Tampilkan postingan dengan label 7 Perjalanan Fisik-Pikiran dan Jiwa Menyatu dengan Unsur Semesta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 7 Perjalanan Fisik-Pikiran dan Jiwa Menyatu dengan Unsur Semesta. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Februari 2022

Bukit Raya 2278 mdpl ; Perjalanan Tak Terlupakan Mendaki Tanah Tertinggi Pulau Borneo dan Mengenal Lebih Dekat Suku Adat Dayak Danum

Bukit Raya merupakan salah satu dari Tujuh Puncak Tertinggi di pulau-pulau utama di Indonesia, dan pastinya gunung ini memiliki segudang keistimewaan dan keunikannya.

Menurut Wikipedia Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya merupakan Kawasan konservasi yang menjadi taman nasional yang terletak di jantung Pulau Kalimantan, tepatnya di perbatasan antara provinsi Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. Kawasan ini memiliki peranan penting dalam Fungsi hidrologis sebagai catchment area bagi Daerah Aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan Daerah Aliran Sungai Katingan di Kalimantan Tengah.
Kawasan hutan Bukit Baka-Bukit Raya Merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropika  pengunungan yang mendominasi puncak-puncak Pegunungan Schwaner. Bukit Baka-Bukit Raya merupakan gabungan Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah. Penetapan Kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 281/Kpts- II/1992, tanggal 26 februari 1992 seluas 181.090 Ha.


Mengenang dan menghormati >
 Alm. KombesPol Hariyanto Syarifudin,Sik,MM,MHum
 (Pratisara Wirya 1992)
 Terimakasih yang sangat luar biasa untuk dukungan penuh dari sosok yang sangat luar biasa dalam perjalananku ini 
(Jasamu Abadi)



Pendaftaran/Simaksi pendakian Bukit Raya

Dua minggu sebelum rencana pendakian, dengan bantuan Polres Sintang saya mendapat akses  menghubungi mbak Ivonne Panggabean di nomor 085283862785 selaku petugas Simaksi dari pihak Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan mbak Ivonne sangat membantu saya dari mulai proses pendaftaran, koordinasi transportasi maupun tim porter hingga berbagai informasi terkait akses dan perjalanan menuju ke Bukit Raya dan mendapat beberapa gambaran akan seperti apa perjalanan kami nantinya, rencananya pendakian kami ke Bukit Raya akan melalui jalur desa rantau malam-Kalimantan Barat. Sengaja catatan perjalanan ini saya tuliskan dengan detail beserta rincian biaya perjalanan dan nomor kontak petugas karena saya sering dan anyak yang bertanya pada saya hingga hari ini tentang akses,itinerary dan perkiraan biaya, agar nantinya berguna sebagai tambahan informasi dan acuan bagi teman-teman pendaki yang akan melakukan pendakian kesini, mengingat Bukit Raya adalah bagian dari 7 Summit of Indonesia yang menjadi impian para pendaki, namun keterbatasan akses informasi menjadi kendala tersendiri, semoga bermanfaat.

Perjalanan menuju Desa Rantau Malam

Sabtu,5 Januari 2019
Pukul 07.20 pesawat yang saya tumpangi dari Surabaya mendarat dengan selamat di bandara Supadio Pontianak, ini kali pertama saya menginjakkan kaki di Kalimantan Barat dan memang perbedaan suhu membuat saya kegerahan, tidak perlu menunggu lama dua orang rekan sependakian saya Mas Arie dan Mas Greatna dari Jakarta pun telah tiba, sambil menunggu kedatangan Adhika dari Bandung kami pun ngopi dan sarapan.


