa dan lain-lain karena dilabel negatif atau getaran energi rendah.
Ketika kita mulai melabel emosi tertentu sebagai positif dan negatif, yang terjadi pastinya kita hanya ingin selalu berada dalam getaran tinggi karena dianggap positif. Dan pasti kita menghindari bentuk emosi yang lebih berat seperti kesedihan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan dan lain-lain karena dinilai negatif.
Sangat wajar kita akan merasakan sedih, marah dan kecewa karena dikhianati, menderita kerugian dan lain-lain. wajar jika kita merasakan kesedihan ketika kehilangan orang-orang yang disayangi, dicintai atau anggota keluarga lainnya, orang-orang tercerahkan dengan getaran yang sangat tinggi pun masih merasakan emosi ini, apakah lantas getaran mereka langsung turun? tentu saja TIDAK, selama kita menempati tubuh fisik sebagai manusia amat sangat wajar kita merasakan bentuk-bentuk perasaan ( emosi) justru ini membuktikan bahwa kita adalah Manusia ASLI yang memang terdiri dari susunan yang kompleks. Tetapi kita tidak larut dalam bentuk-bentuk emosi itu hingga menjadi bulan-bulanan, kita bertindak dan melatih diri dan kesadaran kita hanya sebagai pengamat dari bentuk-bentuk emosi tersebut. Fase Netral ( Tidak Menolak Duka seperti kita tidak menolak Suka) adalah titik kenaikan atau transformasi jiwa kita yang sebenarnya. Kita tidak akan mencapai terang sempurna jika kita menghindari sisi gelap manusia yang memang ada tetapi takut untuk dihadapi, kita tidak akan mencapai getaran tinggi jika kita tidak mampu mengatasi dan menghadapi getaran energi yang lebih rendah.
Dengan kita menerima semua bentuk-bentuk emosi getaran rendah seperti marah, kecewa, sakit hati, sedih sebagaimana adanya seperti kita menerima semua energi getaran tinggi dengan bentuk rasa suka dan bahagia kita mengijinkan energi untuk mengalir dan berubah bentuk.
Dalam konteks Spiritual, Emosi adalah bentuk-bentuk aliran energi yang bisa kita rasakan oleh hati atau perasaan kita, dan sesuai sifat energi bahwasanya energi itu harus mengalir bukan? Lalu apa yang terjadi ketika kita menghindari, melarikan diri, mengabaikan atau menekannya sedemikian rupa? Menolak atau melarikan diri dari Bentuk-bentuk emosi (perasaan) justru hal ini membuat energi kita stagnan dan tidak mengalir, semakin dihindari dan ditekan mulailah terjadi luka batin yang tidak kunjung sembuh, trauma, maupun sumbatan-sumbatan pada cakra-cakra di tubuh eterik kita, dan tebak apa yang terjadi selanjutnya? Justru getaran energi kita makin turun, karena sumbatan-sumbatan atau hambatan-hambatan inilah yang menahan kita di getaran rendah. Jika kita menghindari ini maka kita melewatkan bagian penting dari proses transformasi jiwa menuju kedewasaan spiritual.
Ketika kita terbangun secara spiritual bukan berarti kita harus selalu menjadi makhluk spiritual yang berada dalam getaran tinggi dan menghalau semua bentuk-bentuk energi dari emosi dengan getaran yang lebih rendah ini, tanpa sadar kita bukan berada dalam getaran tinggi tapi tertipu oleh ilusi proyeksi dari ego spiritual, semakin kita menghalau dan mematikan tanpa sadar cakra jantung kita pun mulai mengalami hambatan juga cakra-cakra tubuh lainnya.
Sebenarnya... Yang menjadi penanda dari spiritualitas kita berevolusi adalah kemampuan kita untuk menghadapi dan mengatasi bentuk-bentuk emosi yang tidak nyaman ini tanpa masalah, tanpa pengabaian atau pun menolak. Dan kita tidak membiarkan bentuk-bentuk emosi getaran rendah ini mempengaruhi cara kita berpikir dan bertindak.
Getaran Tinggi itu tidak bisa dikondisikan dengan manifestasi pikiran saja atau afirmasi. Ketika kita berhasil healing dan dealing dengan energi rendah mengubah sisi gelap menjadi cahaya, menghadapi dan merubah energi berat menjadi ringan maka kita pun secara alami berada pada getaran tinggi yang sesungguhnya secara otomatis dan sangat alami kita merasa utuh, lengkap, damai, tenang, bahagia, sukacita. Karena apa?
Semakin tinggi getaran energi kita, maka semakin dekat dengan resonansi getaran jiwa yang sesungguhnya. Jiwa kita yang merupakan percikan cahaya dari Sang Ilahi getarannya amat sangat tinggi. Jiwa adalah bagian quantum dari diri kita yang abadi melampaui realitas ruang dan waktu, tubuh fisik yang kita huni sekarang adalah bagian dari jiwa kita, tetapi jiwa bukanlah bagian dari tubuh fisik ini, karena getarannya sangat tinggi.
Jadi semakin tinggi getaran diri manusia semakin dekat dengan getaran jiwanya. Jadi secara alami dan tanpa mengkondisikan atau situasi apapun kita akan merasa lebih lengkap, lebih bahagia, lebih damai, lebih terpenuhi dari dalam karena getaran kita mendekati atau selaras dengan getaran jiwa kita yang tinggi.
Semakin rendah getaran energi kita maka semakin jauhlah dengan jiwa kita,oleh karena itu yang paling terasa adalah ketakutan , kehampaan, rasa tidak tenang, rasa tidak puas, ketidakseimbangan dalam hidup dll.
Kata Spiritual memang dipergunakan agak rancu di Indonesia. Padahal arti dari Spiritual adalah Diri Sejati. Jadi perjalanan spiritual adalah pelajaran-pelajaran untuk membantu seseorang lebih mengenali diri sejatinya. Sebagaimana kita ketahui, dengan lebih mengenal diri sejati kita-lah kita dapat mengenali Sang Pencipta lebih baik untuk dapat mendekatkan diri kita lebih baik lagi kepadaNya dan selaras dalam harmoni dengan semua energi elemen Alam Semesta. Itulah sebenarnya inti arti dari perjalanan spiritual yang sebenarnya, yaitu untuk dapat lebih mengenali diri sejati untuk dapat lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
Walaupun semakin kita mengenali diri sejati kita yang adalah sesuatu non fisik, maka kita akan lebih tahu banyak mengenai hal-hal non fisik, bukanlah tujuan dari perjalanan spiritual yang sebenarnya untuk mencari-cari kemampuan atau kekuatan khusus ( jangan terjebak disini, teruslah melanjutkan perjalanan...ini adalah jebakan ego) Kemampuan/kekuatan/kesaktian seringnya menimbulkan kesombongan seseorang dan semakin menjauhkan seseorang dari Sang Pencipta tanpa disadarinya.
Dalam perjalanan untuk lebih mengenal diri sejati maupun untuk lebih mendekatkan diri pada kepada Tuhan, banyak dari kita mungkin bingung, yang manakah yang benar? Kita tahu ada begitu banyak pendapat mengenail berbagai hal-hal non fisik. Banyak kelompok mengaku bahwa apa yang diketahui dan dipercaya mereka adalah yang terbaik. padahal sebagian dari pengetahuan tersebut sangat bertentangan. Lalu bagaimanakah caranya kita dapat memilih yang terbaik?