Sekitar pukul 11.00 perjalanan kami pun dilanjutkan dari kota Pontianak menuju kota Sintang menggunakan pesawat ATR milik maskapai penerbangan NAM AIR, sebagai informasi jatah bagasi untuk pesawat ini adalah 10 kg, saya sendiri kelebihan bagasi 6kg dan dikenakan charge Rp.17.000/kg. Biasanya para pendaki memilih akses dari Pontianak menuju Nanga Pinoh dengan perjalanan darat menggunakan jasa bus Damri dengan waktu tempuh sekitar 9 jam, kali ini kami menggunakan jalur transportasi udara yang ditempuh cukup 30 menit saja menuju Sintang dilanjutkan perjalanan darat ke Nanga Pinoh sekitar 1,5-2 jam.
Pukul 11.30 pesawat yang kami tumpangi mendarat di bandara Tebelian Sintang, tujuan kami selanjutnya adalah menuju kantor Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di kota Sintang yang ditempuh sekitar 45 menit dari bandara untuk mengambil Surat Ijin memasuki kawasan konservasi (SIMAKSI) siang itu kami diterima oleh Mas Adi TNBBBR.
Rencana sebelumnya kami akan menginap di Sintang dan melanjutkan perjalanan esok hari menuju ke Rantau Malam, tetapi setelah mempertimbangkan efisiensi waktu maka kami putuskan untuk menginap langsung di Nanga Pinoh karena akses speedboat menuju ke Serawai letak dermaga di Nanga Pinoh dan jarak Sintang ke Nanga Pinoh ditempuh perjalanan darat sekitar 2 jam, jadi setelah urusan Simaksi di Sintang selesai kami pun langsung bertolak menuju ke kota Nanga Pinoh Kab.Melawi dengan mobil sewaan bertarif Rp.600.000 yang mengantarkan kami dari bandara menuju sintang dan dari Sintang menuju Nanga Pinoh plus diantar keliling cari penginapan dan belanja logistik sampai booking speedboat ke dermaga SDF Nanga pinoh
Pukul 15.00 kami tiba di kota Nanga Pinoh kab Melawi, kebetulan langsung mendapatkan penginapan Avaro yang letaknya strategis dekat dengan dermaga,pasar dan minimarket, sore hingga malam waktu pun dihabiskan dengan berbelanja logistik pendakian,makan,ngopi,ngobrol,belanja dan ngobrol lagi :D

Minggu, 6 januari 2019
Pukul 07.00 pagi kami sudah siap dari penginapan menuju dermaga SDF Nanga Pinoh sesuai dengan kesepakatan speedboat yang akan mengantarkan kami menuju Serawai menunggu kami disana, sebelum berangkat sambil menunggu Acok pemilik speedboat menata barang bawaan kami di perahunya, diwarung depan dermaga masih sempat ngopi dan sarapan sate lontong dengan bumbu khas Nanga Pinoh yang punya ciri khas berbeda, lezat diluar ekpektasi....saya suka :) oiya kami menyewa speedboat kapasitas 6 orang dengan biaya Rp.1.500.000,- dari Nanga Pinoh menuju Serawai.



Pukul 07.45 dengan penuh semangat perjalanan pun dimulai dengan menggunakan speedboat menyusuri sungai Melawi, semua tim nampak gembira dan penuh semangat :D sibuk foto foto dan mendokumentasikan perjalanan, seumur hidup ini pengalaman saya pertama kali naik speedboat menyusuri sungai kalimantan tentu saja saya pun sangat antusias. Satu jam berlalu... panas mulai menyengat, kantuk pun mulai menyerang, ditambah sapuan angin yang lumayan kencang membuat satu persatu dari kami mulai tumbang tak sadarkan diri hehehe



Dua jam berlalu... tiba-tiba speedboat yang kami tumpangi berhenti di suatu rumah makan, horeee...mungkin sudah sampai Serawai? ternyata saya salah, kami singgah di suatu rumah makan terapung di pinggir sungai wilayah Nanga Nuak untuk istirahat yaaah semacam rest area begitulah, saya pun brunch disini dengan menu ikan sungai, lezat? iyaaa...saya suka! nantinya sewaktu perjalanan pulang pun saya request mampir makan disini lagi. Selesai ngopi dan makan perjalanan pun dilanjutkan kembali menuju Serawai.



Akhirnya pukul 12.30 kami pun tiba di Serawai dan sudah ditunggu oleh Pak Ebong pemilik perahu klotok yang akan mengantarkan kami melanjutkan perjalanan menuju desa Rantau Malam. Tarif sewa perahu klotok dari Serawai-Rantau malam (PP) Rp.2.500.000 Jika air sungai pasang, dan jika air sungai surut Rp.2.300.000 (Serawai-Jelundung) dan dilanjutkan naik ojek Rp.50.000/orang menuju Rantau Malam dan ojek barang Rp.1000,-/kg
Pukul 13.00 perjalanan pun dilanjutkan menggunakan perahu klotok menyusuri sungai Serawai menuju desa rantau malam, memasuki kawasan sungai Jelundung pemandangan berubah menjadi teduh dan indah, air sungai pun berubah menjadi bening dihiasi pepohonan di kanan kiri seperti sebuah gerbang, hari ini judulnya adalah berjemur sampai akhir hehehe bagaimana tidak 8 jam lebih kami diatas perahu menerima terpaan matahari langsung didekat garis khatulistiwa tapi tetap saya sangat menikmati perjalanan ini. 



Pukul 17.00 atau tepat 4 jam perjalanan yang ditempuh kami pun tiba di desa Rantau Malam, diantar oleh pak Ebong menuju homestay, Kami mendapatkan rumah singgah di rumah Bapak Zakat (Kepala Dusun Rantau Malam) sebenarnya sistem Homestay disini sudah terkoordinasi dengan baik, ada beberapa rumah dari dua desa yang telah ditunjuk untuk menyediakan fasilitas penginapan dan sistemnya bergilir, fasilitas yang diberikan hanya tempat menginap untuk tambahan makanan dan minuman ada penambahan biaya tersendiri sesuai menu yang disajikan.



Biaya Homestay sebesar Rp.200.000,-/2 malam yaitu malam sebelum mendaki dan malam sesudah mendaki, Ibu kadus sebagai Pemilik homestay pun mempersilahkan saya jika ingin memasak sendiri beliau mempersilahkan menggunakan dapurnya atau jika mau dimasakkan juga beliau berkenan dengan senang hati membantu memasak dan menyediakan makanan untuk kami. Keramah-tamahan dan kehangatan penyambutan masyarakat desa Rantau Malam khususnya keluarga Bapak Kadus dan Tim Porter menepis cerita miring yang sempat saya baca di suatu blog. Saya pikir sistem seperti ini sudah sangat wajar dan masuk akal tidak ada keresahan yang tidak perlu.

Bahkan untuk Tim Porter di Bukit Raya pun sudah terkoordinasi dengan baik, untuk memasuki Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, semua pengunjung wajib didampingi oleh porter yang ditunjuk oleh ketua porter dan sesuai jadwal giliran yang telah disepakati.
a. 1-2 orang pengunjung didampingi 1 orang porter
b. 3-5 orang pengunjung didampingi oleh 2 orang porter
c. 6-8 orang pengunjung didampingi oleh 3 orang porter
d. 8-10 orang pengunjung didampingi oleh 4 orang porter
yang tertera diatas adalah porter wajib/minimal dalam suatu tim pendakian, biaya jasa porter sebesar Rp.175.000/Hari yang dihitung dalam satu paket pendakian yaitu 6 hari (sesuai simaksi)



Ketika kami tiba, tidak lama berselang ketua tim porter pak Bacok dan beberapa rekan porter pun datang menemui kami di rumah Bapak Kadus, setelah saling memperkenalkan diri dan mengobrol kami mengutarakan maksud dan kebutuhan kami untuk pendampingan dan menyerahkan SIMAKSI untuk diteruskan ke pihak Resort Rantau Malam, saya melihat kehadiran ketua tim porter dan beberapa anggota porter di tempat kami menginap itu sangat memudahkan kami dalam berkoordinasi terkait persiapan tekhnis pendakian,


justru hal seperti ini para pendaki sangat diuntungkan karena semua hal yang dibutuhkan dan belum dipahami seputar proses persiapan pendakian semuanya dapat dibantu oleh warga. Pun upacara adat sebagai tradisi sebelum pendakian sampai pada syarat-syarat bahan ritual pun dibantu disediakan oleh Ibu Kadus, mereka pula yang menghubungi Bapak Ketua Adat untuk datang ke tempat kami dan memimpin ritual upacara adat "Ngukuih hajat"

selain memimpin upacara adat, bapak Ketua adat pun menjelaskan secara gamblang, filosofi-filosofi dari bahan ritual,dan doa-doa yang dipanjatkan pada yang Maha Kuasa versi bahasa Indonesia jadi ini sebenarnya luar biasa, selain memimpin ritual beliau juga membuka wawasan kami dan memperkenalkan Budaya suku Dayak Danum pada dunia yang lebih luas, salut dan sangat menghargai upaya beliau memperkenalkan dan berbagi pengetahuan tentang kehidupan sosial dan budaya Suku Dayak dan tentu saja saya pun bangga karena Suku Dayak adalah bagian dari Budaya Indonesia, bagian kekayaan budaya kita semua :)