Sahabatku yang aku hormati dan kasihi, ingatlah akan satu hal; "Dengarkanlah hati nurani kita, ikutilah hati nuranimu.". Bukankah kita semua pernah mendengar istilah ini? Kita semua tahu bahwa hati nurani selalu mengetahui kebenaran sejati yang sesuai menurut kehendak Sang Pencipta. Jadi, cobalah untuk mendengarkan dan mengikuti hati nurani kita. Dalam jaman khusus kebangkitan spiritual ini, kita dapat mempergunakan hati nurani kita dengan tidak sulit. Dengan demikian kita akan dapat mengenali kebenaran sejati dan kehendak Sang Pencipta atas diri kita tanpa keragu-raguan lagi
Banyak pihak di dunia ini menganggap bahwa diri sejati adalah guru sejati. Disaat seseorang sadar penuh sebagai diri sejatinya, yang bersangkutan dikatakan SELF REALIZED atau sadar penuh akan dirinya. Sebenarnya ini tidaklah selalu benar, ingatlah bahwa sebelum memiliki tubuh fisik ini, kita semua sudah mempunyai diri sejati. Jadi, saat sadar, seseorang barulah kembali ke titik semula lagi (ZERO POINT) Memang sadar sebagai diri sejati saat masih hidup sebagai seorang manusia memberikan kita kesempatan yang sangat besar untuk dapat semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, tetapi tentunya apabila dilakukan dengan benar. Banyak orang yang menganggap dirinya sadar sebagai diri sejati juga sebenarnya hanyalah berkomunikasi dengan diri sejatinya. Berkomunikasi bukanlah sadar penuh. Sadar penuh sebagai diri sejati adalah ibarat kita sadar dan ingat penuh akan seluruh diri kita. Terkadang, orang-orang yang berkomunikasi dengan diri sejatinya juga dapat disesatkan oleh makhluk-makhluk non fisik lainnya yang menyamar sebagai diri sejati mereka.
Guru Sejati yang sebenarnya dari setiap manusia,bahkan seluruh makhluk adalah Hati Nurani. Hati Nuranilah inti dari Diri Sejati yang merupakan dzat (percikan) dari Sang Pencipta, yang selalu mengetahui kebenaran sejati, kehendak Sang Pencipta dan selalu mengarahkan kita kepada Sang Pencipta. Jadi, bukan diri sejatilah yang harus didengar ataupun diikuti, melainkan Hati Nurani. Memang kita juga mempunyai apa yang disebut pembimbing spiritual. Tetapi kita juga harus ingat bahwa pembimbing spiritual walaupun tingkatannya lebih tinggi dari kita, mereka juga tetap masih belajar dan mungkin salah. Tugas utama dari pembimbing spiritual kita adalah untuk mengingatkan dan mengarahkan kita untuk memakai Hati Nurani. Jadi, janganlah terlalu mengarahkan diri untuk berkomunikasi atau mendapat petunjuk dari pembimbing spiritual, melainkan kekuatan dari dalam dan kejernihan batin kita yakni Hati Nurani.
Banyak orang disekitar kita terlalu mengandalkan pewaskitaan mereka ataupun orang lain. Memang pewaskitaan adalah anugerah Sang Pencipta. Tetapi, perlu kita ingat, seorang pewaskita bukanlah berarti mengetahui kebenaran sejati. Coba kita bertanya pada diri kita, apakah makhluk yang berada di alam non fisik berarti tahu segalanya dan lebih dekat kepada Tuhan? Belum tentu bukan? Keberadaan bukanlah sekedar alam fisik dan alam non fisik. Ada ratusan alam non fisik. makhluk non fisik dari suatu alam mungkin bisa tahu banyak mengenai alamnya, tetapi tidak mengenal alam-alam yang lain. Analoginya, apabila kita bukan seorang ahli ikan dan pergi ke sea world dimana terdapat banyak jenis ikan, tentu kita dapat melihat ikan-ikannya bukan? Tetapi, apakah dengan melihat ikan-ikan tersebut kita lantas tahu nama, jenis, asal dan hal-hal lainnya yang terkait dengan ikan yang kita lihat? Tidak. Melihat bukan berarti mengetahui. Jadi, sekiranya pun seseorang dapat melihat hal-hal non fisik, bukanlah berarti yang bersangkutan tahu apa yang dilihatnya. Itulah sebabnya dalam kitab suci pun juga diingatkan berhati-hatilah apabila anda melihat makhluk yang terang benderang sekalipun karena mungkin saja itu adalah makhluk yang menyesatkan, terlebih lagi jika ego kita masih tinggi, bisa saja yang terlihat itu adalah proyeksi dari jebakan ego kita sendiri. Hanya Hati Nuranilah yang mengetahui kebenaran sejati. Andalkan Hati Nurani kita.
Hampir semua praktisi Kundalini dunia berpendapat bahwa disaat inti Kundalini seseorang mencapai cakra mahkotanya, maka tujuan akhir dan sebenarnya dari hidup seseorang tercapai, yang bersangkutan mencapai penerangan/pencerahan sempurna yang biasa disebut dengan yoga. Tetapi, dari hati nurani kami menyadari bahwa hal itu tidaklah benar. Kundalini memang penting sebagaimana diketahui oleh para praktisinya. Tetapi, sampainya inti Kundalini di cakra mahkota barulah berarti awal perjalanan spiritual yang sebenarnya. Memang inti Kundalini sangat penting untuk dapat membantu menghubungkan seseorang dengan alam semesta dengan bantuan berkat Sang Pencipta, tetapi inti Kundalini harus naik jauh lebih tinggi lagi sebelum tujuan akhir dapat dicapai. Walaupun inti Kundalini harus naik lebih jauh lebih tinggi lagi, bagi anda yang tertarik dengan Kundalini ataupun perjalanan spiritual janganlah khawatir. Saat ini adalah jaman Kebangkitan Spiritual, yang mana adalah jaman bonus khusus spiritual. Apabila kita sungguh-sungguh tekun dalam berlatih dengan benar, akan mencapai semuanya dalam jangka waktu bebrapa tahun saja. Yang terpenting adalah melakukan dengan benar, andalkan hati nurani. Karena hati nurani selalu mengetahu kebenaran sejati. Janganlah mengejar sesuatu tanpa pasti akan arahnya, walaupun kita mungkin merasa yakin. Mengapa tidak berhenti sejenak dulu untuk memastikan kita mengambil arah yang benar sambil mengambil ancang-ancang untuk dapat mecapai tujuan kita lebih cepat lagi.
Dengan Hati Nurani, semuanya jelas dan dengan melatih hati nurani kita, maka hati dan hati nurani kita akan semakin terbuka beresonansi selaras dengan getaran tinggi Alam Semesta (Sang Pencipta) Kita akan merasa semakin tenang, damai, ringan dan bahagia sehari-harinya, Disaat berdoa, kita akan lebih khusuk dan dapat menikmati keindahan Kasih Sang Pencipta lebih baik lagi, hal ini bisa kita lihat dan rasakan dengan situasi dan keadaan sekitar kita ketika kita selaras dengan getaran tinggiNya maka energi Alam Semesta bekerja otomatis mendukung semua laku lampah kita dalam perjalanan kehidupan di bumi sebagai manusia maupun transformasi spiritualitas kita, semuanya seperti ditata dengan baik untuk kebaikan tertinggi kita oleh Alam Semesta mengalir demikian indah tepat pada waktunya.
Kebangkitan Kundalini erat kaitannya dengan Kebangkitan Spiritual, walaupun banyak pihak mengaku merasa mampu membangkitkan Kundalini, sebenarnya membangkitkan Kundalini bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan siapa saja, yang terjadi sebenarnya keadaan Kundalini mereka malahan lebih jelek daripada orang-orang yang tidak berlatih Kundalini. Hal ini disebabkan karena mereka melanggar aturan spiritual yang berlaku. Orang-orang yang dibangkitkan Kundalininya oleh pihak-pihak seperti ini pun Kundalininya menjadi jauh lebih jelek dari sebelumnya. Lalu mengapa mereka tidak mengetahuinya? Karena latihan-latihan yang dilakukan, walaupun tidak benar secara spiritual, menggerakkan energi sehingga menimbulkan berbagai sensasi. Sensasi-sensasi inilah yang menyenangkan praktisinya sehingga tetap berlatih dan merasa semakin maju terus, tanpa disadari mereka masuk dalam jebakan ego supranatural atau bahkan masih berkutat pada hal-hal fenomena supranatural dengan mengatasnamakan istilah spiritual.
Seseorang dalam kondisi state meditatif pasti akan menjumpai fenomena-fenomena metafisika (supranatural) tetapi ingat, jangan berhenti dan keasyikan disini, ini hanyalah bonus yang sangat basic ketika cakra-cakra tubuh kita terbuka dan dapat menangkap energi halus, cukup memahami sebagaimana adanya dan teruslah melanjutkan pendakian ini menuju Kesadaran yang lebih tinggi. Kosong adalah Isi, Isi adalah Kosong.
Lantas bagaimanakah kita dapat terhubung dan menyatukan Kesadaran kita dengan Pribadi Tinggi agar setiap pikiran, ucapan dan perbuatan kita adalah cerminan dari Kesadaran Roh yaitu Cinta kasih.
Menjumpai Pribadi Tinggi ( Higher Self)
Untuk dapat menjumpai Pribadi Tinggi, berikut adalah salah satu contoh meditasi yang dapat dipergunakan:
Sambil berbaring atau duduk ( tulang punggung harus lurus) tutuplah mata dan berusalah untuk tenang dan santai. Bernafaslah dengan tenang dan dalam sampai seluruh tubuh menjadi benar-benar tenang dan santai.
Mintalah agar pembimbing spiritual hadir untuk membantu. Permintaan boleh diucapkan dengan suara ataupun di dalam hati saja. Permintaan bantuan dapat berupa sebagai berikut:
"Pembimbing Spiritual hadirlah untuk membantu saya menjumpai Pribadi Tinggi saya,. Lindungilah dan bantulah saya dalam memanggil Pribadi Tinggi saya."
Pribadi Tinggi berada sekitar beberapa belas sentimeter di atas kepala, yang sering juga disebut cakra kedelapan. Bayangkanlah wujud Pribadi Tinggi sebagai sebuah bola cahaya yang amat terang dan menjadi amat nyata di atas kepala. Dengan semakin nyatanya wujud Pribadi Tinggi, getaran dari Pribadi Tinggi yang sedemikian tinggi dan murni pun menjadi semakin nyata dan mulai memasuki seluruh tubuh. Ucapkanlah selamat datang kepada Pribadi Tinggi, dan mintalah Pribadi Tinggi untuk benar-benar menyatu:
"Pribadi Tinggi (Higher Self) menyatulah dengan saya seutuhnya, Dalam persatuan dengan saya, bersihkanlah getaran seluruh lapisan tubuh saya."
Saat bola cahaya yang merupakan perwujudan dari Pribadi Tinggi menyentuh cakra mahkota, rasakanlah getaran yang amat tinggi, halus dan dipenuhi oleh kedamaian dan kebahagiaan. Pribadi Tinggi semakin turun memasuki kepala, leher, hingga mencapai jantung. Setibanya di jantung Pribadi Tinggi bersemayam di cakra jantung. Getaran dan kebahagiaan yang berasal dari Pribadi Tinggi di cakra jantung menyebar memenuhinya. Getaran ini mendorong keluar semua energi negatif dan hambatan yang ada. Kebahagiaan dari Pribadi tinggi mendorong semua tekanan, kesedihan, dan pikiran-pikiran negatif. Seluruh kesadaran dipenuhi oleh ketenangan dan kebahagiaan.
Dengan bersemayamnya Pribadi Tinggi di cakra jantung, bertindaklah sebagai Pribadi Tinggi. Sebagai Pribadi Tinggi, setiap tarikan nafas menarik seluruh kekuatan yang baik dan positif dari alam semesta, setiap hembusan nafas membuat seluruh sel tubuh menjadi lebih murni.
Saat menyelesaikan latihan, ucapkanlah terimakasih kepada Pribadi Tinggi dan Pembimbing Spiritual;
"Pribadi Tinggi, terimakasih atas penyatuan dengan saya, terimakasih karena telah membuat saya lebih bersih dan getaran saya lebih tinggi. Tinggalah dalam diri saya selama mungkin."Pembimbing spiritual, terimakasih atas bantuan dan bimbingan dalam penyatuan saya dengan Pribadi Tinggi saya."
Bersinggasananya Pribadi Tinggi di Cakra jantung
Setelah dapat menjumpai Pribadi Tinggi, langkah berikutnya adalah meminta Pribadi Tinggi untuk bersemayam di cakra jantung. Cakra jantung adalah tempat sesungguhnya dari Pribadi Tinggi. Dengan beradanya Pribadi Tinggi di cakra jantun, seluruh pikiran dan perbuatan akan berdasarkan Roh, yaitu Cinta Kasih. Apabila Roh dipertahankan untuk tetap berada di cakra jantung secara permanen, Kesadaran Roh akan diperoleh. Roh terhubung langsung dengan Ilahi. Sementara itu, manusia terhubung dengan Ilahi melalui perantaraan Roh yang berada di atas kepala manusia. Spiritualitas seseorang, yaitu hubungannya dengan Roh dapat diketahui dari tali spiritualnya. Apabila hubungan seseorang dengan Rohnya amat baik, tali spiritualnya tebal.
Sedangkan seseorang yang mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Roh akan mempunyai tali spiritual yang amat tipis. Hubungan antara Roh dan manusia ini juga mencerminkan sebanyak apa pikiran dan perbuatan orang yang bersangkutan berada dalam kesadaran roh.
Dengan bersemayamnya Roh pada cakra jantung secara permanen. Roh menjadi satu dengan manusia. Dengan demikian, hubungan langsung antara Roh dengan Ilahi akan menjadi hubungan langsung antara,Ilahi, Roh dan manusia.
Tekhnik untuk meminta Pribadi Tinggi menetap pada cakra jantung hampir sama dengan tekhnik untuk menjumpai Pribadi Tinggi, yaitu:
Duduklah dengan santai seperti pada saat hendak bermeditasi.
Berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Esa,para Guru Spiritual, para Malaikat dan semua pembimbing spiritual agar membantu untuk mengundang Pribadi Tinggi untuk bersemayam di cakra jantung.
Sentuhlah cakra jantung dengan jari tangan kiri.
Tersenyumlah kepada Pribadi Tinggi, dan mintalah agar Pribadi Tinggi bersemayam di cakra jantung.
Rasakanlah getaran yang amat halus dan tenaga yang maha besar dari Pribadi Tinggi yang turun dari cakra mahkota perlahan-lahan, melalui kepala,leher,dada dan bersemayam di cakra jantung.
Rasakanlah bahwa cakra jantung menjadi amat terang dan dipenuhi getaran. Pribadi Tinggi sepenuhnya terhubung dengan tenaga Ilahi sehingga seluruh tubuh bagian atas dipenuhi cahaya dan getaran Ilahi. Pribadi Tinggi juga menarik tenaga dari bumi. Cahaya dan getaran memancar ke seluruh tubuh dan membersihkan seluruh cakra dan sel tubuh.
Berkatilah seluruh sel tubuh, seluruh nadi dan kundalini, mintalah kundalini untuk membuka gulungan lebih banyak dan membersihkan tubuh tubuh lebih giat.
Berkatilah seluruh saudara, teman dan kenalan.
Berkatilah semua orang yang pernah membantu perkembangan spiritual dan bahkan semua musuh.
Mintalah Pribadi Tinggi untuk menetap di cakra jantung.
Berterimakasihlah kepada Tuhan Yang maha Esa, Guru-guru Spiritual, Malaikat-malaikat dan semua penolong spiritual.
Kebangkitan Kundalini adalah proses pembersihan dan pemurnian yang akan membuka kesadaran rohani. Ego terhadap duniawi dan materi akan dikelupas selapis demi selapis. kebangkitan awal Kundalini dapat diibaratkan seperti pengelupasan kulit terluar dari sebuah bawang, yaitu kulit keringnya.