Pendakian Bukit Baka Bukit Raya 2278 Mdpl

Rantau Malam - Pos 4 Sungai Mangan

Senin, 7 januari 2019

Pukul 07.00 kami semua telah bersiap setelah sebelumnya menikmati kopi/teh pagi dan sarapan dengan nasi+ayam kecap yang dimasak oleh bu kadus, beliau juga membawakan nasi bungkus dengan menu yang sama untuk bekal makan siang kami di jalan.







oiya semalam saya pun sempat menanyakan dan menegaskan kembali kesiapan tim porter untuk dapat berangkat paling pagi jam berapa ( karena menurut informasi sebelumnya yang berkembang diluar sana porter di Bukit Raya susah kalau bangun pagi, dan dengan mantap Tim Porter menyatakan pendaki meminta siap jam berapa pun mereka siap) dan terbukti mereka sangat ontime sebelum jam 7 mereka sudah berdatangan ke tempat kami menginap.

Dari rumah bapak Kadus Rantau malam kami memulai pendakian dengan menyusuri jalan desa dan menyeberang sungai, karena tidak perahu yang sedang standby di sungai akhirnya kami menyeberangi sungai dengan cara manual :) Setelah menyeberang sungai kami pun melanjutkan trekking menuju pangkalan ojek, dan ternyata karena semalam hingga dini hari hujan deras menyebabkan tidak ada satu ojek pun yang mangkal, karena apabila semalam hujan jalan yang dilalui oleh ojek yang berupa jalan tanah liat yang penuh dan tanjakan dan turunan itu sangat licin dan susah dilewati motor.
Akses jalan yang kami lalui saat memulai pendakian untuk menuju pintu rimba ini via Korong Hape yaitu jalan tanah merah yang ditinggalkan oleh perusahaan kayu, dinamakan Korong Hape karena di spot ini tepatnya di tengah jalan kita akan mendapatkan signal seluler.
Sebenarnya jalur resmi yang ditetapkan oleh Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya adalah via Batu Lintang nantinya kita akan menjumpai Pos 1 dan Pos 2 dengan jalur yang teduh namun lebih panjang,
Jalur Korong Hape semacam jalan pintas karena ketika masuk pintu rimba dan trekking beberapa lama kita langsung menuju pos 3. Kami memilih korong hape dengan harapan bertemu ojek (tapi itu hanya harapan) dan jika berjalan kaki lebih cepat 2 jam daripada via Batu Lintang, dengan resiko jalur ini sangat terbuka, menanjak dan panas sekali, benar-benar panas,gerah,dehidrasi apalagi ketika menuju jam 12 siang, kulit tangan seperti terbakar sampai merinding semua saking panas dan gerahnya.

Tepat pukul 12.00 siang saya sudah tidak sanggup lagi menahan diri untuk tidak istirahat, segera melepaskan backpack dan menggeletakkan dimana saja, benar-benar gerah ini yang membuat saya tidak kuat hehehe (Tantangan Tahap 1) istirahat cukup lama hampir 30 menit saya pun melanjutkan perjalanan, tidak sampai 10 menit saya tiba di Korong Hape belum sempat ambil handphone untuk test signal Tiba-tiba angin berhembus kencang dan cuaca pun berubah dengan cepat, hujan ucapan selamat datang pun turun lumayan deras, lelucon macam apa pula ini hahaha
Akhirnya semua tim berkumpul dan makan siang di pintu rimba sambil menunggu hujan reda.


Sekitar pukul 13.20 perjalanan pun dimulai dari pintu rimba menuju campsite kami hari ini yaitu Pos 4 Sungai Mangan, jalur yang dilalui berupa hutan dengan pepohonan tinggi menjulang dengan vegetasi yang rapat, beberapa kali menemukan buah Dongu (buah akar) menurut bahasa Dayak Danum rasanya manis asam rasanya segar banget di lidah, kebanyakan sih tinggal kulitnya saja karena pagi hari sudah disantap orang utan jadi kalau menemukan yang masih utuh berarti anda sedang beruntung.
Pukul 16.02 kami pun tiba di pos 3 Hulu Menyanoi terdapat sungai kecil jernih disini untuk mengisi ulang air minum dan mengambil bekal air untuk memasak karena di pos 4 Sungai Mangan airnya berwarna merah efek dari akar akar pohon dan guguran daun kering. Setelah trekking kurang lebih satu jam akhirnya sebelum gelap kami tiba di campsite Sungai Mangan dan segera mendirikan tenda untuk bermalam, disini terdapat shelter berupa rumah panggung terbuka dan masih bagus, shelter ini kami jadikan dapur umum dan tempat bercengkrama. Disinilah awal mula kekonyolan saya dimulai, pacet mulai menampakkan diri dan saya ketakutan.