Pengelupasan dari lapisan-lapisan berikutnya dibutuhkan agar inti yang selama ini terpendam dapat muncul. Pada inti inilah terdapat Diri Sejati.
Pribadi Tinggi ( Higher Self)
Mengenai Pribadi Tinggi, cukup sulit dibahas karena banyak pemahaman dan pengertian dari berbagai aliran, namun disini dibahas dari sisi universal yang paling mudah diuraikan juga disederhanakan dengan penyebutan yang mudah dipahami, perlu diketahui manusia sebenarnya memiliki beberapa lapis kesadaran, kesadaran pada seorang manusia terdiri dari Tiga Lapis, yaitu:
Kesadaran Biasa = Kesadaran Fisik (Consciousness)
Kesadaran Tinggi/Perantara = Kesadaran Jiwa ( Soul)
Kesadaran Super = Kesadaran Roh ( Super Consciousness)
Kesadaran Super adalah kesadaran pada tingkat Pribadi Tinggi (Roh). Inilah kesadaran sejati yang sesungguhnya dari seorang manusia. Karena Pribadi Tinggi mempunyai unsur-unsur Ilahi, maka getaran Pribadi Tinggi itu sangat tinggi. Untuk dapat memasuki tubuh fisik yang getarannya rendah sebagai manusia, dibutuhkan perantara berlapis-lapis. Inilah sebabnya manusia terdiri dari banyak lapisan (Tubuh Fisik, Tubuh Emosi, Tubuh Mental, Tubuh Intuisi, Tubuh Atma, Tubuh Monad dan Tubuh Ilahi)
Kesadaran Biasa adalah kesadaran yang berasal dari tubuh fisik, sehingga ingatan pengetahuan yang dimiliki pada tingkat kesadaran ini terbatas dari kehidupan ini saja. Diantara Kesadaran Super dan Kesadaran Biasa, terdapat sebuah Kesadaran Perantara, yang biasa disebut dengan Kesadaran Jiwa (Kesadaran Tinggi/Perantara). Berbeda dari Kesadaran Biasa, kesadaran Jiwa dan Kesadaran Roh adalah kesadaran yang lebih permanen. Seluruh ingatan dan pengetahuan dari kehidupan-kehidupan sebelumnya masih dimiliki oleh Kesadaran Jiwa dan Kesadaran Roh. Seseorang yang dapat mencapai salah-satu dari kesadaran Jiwa ataupun Kesadaran Roh, akan dapat memiliki seluruh ingatan dan pengetahuan dari kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Roh adalah Abadi, tidak pernah mati. Tujuan dari Roh berada di dunia di dalam tubuh fisik adalah untuk belajar. Dengan adanya tubuh fisik, barulah Roh dapat belajar dari pengalaman-pengalaman yang sebenarnya. Oleh sebab itu, Roh mungkin saja memilih peran-peran yang berbeda dalam kehidupannya di dunia ini. Dengan memiliki pengalaman dari berbagai situasi dan kondisi dalam banyak kali kehidupan, barulah kebutuhan Roh atas pelajaran-pelajaran yang harus dihadapinya dapat dipenuhi. Setelah mencapai pengertian yang amat tinggi (Pencerahan), ataupun pengamalan kebaikan yang luar biasa, Roh dapat kembali lagi ke Sang Pencipta. Konsep ini biasa juga disebut sebagai Reinkarnasi.
Walaupun dalam masa belajar di dunia dengan tubuh fisik, Roh banyak melakukan kesalahan sehingga timbul banyak karma negatif, karma negatif ini tidak melekat pada Roh. Saat seseorang meninggal, Kesadaran Fisik akan lenyap bersamaan dengan meninggalnya tubuh fisik. Roh akan kembali di dimensinya meninggalkan jiwa pada tempat penantian. Seluruh karma negatif ataupun positif tersimpan pada jiwa ini. Ketika Roh akan lahir kembali, Roh akan menggunakan kembali jiwa yang sama dengan yang sebelumnya. Dengan demikian, seluruh karma yang timbul akibat perbuatan-perbuatan dari kehidupan yang sebelumnya akan masuk ke dalam tubuh fisik melalui jiwa.
Pribadi Tinggi (Roh) berada di dunia untuk belajar. Berbagai hal perlu dipelajari sebelum Pribadi Tinggi dapat "lulus" dan kembali kepada Tuhan. Berbagai emosi getaran rendah seperti marah, iri,dendam dan sebagainya adalah beberapa pelajaran dasar yang harus dapat diatasi. Untuk beberapa Roh, kadang-kadang dibutuhkan waktu yang lama dan amat panjang (beberapa kali kelahiran) hanya untuk menguasai satu emosi saja. Pelajaran yang lebih tinggi adalah pelajaran mencintai tanpa pamrih (Unconditional Love) Sedangkan pelajaran terakhir adalah untuk menyatu kembali dengan Tuhan. Tujuan dari pembersihan energi Kundalini adalah untuk mengembalikan Kesadaran Sejati, yaitu Kesadaran Roh. Dengan adanya kesadaran sejati, akan dimengerti bahwa manusia bukan "hanya manusia" Manusia adalah Roh yang dalam perjalanan/pelajaran untuk kembali kepada Tuhan.
Oleh karena setiap perjalanan harus dilewati dengan baik, Roh mungkin akan lahir beberapa kali untuk mengulangi sebuah mata pelajaran yang belum dapat dilewati sebelumnya. Dalam keadaan demikian, Roh bersama para pembimbing mngkin akan memilih kondisi-kondisi yang berbeda, dari jenis kelamin, keadaan fisik, tempat lahir dsb. Karena itu jalan hidup adalah pilihan dan bukan takdir. Sebelum lahir, Roh diberi beberapa pilihan atas peran yang ingin dipilih. Dalam hal ini, memang dapat dikatakan bahwa telah ada semacam perencanaan terhadap jalan hidup. Tetapi manusia sebagai Roh tetap mempunyai kebebasan dalam menentukan arah hidupnya, walaupun garis besar perencanaan sudah dibuat sebelumnya. Perencanaan yang telah dibuat hanyalah mengenai apa yang akan dihadapi. Sementara itu, tindakan yang yang akan dilakukan untuk sebuah peristiwa adalah sepenuhnya kebebasan Roh. Dari tindakan yang dilakukan inilah, penilaian dilakukan terhadap Roh. Tindakan yang dilakukan juga mungkin menyebabkan perubahan-perubahan dari garis kehidupan yang ada, mulai dari jangka waktu hidup, pelajaran berikutnya, dan sebagainya. Dari sini bisa dilihat bahwa setiap hal yang dilakukan amatlah penting. Setiap tindakan akan membuat perubahan-perubahan ke masa depan. Manusia adalah Roh yang mempunyai kebebasan dalam arti yang luas.
Setelah proses pemurnian Kundalini berjalan cukup jauh, beberapa masa kehidupan sebelumnya akan diketahui dengan jelas. Pengetahuan mengenai kehidupan lampau memang dbutuhkan untuk perkembngan spiritual. Beberapa kehidupan dari masa lalu mungkin masih memberikan hutang karma atau hutang pelajaran. Untuk dapat keluar dari lingkaran reinkarnasi, seluruh hutang karma dan pelajaran ini harus dapat diselesaikan dengan baik. Hutang-hutang ini ada yang berasal dari beberapa kehidupan yang baru lalu, dan ada pula yang berasal dari beberapa kehidupan zaman kuno.
Pada tahap awal, kesadaran berada pada kesadaran biasa/kesadaran fisik. Dengan berkembangnya kesadaran, disadari pula adanya Kesadaran Jiwa dan Kesadaran Roh. Untuk mencapai kesadaran sejati, pertama-tama seseorang harus mengenal Pribadi Tingginya dengan baik. Setelah mengenal Pribadi Tingginya, orang tersebut harus berusaha untuk menyatu/integrasi dengan Pribadi Tingginya (mengusahakan agar Pribadi Tinggi bersemayam pada cakra jantung karena disinilah singgasananya yang sebenarnya) dan jika Pribadi Tinggi telah bersemayam di cakra jantung secara permanen, seluruh pikiran dan perbuatan akan berdasarkan Kesadaran Roh yaitu cinta kasih, Roh terhubung langsung dengan Ilahi, sementara itu manusia terhubung langsung dengan Ilahi melalui perantaraan Roh yang berada diatas kepala manusia. Dengan bersemayamnya Roh pada cakra jantung secara permanen. Roh menjadi satu dengan manusia. Dengan demikian, hubungan langsung antara Roh dengan Ilahi menjadi hubungan langsung antara Ilahi,Roh dan manusia.
Sebelum menyatu Pribadi Tinggi bersemayam di cakra kedelapan beberapa belas milimeter diatas kepala
Istilah "Guru Sejati" sering sekali didengar. Guru Sejati sebenarnya adalah tidak lain dari Pribadi Tinggi (Higher Self) seseorang. Oleh sebab itu,menemukan Kesadaran Sejati sama dengan menemukan sang Guru Sejati. Roh sebagai sesuatu kesadaran yang telah hidup ratusan kali mempunyai pengetahuan yang tidak terbatas. Roh juga mengetahui dengan jelas kebutuhan-kebutuhan dan cara untuk memenuhi seluruh kebutuhan tersebut.
Untuk tekhnik meditasi menjumpai dan menyatu dengan Pribadi Tinggi ( Higher Self) dapat dibaca disini, Terimakasih
“Cinta adalah “ Perasaan Universal” sebuah ruh persatuan dengan alam semesta. Cinta adalah pemulihan terhadap kesombongan yang melekat dalam diri manusia, tabib segala kelemahan dan duka cita. Cinta adalah kekuatan yang menggerakkan perputaran dunia dan alam semesta.”
-Maulana Jalaludin Ar RUMI-
(Sufistik Persia 1207-1273)
Rumi berpandangan bahwa cinta bukan hanya milik manusia dan makhluk hidup lainnya tapi juga semesta.
Cinta yang mendasari semua eksistensi ini disebut “cinta universal”. Cinta ini muncul pertama kali ketika Tuhan mengungkapkan keindahan-Nya kepada semesta yang masih dalam alam potensial.
Keindahan cinta tidak dapat diungkapkan dengan cara apapun, meskipun kita memujinya dengan seratus lidah.
Jalaludin Rumi mengatakan seorang pecinta dapat berkelana dalam cinta, dan semakin jauh pecinta melangkah, semakin besar pula kebahagiaan yang akan diperolehnya.
Karena cinta itu tak terbatas Ilahiah dan lebih besar dibanding seribu kebangkitan.
Kebangkitan itu merupakan sesuatu yang terbatas, sedangkan cinta tak terbatas.
Dari perenungan mendalam tentang konsep Cinta pada Tuhan sebenarnya kita bisa memasuki tahap kesadaran untuk menerapkannya dalam wajah cinta pada sesama manusia, suatu cinta yang murni dari jiwa tanpa melibatkan ego, ketika masuk state kesadaran ini maka yang didapatkan adalah penyembuhan, kedamaian dan pengembangan jiwa, bukannya rasa sakit yang berkepanjangan (yang sakit sebenarnya adalah ego kita sebagai manusia)
Mengapa cinta harus memiliki secara keseluruhan?
Mengapa cinta harus mengontrol semua kehidupan pasangan?
Mengapa dengan alasan cinta kita harus mengikat pasangan begitu erat sampai kesulitan bernafas dan akhirnya ingin membebaskan diri?
Itu bukanlah wajah cinta yang sejati berasal dari jiwa tapi wujud dari ego kita yang mengatasnamakan cinta.
Selayaknya cinta Tuhan pada hambanya, Bukankah cukup menyadari bahwa cintanya ada itu sudah memberi ketenangan, kedamaian dan rasa aman luar biasa? Bukankah itu sudah lebih dari cukup?
Mengapa harus begitu ingin berhasrat untuk menguasai, memiliki dan mengikatnya secara emosional dan fisik?
Bukankah yang merasakan cinta itu sendiri adalah perasaan dan beresonansi dengan jiwa? Lalu diteruskan ke otak manusia dimana tempat sang ego bertahta, Tubuh hanya bereaksi setelah otak mengolah data dan menuntut pemenuhan secara fisik.
Bukankah cinta yang sebenarnya adalah seperti Cinta kita kepada Tuhan?
Kita tidak dapat menggenggamNya tetapi jiwa kita sangat paham bahwa energi cintaNya begitu besar melampaui seluruh Semesta ini dan CintaNyalah yang menggerakkan semua kehidupan.
Apakah kita bisa menguasaiNya agar cintaNya hanya terpusat pada diri kita?
Apakah kita dapat menggenggamNya?
Cintanya adalah untuk semua makhlukNya ( Cinta Universal)
Cinta dengan melibatkan ego bukan wujud cinta yang sebenarnya melainkan pemenuhan atas ego yang menyamar menjadi wajah cinta, yang menuntut penguasaan penuh secara fisik, ketika itu tidak terwujud maka yang timbul justru perasaan kecewa dan sakit yang luar biasa, sebenarnya yang sakit bukan diri atau jiwa, yang tersakiti adalah bentuk dari ego,
Ego menuntut pemenuhan
Ego Menuntut dilengkapi
Ego Menuntut diperhatikan
Ego Menuntut selalu diutamakan
Sang ego menjadi terluka ketika itu tidak terwujud.
Ego tersakiti ketika semuanya tidak berbalas.
Ego tidak pernah selaras dengan vibrasi tinggi energi Alam Semesta, sedangkan wujud cinta yang sebenarnya (Unconditional Love) yang merupakan pencapaian cinta tertinggi beresonansi dengan vibrasi tinggi Semesta ( Divine Love Energy)
mungkin kita sering mendengar ada pepatah “ Cinta … derita tiada akhir” tetapi itu bukan cinta yang sebenarnya melainkan ego yang menuntut pemenuhan atas cinta sehingga menimbulkan penderitaan ketika semua tidak terjadi seperti yang ingin dikontrolnya dalam bentuk pikiran.
Kebijaksanaan jiwa akan selalu menerima dan merangkul ketidaktahuan namun dengan keyakinan semua akan terjadi di waktu dan tempat yang tepat.
Kekuatan sang Ego sibuk menerka-menerka, merancang, berharap lalu akan kecewa dan menderita ketika keadaan tidak berjalan sesuai dengan gambar ideal yang di lukis.
•Cinta yang sebenarnya itu ringan. Seringan kita menghirup udara kualitas terbaik di pegunungan
•Cinta yang sebenarnya itu menyembuhkan bukannya memberi luka
•Cinta yang sebenarnya dapat membuatmu melihat dunia ini bukan hanya dengan mata tetapi hati yang penuh cinta kasih
•Cinta yang sebenarnya itu tanpa pengharapan berlebih, dia tidak menginginkan kamu menjadi seperti gambaran ideal yang ada pada kisah-kisah romansa atau gambaran orang pada umumnya.
•Cinta yang sebenarnya ketika kamu bahagia aku pun lebih bahagia
•Cinta yang sebenarnya itu tidak menggenggam tetapi melepaskan dan lihat bagaimana cinta seperti itu membantu jiwamu berkembang dan bersinar indah.
•Cinta yang sebenarnya tidak pernah menuntut tapi kamu sendiri akan berkomitmen untuk mempersembahkan versi terbaik dirimu
•Cinta yang sebenarnya itu tanpa pengharapan berlebih, tidak menginginkan anda menjadi seperti gambaran ideal yang ada pada kisah-kisah romansa atau gambaran orang pada umumnya.