Pos 4 Sungai Mangan-Pos 5 Sungai Rabang-Pos 6 Hulu Jelundung

Selasa, 8 Januari 2019 Hari ke 2 Pendakian

Jam 08.30 setelah sarapan dan  tim pun siap melanjutkan pendakian, jalur yang dilalui setelah pos 4 masih terhitung landai tak berapa lama kita akan tiba di tempat lintasan burung Enggang, mulai disini perjalanan pun diiringi suara burung burung Enggang yang melintas di sela pepohonan, Populasinya pun terhitung masih sangat banyak dan terjaga, 



Masyarakat suku Dayak sangat menghormati burung enggang, dan menganggapnya sebagai panglima burung. Hampir seluruh bagian tubuh burung enggang menjadi lambang dan simbol kebesaran dan kemuliaan suku Dayak.

Jalur ke Pos V terhitung banyak bonus apalagi menjelang pos V kita menuruni bukit hingga menjumpai aliran sungai jernih dan cukup deras, camp favorit sebenarnya, oiya jika di pos 4 populasi pacet masih malu-malu dan ukurannya masih imut-imut namun setengah perjalanan menuju pos 5 mereka semakin sering muncul dengan ukuran yang lebih besar dan mulai agresif 🙄 Sering saya merepotkan rekan seperjalanan dengan kekonyolan,histeria dan ketakutan saya yang sebenarnya berlebihan pada makhluk satu ini di tiga hari pertama mendaki.
Satu kata untukku: LEBAY!!! 

Pukul 12.15 atau 3 jam 45 menit trekking tiba di pos 5 Hulu Rabang, istirahat makan siang, pukul 1.15 mulai trekking lagi menuju ke pos 6 jalur pendakian menanjak terus mulai dari sini, terkadang tiba tiba jalur pun tertutup dedaunan atau batang kayu, guide sangat dibutuhkan saat-saat seperti ini. 



Sekitar pukul 15.30 kami tiba di Pos 6 Hulu Jelundung, disini terdapat aliran air sungai yang jernih dan cukup deras, dan istimewanya disini kita juga dapat mengakses signal HP,
Karena kelamaan istirahat jadi mager deh dan jarak ke pos 7 masih sekitar 2,5 jam lagi waktu tempuhnya, akhirnya memutuskan camp disini. 
Sebenarnya Hulu Jelundung bukan tempat camp favorit karena tanahnya yang miring. Rencana Summit pukul 04.00 pagi pun gagal total karena sejak jam 02.00 hujan turun dengan derasnya, entah kenapa jadi girang banget gagal summit pagi itu 





Pos 6 Hulu Jelundung-Pos 7 Linang

Rabu, 8 Januari 2019 Hari Ketiga Pendakian

Sejak dini hari hingga jam 9 pagi hujan turun deras, rencana kemarin sore yang akan summit attack pukul 04.00 dan kembali camp lagi di pos 6 Hulu Jelundung pun akhirnya di revisi, 
Kalau menurut rencana semestinya hari ini menjadi hari yang berat karena jadwalnya dari pos 6-puncak kakam-pos 6 lagi
 ( silahkan kalkulasi waktu dan jaraknya) 
tapi rupanya alam merubah menjadi hari paling santai karena hanya akan bergeser tempat camp naik di pos 7  dengan pertimbangan jika camp di pos 7 tidak jauh dari situ dekat dengan aliran sungai sebagai sumber air.
Barulah kami lanjut summit attack di hari berikutnya.