•Cinta yang sebenarnya ketika anda bahagia saya pun lebih bahagia
✨Karena begitulah adanya cinta, tidak ada kisah cinta atau situasi yang sempurna, Anda berdualah yang berjuang dan menciptakan kondisi sehingga cinta itu menjadi sempurna adanya.
Begitu banyak buku yang menuliskan tulisan cinta, bahkan dinilai lebih banyak dibandingkan pengalaman hidup manusia lainnya.
Banyak orang yang berusaha menuliskan kalamnya ke kertas untuk menorehkan keindahan cinta.
Tetapi dibalik itu semua, sisi cinta terindah yang dimiliki manusia adalah CINTA pada Tuhannya.
Suatu cinta dimana manusia kehilangan Ego-nya, dan mengabdikan diri sepenuhnya terhadap CINTAnya pada Tuhan.
Masing-masing dari kita dilahirkan dengan tujuan unik untuk dipenuhi dan jalan yang harus diikuti. Misi jiwa kita adalah 'panggilan' hidup kita. Ini adalah 'Dharma’ atau rencana Ilahi bagi jiwa kita. Dharma kita adalah tujuan keberadaan kita di kehidupan ini.
Banyak orang tidak tahu sama sekali apa misi atau tujuan mereka sebenarnya.
Untuk mengetahuinya, mulailah bertanya pada diri anda sendiri:
- Apa passion saya? Apa yang paling saya sukai? Apa yang saya suka untuk dilakukan? Apa yang benar-benar membuat saya bahagia?
Bagaimana Anda bisa mengenali passion? Yaitu ketika Anda melakukan hal-hal yang membuat jiwa dan perasaan menyala dalam kegembiraan. Itu membuat Anda merasa antusias, berenergi dan hidup.
Mengejar hasrat jiwa Anda tidak akan selalu mudah dan terkadang terasa seperti naik roller-coaster, dibutuhkan kerja keras. Tapi, jika kita tidak menerima tantangan, maka kita telah mengkhianati diri kita sendiri, jiwa kita sendiri.
Misi Anda belum tentu sama dengan pekerjaan Anda. Misi jiwa Anda tidak harus menjadi apa yang Anda lakukan untuk mencari nafkah, untuk mendapatkan penghasilan. Ini mungkin sesuatu yang Anda lakukan setelah jam kerja, di akhir pekan atau di waktu luang. Misi Anda mungkin tidak ada hubungannya dengan apa yang Anda lakukan, melainkan, apa dan siapa Anda.
Misi Jiwa melibatkan pemanfaatan dan penyempurnaan bakat yang ada di dalam jiwa kita, dan untuk membagikan bakat itu juga sisi tertinggi dan paling sejati dari diri kita kepada orang lain.
Adalah tugas spiritual kita untuk mengejar misi kita - dan ketika jiwa kita berkembang, begitu pula misi kita.
Temukan Misi Jiwa Anda
Tanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan berikut, dan jawablah dengan jujur. Biarkan hati Anda berbicara kepada Anda - dan dengarkan saat jawabannya datang secara alami kepada Anda. Mintalah petunjuk Ilahi dan terbukalah terhadap segala kemungkinan.
Tanyakan pada diri Anda sendiri:
- Apakah saya senang dengan arah hidup saya?
- Apakah saya senang dengan cara saya menghabiskan waktu?
- Apa bakat terbesar saya?
- Bagaimana saya bisa memperbaiki dan menyempurnakannya?
- Bakat atau keterampilan apa yang dapat saya bagikan dengan orang lain?
- Bagaimana saya bisa berbagi keterampilan dan bakat itu dengan orang lain?
- Bagaimana saya dapat menggunakan bakat ini untuk tidak sekedar memperoleh penghasilan semata untuk memenuhi kebutuhan hidup di bumi tetapi juga melibatkan kepuasan jiwa agar saya dapat mencurahkan waktu dan upaya saya untuk itu?
- Apa yang akan membuat saya paling bahagia?
- Apa yang membuat saya begitu bersemangat dan memiliki banyak energi ketika melakukannya?
Dengarkan baik-baik jawaban hati Anda dan percayai Diri Anda yang Lebih Tinggi yang terhubung dengan Kekuatan Yang Lebih Tinggi ( Semesta)
Hidup ini tidak memuaskan. Ada saja yang kita rasa masih kurang kita miliki; harta, rezeki, berkah, sandang-pangan, pekerjaan, kesehatan, keamanan, keturunan, keselamatan, kebahagiaan, dll. Sesungguhnya semua itu bisa kita dapatkan dengan melakukan suatu usaha, dengan membuat sebabnya, karena manusia memang memiliki potensi untuk itu. Manusia bukanlah makhluk lemah dan ringkih, sehingga untuk memenuhi segala kebutuhannya harus mengharapkan belas kasihan makhluk lain. Menurut agama Buddha, manusia bukanlah wayang golek, yang segala sesuatunya diatur dan digerakkan oleh Pak Dalang/Sutradara. Tak ada makhluk lain yang ikut mengatur persoalan nasib seseorang. Namun karena terbelenggu oleh ketidaktahuan, manusia tidak dapat melihat dan merealisasikan potensi yang ada pada dirinya. Mereka lebih suka memohon dan meminta kepada para dewa, sebagai jalan pintas untuk memenuhi segala keinginannya, tanpa mau bersusah payah. Apalagi bila dalam memohon itu dipersembahkan sajian yang mewah dan mahal, maka dianggap akan lebih mempercepat terkabulnya permintaan mereka. Tindakan memohon dan meminta kemurahan hati para Dewa atau Maha Dewa untuk sesuatu inilah yang umum disebut Berdoa.
Umat Buddha memuja Sang Buddha, sama sekali tidak dengan harapan untuk memperoleh hadiah-hadiah duniawi maupun spiritual, seperti: rezeki, harta, pekerjaan, jodoh, keturunan, keselamatan, berkah, diampuni dosanya, sorga, atau pamrih apapun. Bukan juga karena perasaan takut akan hukuman. Kita menghormat dan sujud kepada Sang Buddha karena Beliaulah yang menemukan dan membabarkan Jalan Kebebasan. Karena itu, tidaklah berkelebihan bila Puja Bakti, sembahyang, dalam agama Buddha adalah betul- betul mumi dan tulus.
Dengan mempersembahkan bunga dan dupa di hadapan Buddha Rupang, kita bermaksud membuat diri kita merasa berhadapan langsung dengan Sang Buddha.
Dengan cara demikian kita memperoleh inspirasi dari sifat pribadi Sang Buddha yang mulia, dan menghirup kasih sayang Beliau yang tak terbatas, serta merenungi dan mencoba untuk mengikuti contoh mulia Beliau.
Pohon Bodhi juga merupakan lambang pencapaian penerangan sempuma. Obyek-obyek penghormatan luar ini tidak mutlak perlu, dan ini hanya berguna untuk memusatkan pikiran seseorang kala bermeditasi.
Seseorang yang sudah maju tidak memerlukan obyek-obyek luar tersebut Karena dengan mudah ia dapat memusatkan perhatiannya dan menggambarkan Sang Buddha dalam batinnya. Demi kebaikan kita sendiri dan karena rasa terima kasih, maka kita melakukan penghormatan luar seperti itu. Tapi yang diharapkan oleh Sang Buddha dari para pengikutnya bukanlah penghormatan seperti itu.
Sang Buddha bersabda; bahwa cara penghormatan yang paling tepat adalah melaksanakan ajaran-Nya dengan baik.
Dalam agama Buddha tidak ada doa-doa permohonan, minta-minta keselamatan, berkah, rezeki, pengampunan, dan lain-lain; baik kepada Dewa, Brahma, Sang Buddha sendiri, ataupun Tuhan. Beliau tak pernah manjanjikan hadiah kepada mereka yang berdoa kepada-Nya. Sang Buddha tidak hanya menyatakan betapa sia-sianya doa-doa permohonan, tapi juga Beliau mencela perbudakan mental seperti itu.
Mengapa Sang Buddha tidak mengajarkan umatnya berdoa atau memohon atau meminta-minta kepada Tuhan, karena Tuhan -Yang Maha Esa- dalam agama Buddha bukanlah suatu pribadi atau makhluk hidup yang menjadi tempat menggantungkan hidup, berdoa, atau memohon. Tuhan dipandang sebagai Tujuan Akhir bagi semua makhluk. Dengan demikian, doa permohonan tidak tepat ditujukan kepada Tuhan dalam pengertian agama Buddha. Sang Buddha telah berhasil menempatkan Tuhan pada proporsi yang sebenarnya,
yaitu sebagai Dhamma Yang Tertinggi, Yang Tak Bersyarat.
Demikian juga halnya dengan Sang Buddha, karena telah menyadari dan menyelami hakikat Tuhan yang sebenamya, maka Beliau tidak seharusnya dipaksa untuk mengurusi hal-hal duniawi. Umpamanya, dengan menjadikannya sebagai cukong yang senang berdagang kesejahteraan atau kebahagiaan;
ataupun sebagai hakim yang dapat disuap dengan doa-doa, puji-pujian, maupun persembahan kurban. Sebagai Guru yang menganjurkan Ehipassiko, maka mengapa Sang Buddha tidak mengajarkan doa permohonan/minta-minta, dapat dikaji dari manfaat atau kegunaan doa yang demikian itu.
Untuk mengkaji manfaatnya, kita dapat membuat suatu analogi yang sederhana.
Ada tiga orang petani, menanam jagung dengan faktor-faktor penunjang tanah, air, cuaca, perawatan, dll- yang sama. Tapi:
- Si A, berdoa siang malam, agar biji jagung yang ditanam tumbuh menjadi pohon mangga.
- Si B, berdoa agar biji jagung itu tumbuh menjadi pohon jagung.
- Si C, tidak berdoa, karena yakin "segala sesuatu itu akan tumbuh dan berbuah sesuai dengan benih yang ditanam".
Adakah yang mampu mengabulkan doa/permohonan si A? Rasanya penjelasan lewat analogi tersebut sudah sangat gamblang.
Doa hanya terkabul bila pas dan sesuai dengan benih / karma / perbuatan kita; yang sebetulnya tanpa didoakan/dimohonkan/diminta juga pasti akan terkabul.
Untuk membuat keinginan kita terkabul, sebab yang tepat mesti kita miliki atau ciptakan.
Berdoa, itu boleh dan bisa saja, seperti kita boleh/bisa menebar pupuk, menyiram dengan air, tapi jika tidak menebar benih, maka tak ada yang tumbuh. Doa permohonan menjadi sia-sia bila kita tidak memiliki simpanan karma balk, tidak memiliki penyebab terkabulnya doa permohonan kita.
Sang Buddha saat menjelaskan bagaimana hukum sebab-akibat bekerja dalam pikiran kita, menyatakan bahwa membunuh akan menyebabkan antara lain, berusia pendek. Menghindari pembunuhan, akan menyebabkan usia panjang dan bebas dari penyakit
Bila kita gagal mengikuti nasihat yang paling mendasar ini, tetapi tetap berdoa agar berumur panjang dan memiliki kesehatan yang balk, kita telah salah tafsir. Sebaliknya bila di masa lalu seseorang telah menghindari pembunuhan, menyelamatkan nyawa seseorang atau makhluk lain, maka harapannya mungkin bisa terpenuhi.
Dengan cara yang sama, Sang Buddha mengatakan bahwa kemurahan hati merupakan awal dari kekayaan. Jika kita murah hati pada kehidupan yang lalu, dan sekarang berharap agar kekayaan kita bertambah, maka keuangan kita bisa berkembang.
Sebaliknya bila kita kikir saat ini, kita sedang menciptakan sebab dari kemiskinan kita di masa mendatang!
Bila ada yang merasa doanya terkabul, maka terkabulnya doa itu sesungguhnya karena ia memiliki sebabnya. Ia mempunyai tabungan karma baik di kehidupannya yang dulu, atau karena usahanya pada kehidupannya sekarang ini.
Untuk itu beberapa agama cenderung merangkaikan kata doa menjadi "Berdoa dan bekerja". Kita tentu menyetujui bahwa yang menjadi penentu terpenuhinya keinginan kita adalah kata "bekerja". Sebab, bekerja tanpa berdoa, keinginan kita masih bisa tercapai. Tapi kalau berdoa saja tanpa bekerja, hasilnya tidak pasti.
Apakah semua ini berarti bahwa doa permohonan adalah satu hal yang sama sekali tidak berguna?
Walaupun jelas doa itu sendiri tak bisa mengabulkan keinginan kita, tentu tak bisa dikatakan 'mutlak sia-sia'. Karena bagaimanapun juga, berdoa jauh lebih baik daripada melamun dengan pikiran kosong, apalagi berbohong, mencuri, mabuk-mabukan, atau perbuatan buruk lainnya.
Alih-alih mengajarkan doa-doa permohonan yang sia-sia, Sang Buddha mengajarkan Meditasi.
Meditasi bukanlah berdiam diri melamun atau mengosongkan pikiran.
Meditasi adalah perjuangan pikiran, latihan pengendalian pikiran; mengesampingkan segala pikiran dan nafsu keinginan yang rendah dan egois, mengendapkan kekotoran batin sehingga pikiran menjadi tenang. Makin maju tingkat meditasi kita, makin tenang, jemih, dan terang pikiran kita.
Dengan pikiran yang jernih, tentu kita menjadi lebih waspada, bijaksana, dan lebih bisa membedakan antara yang semu dengan yang sejati.
Pada tahap lebih lanjut, ini akan mengubah cara berpikir kita, mengubah pandangan dan tabiat kita menjadi lebih baik. Cara berpikir dan tabiat yang baik tentu membuat tindakan kita pun menjadi baik. Otomatis kelak kita akan memetik kebahagiaan, walaupun kita tidak berdoa, memohon, atau meminta.
Meditasi merupakan cara sembahyang yang paling mudah dan bersih, karena tidak mewajibkan seseorang untuk mengucapkan apa-apa yang tidak ia mengerti.
Tidak memperbesar keinginan atau keegoisan dengan permohonan atau permintaan untuk kepentingan/keuntungan diri sendiri.
Apakah berarti Dewa tidak bisa menolong manusia?
Jangankan Dewa, manusia pun bisa menolong, tetapi bantuan atau pertolongan itu tidak terlepas dari karma kita sendiri, baik pada kehidupan yang lampau maupun yang sekarang. Dewa yang kita mohoni, hanya mampu menyediakan situasi agar karma baik kita bisa tumbuh dan masak.
Bagaimana Dewa bisa menolong?
Apabila moral dan batin kita bersih, otomatis para Dewa suka berada di dekat kita. Tanpa diminta pun, mereka akan berusaha membantu kita. Memberi firasat, menghalangi makhluk jahat atau 'black-magic' yang ingin mengganggu. Tapi kalau memang karma buruk kita yang lampau telah masak dan situasi serta kondisinya mendukung, maka siapa pun tak sanggup menolong lagi.
Dalam arti sejati:
"Diri sendiri sesungguhnya pelindung bagi diri sendiri. Karena siapa pula yang dapat menjadi pelindung bagi dirinya? Setelah seseorang dapat melatih dirinya dengan baik, maka ia akan memperoleh suatu perlindungan yang sukar diperoleh".