Jam 11.15 mulai meninggalkan pos 6 Hulu Jelundung, trek mulai menanjak tapi masih menemukan jalur bonus disana sini, hati hati dengan batang rotan muda berduri yang sering melintasi di tengah jalur 
( jadi ingat ketika lagi jalan tiba tiba topi saya seperti ada yang mengambil lalu ketika menoleh ke belakang topinya sedang tergantung melayang di udara, asli seperti film horor hahaha tapi ini nyata, siapa yang tidak kaget setengah mati, tapi tetap berusaha berpikir logic aja eh ternyata itu topi tersangkut duri rotan terus naik deh keatas ) bikin kaget aja mana pas lagi nggak ada orang di belakangku  🙈 
Satu jam berjalan kita sampai di pos bayangan, berupa dataran agak lebar dan RATA hahaha tidak seperti tempat camp kami kemarin, disini suasana mulai berkabut dan mulai terasa dingin khas pegunungan, kalau yang kemarin masih terasa panas. 

Satu jam dari pos bayangan atau tepat pukul 13.20 sekitar 2 jam jarak dari pos 6 kami pun tiba di pos 7 Linang.
Seumur umur naik gunung baru pernah 2 jam jalan lanjut bangun camp lagi. Tapi inilah nikmatnya karena saya ingin melanjutkan tidur lagi, saya pernah merasakan penderitaan tidur di lahan yang miring ke samping sewaktu di camp Nasapeha gunung Binaiya tapi sumpah miring kebawah dengan hasil akhir tidur melorot berulang ulang  itu jauh lebih menderita hahaha tidak bisa tidur dan akhirnya migrain, tapi serulah kalau nggak begitu nggak akan ada cerita 😃



Hari ini benar benar Hari Santai Nasional 🤟
Ada yang bikin content, ada yang ngeriung di tenda, ada yang ngobrolin film dari K2 sampai Vertical Limit.
Tapi walau berbeda-beda topik dan kegiatan tetap semua memiliki kesamaan yaitu sambil tetap fokus menghalau pacet dari tubuh masing masing 👏🤣



Pos 7 Linang-Puncak Kakam-pos 7 Linang

Kamis, 9 Januari 2019, Hari ke-4 Pendakian
Pukul 07.15 perjalanan pun diawali dengan doa dan harapan semoga pedakian hari ini menuju puncak Bukit Raya diberi kelancaran dan keselamatan, 
Sinar matahari pagi masih samar samar tertutup kabut dan pepohonan, dari pos 7 menuju pos 8 jalur pendakian menanjak terus sampai melewati pertigaan pos 8 barulah terdapat jalur agak mendatar di beberapa tempat, setelah di dataran yang agak tinggi ini populasi pacet walaupun masih ada tapi tidak se agresif di pos 7, semakin keatas tidak ada pacet lagi.
Sinar matahari pagi menemani perjalanan ke puncak Kakam dengan jalur yang semakin terjal, menikmati aneka ragam kekayaan hayati yang dimiliki Bukit Baka Bukit Raya menjadi hiburan tersendiri selama trekking.
Setelah 3 jam perjalanan kami mulai berjalan melipiri punggungan bukit Jempol, dinamakan bukit Jempol karena dari desa Rantau Malam bukit ini terlihat seperti Jempol 👍🏻



15 menit setelah melewati punggungan bukit atau 3 jam 10 menit trekking dari pos 7 kami tiba di suatu tempat terbuka terdapat tebing batu besar, nah tugas kita selanjutnya adalah memanjat tebing batu dengan berpegangan pada akar-akar pohon ( webbing lebih disarankan) 

Setelah melewati tebing batu bukit jempol “Welcome to Paradise” kita akan memasuki hutan lumut, dimana pohon pohon tinggi menjulang yang ditumbuhi oleh lumut, lumut yang tumbuh disekitar terlihat seperti karpet, dan tetesan-tetesan air yang ada padanya tampak berkilau tertimpa sinar matahari, tumbuhan kantong semar sering kita jumpai disini.
Kita pun akan menemukan banyak jalur datar bahkan menurun dan tentu saja jalur menanjak, tingkat kesulitannya adalah pada pepohonan berlumut yang sering kita jumpai melengkung melintasi jalur jadi kita harus sering merunduk untuk dapat menerobos dibawahnya, beberapa kali pohon tumbang juga menghalangi jalur pendakian yang masih sangat rapat, jadi kehadiran guide/porter sangat sangat dibutuhkan di Bukit Raya untuk mendampingi pendaki.
45 menit sebelum puncak cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba berubah hujan pun mulai turun.