Walau tak ada larangan untuk meminta pertolongan kepada para Dewa, umat Buddha tidak seharusnya menggantungkan hidupnya kepada para Dewa. Kemandirian seharusnya menjadi sikap yang utama. Sebab manusia mempunyai potensi tinggi untuk memenuhi kebutuhannya. Hanya karena ketidaktahuannya atau kebodohannya yang sangat dalam itulah, maka manusia gagal untuk menyadari kemampuan tersebut.
Perlu diketahui bahwa pertolongan yang dapat diberikan oleh para Dewa maupun makhluk lain hanyalah terbatas pada pertolongan yang bersifat duniawi, tidak kekal, bisa musnah, bisa hilang; sehingga akhimya bisa menimbulkan penyesalan dan kedukaan.
Sedangkan kesucian, kebahagiaan sejati, dan kesempurnaan, hanya dapat dicapai melalui usaha dan perjuangan sendiri. Sekarang mungkin timbul pertanyaan,
"Kalau memang agama Buddha tidak mengenal ajaran tentang doa, permohonan, atau minta-minta, lalu apa yang dilakukan atau diucapkan oleh umat Buddha saat sembahyang?"
Sang Buddha mengajarkan agar kita memperbaiki yang ada di dalam diri kita sendiri,
mengikis Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian), dan Moha (Kebodohan batin).
Makin bersih batin kita, makin mampu kita menahan diri dari perbuatan salah;
yang berarti makin sedikit buah-buah pahit yang bakal kita terima.
Yang diucapkan waktu sembahyang adalah PARITTA atau SUTTA.
Dengan mengucapkan paritta atau sutta, pikiran dan ucapan diarahkan untuk berpikir dan berucap yang balk.
Itu berarti membuat karma baik lewat pikiran dan ucapan.
Makna atau tujuan kita mengucapkan paritta adalah sebagai pengulangan terhadap Ajaran Sang Buddha, agar kita selalu ingat terhadap Dhamma Sang Buddha, selalu ingat kepada sila (kemoralan), kepada sifat-sifat luhur Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Dan pada akhrinya ini memberi kita semangat, penguat tekad, pembangkit usaha untuk melaksanakan Dhamma, serta sebagai pengantar yang menenangkan untuk memulai meditasi.
Umat Buddha menyatakan berlindung kepada Tiratana – Buddha, Dhamma, dan Sangha. Hal ini jangan diartikan sebagai perlindungan yang pasif, karena "berlindung" di sini merupakan pernyataan tekad, janji kepada diri sendiri untuk mempelajari, mempraktikkan Buddha Dhamma sampai akhimya mencapai Tujuan. Jadi terlindung tidaknya, tergantung dari praktik Dhamma kita sendiri; sama sekali tidak terkandung pengertian agar Tiratana menyelamatkan kita, tanpa kita perlu mempraktikkan Dhamma itu sendiri.
Ada juga Paritta yang mirip doa, berisi harapan, memang. Tetapi jelas itu tidak bisa disebut doa, memohon, atau meminta, karena sebetulnya itu adalah PATTIDANA atau Pelimpahan Jasa. Terkabul atau tidaknya harapan itu tergantung pada karma masing-masing. Bukan tergantung pada belas kasihan suatu makhluk.
Ada juga yang bermakna ADITTHANA, tekad, untuk mewujudkan harapan itu dengan jalan melaksanakan Dhamma.
Bila kita tak bisa membaca paritta, karena sebagai pemula, maka kita bisa mengucapkan: "Semoga semua makhluk berbahagia". Kalimat itu diulang-ulang terus. Bila hal itu sering kita lakukan dan hayati, maka batin kita akan diliputi oleh rasa cinta kasih (metta).
Bila kita hendak melakukan perbuatan/karma buruk yang merugikan makhluk lain, kita cepat menyadari. "Baru saja saya mendoakan agar semua makhluk berbahagia, mengapa sekarang saya ingin menyakiti orang/makhluk lain?
" Karma buruk batal kita laksanakan, buah buruk pun tak bakal kita rasakan.
"Sembahyang, Puja Bakti, dalam agama Buddha bukan untuk memaksakan keinginan kita, atau mengubah apa yang ada di luar diri kita, tapi untuk mengubah apa yang ada di dalam diri kita, mengikis kekotoran batin; Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian), dan Moha (Kebodohan batin)".
Persembahan, boleh atau dilarang?
Masalahnya bukan boleh atau dilarang, tetapi bermanfaat tidaknya tindakan itu. Sang Buddha tidak pemah melarang umat awam; Sang Buddha hanya memberitahukan akibat, pahala, dan konsekuensi dari suatu tindakan. Kita sujud dan melakukan persembahan, bukanlah karena Sang Buddha memerlukan, meminta, merasa berhak, apalagi mengharuskan. Seseorang yang telah menyucikan pikirannya dan menikmati kebahagiaan yang datang dari kebijaksanaan dan Kebahagiaan Sejati, sama sekali tidak memerlukan apa-apa dari luar dirinya untuk dapat menjadi bahagia.
Dan... Sang Buddha sebetulnya tidak memerlukan atau pun memperoleh apa-apa dari persembahan kita!
Apakah ini berarti persembahan kita sia-sia?
Yang mendapatkan manfaat dari persembahan kita sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Kita yang belum meraih kesucian, tentu memiliki kemelekatan dan kekikiran. Selalu merasa kurang dan haus. Ini membuat pikiran. kita tidak tenang, mendorong kita untuk menghalalkan segala cara untuk mernperoleh yang kita inginkan. Untuk mengikis kemelekatan dan kekikiran itu, salah satu caranya adalah melaksanakan persembahan atau berdana. Memberi tanpa merasa kehilangan. Hal ini memberikan potensi positif dan mengembangkan pikiran kita, yang selanjutnya memperbaiki tindakan kita.
Bagaimana dengan persembahan hewan kurban?
Sang Buddha sebagai Guru para Dewa dan manusia, tidak terlalu mengagung-agungkan kehidupan para Dewa, tapi juga tidak terlalu merendahkan kehidupan binatang. Sang Buddha hanya menempatkan pada proporsi yang sebenarnya saja. Memberikan komentar tentang persembahan kurban, Sang Buddha menyatakan: "Barang siapa mencari kebahagiaan bagi dirinya sendiri dengan menganiaya makhluk lain yang juga mendambakan kebahagiaan, tidak akan memperoleh kebahagiaan setelah kematian ".
Bagaimana dengan "doa kaul"?
"Tuhan/Dewa, berilah kami rezeki/makanan/anak. Kalau doa kami dikabulkan, kami akan mempersembahkan ayam panggang 10 ekor". Secara sadar atau tidak, doa itu bermakna; "Tuhan/Dewa, berilah kami rezeki/makanan/anak, kalau Tuhan/Dewa berikan, nanti saya beri ayam panggang. Tapi kalau Tuhan/Dewa tidak beri, saya juga tidak jadi memberi ayam panggang". Bila Tuhan/Dewa yang kita sembah mampu memberi kita apapun yang kita minta, apakah kita tidak salah kaprah dengan menjanjikan sesuatu kepadanya? Ibarat kita menjanjikan uang sepuluh ribu rupiah kepada Om Liem, bila Om Liem mau mengabulkan permintaan kita...
Bagaimana "kaul" secara Buddhis?
Berdana, berbuat baik dulu, baru lalu mengharap, "Semoga dengan kebaikan yang saya lakukan ini, saya bisa mendapatkan kebahagiaan/rezeki/makanan/anak". Jadi, tanam dulu benih jagung kita, baru kita bisa berharap memanen jagung. Kalau kita menanam -mendanakan- sebutir jagung, kelak kita akan mendapatkan hasil, pahalanya berbutir-butir. Kalau kita berharap panen dulu baru kelak menanam, berarti kita perlu banyak belajar dari pak tani.
Semoga tulisan ini bisa memperbaiki cara kita bersembahyang.