Akhirnya pada pukul 12.55  atau sekitar 5 jam 40 menit trekking dari pos 7 Linang saya diijinkan oleh Semesta menapakkan kaki kecil saya di Puncak Bukit Raya diiringi oleh rintik hujan yang mulai mereda dan rasa syukur, suatu perjalanan panjang untuk mengunjungimu Puncak Kakam, the heart of Borneo  😇❤️



Gunung Bukit Raya adalah salah satu gunung dalam rangkaian 7 gunung tertinggi di Indonesia (7 Summits of Indonesia) yang mewakili gunung – gunung di Pulau Kalimantan, termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di Kalimantan Barat. Taman Nasional ini pun menjadi salah satu bagian dari jajaran pegunungan Muller-Schwaner dengan puncak tertingginya yaitu Puncak Kakam dengan ketinggian 2.278 mdpl, hutannya yang rapat, riuh suara hewan hewan penghuni dan masih sangat alami memiliki segudang pesona dan daya tarik tersendiri.

Butuh waktu perjalanan 4 hari untuk menggapai puncakmu dan butuh waktu 2 hari untuk kembali turun ke desa Rantau Malam, dan butuh waktu 2 hari untuk kembali ke kota Pontianak. 
Konturmu yang naik turun bukit serta melintasi sungai mengingatkanku pada gunung Binaiya di Maluku. 
Semoga di lain waktu Semesta mengijinkanku mengunjungimu lagi, jujur aku mengagumi alam Bukit Raya beserta seluruh keramah-tamahan, ketulusan, kebaikan hati, serta budaya/ adat istiadat warga lokal di kaki gunungmu, satu kesatuan yang sangat menarik dan aku bangga Suku Dayak dengan semua keunikan dan keistimewaan sosial budayanya adalah bagian dari Budaya Indonesia ❤️



Full Team Pendakian Bukit Raya 5-14 Januari 2019 

Terimakasih kepada rekan-rekan sependakian: @greatna88 , @ariepanca ,  @adhikagraha
 banyak semua kebaikan dan bantuannya selama proses perjalanan dan pendakian guys, senang bisa melakukan perjalanan 10 hari menelusuri alam Borneo dengan kalian yang luar biasa , terimakasih juga untuk kebersamaan, kekompakan dan persahabatannya  



Terimakasih kepada Tim Porter, pak Bacok, pak Hatta, pak Sriyono, dan tentunya sahabat porter Bukit Raya @fendi539 yang sangat-sangat membantu saya dalam proses pendakian Bukit Raya 
Tim Porter Bukit Raya itu luar biasa baik,berdedikasi dan keren pokoknya 
Terimakasih juga kepada pak Kepala Dusun Rantau Malam dan istrinya telah menyediakan rumahnya untuk tempat kami menginap, keramahan dan kebaikannya membuat saya sangat merasa nyaman seperti dirumah keluarga sendiri 


Terimakasih pula kepada Bpk Kapolres Melawi AKBP Ahmad Fadlin melalui  Satlantas Polres Melawi atas perhatian, keramah-tamahan, semua bantuan,dukungan dan jamuannya ketika saya di wilayah Melawi/Nanga Pinoh 









Rabu, 13 September 2017

Perjalanan ke Puncak Abadi Para Dewa ; Gunung Semeru 3676 Mdpl


Gunung Semeru 3676 meter diatas permukaan laut merupakan gunung yang memiliki puncak tertinggi di pulau Jawa sekaligus gunung api tertinggi nomor tiga di Indonesia memiliki daya tarik luar biasa yang menarik minat semua pendaki atau sebagian orang untuk mengunjunginya.
Gunung Semeru dengan puncak Mahameru-nya yang melegenda menjadi impian saya sejak kecil untuk berada disana, berbekal impian masa kecil (telat banget ya :p) 
mari kita mulai lakukan perjalanan ini ...........

oiya menurut Wikipedia 
 Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat[1]. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwodan Candipuro di Lumajang.

Kamis 15-Juni-2017

Tumpang-Ranu Pani

Pagi hari setelah sarapan pukul 08.00 saya start dari Malang menuju Tumpang, jarak dari kota Malang-Tumpang sekitar 32 km dan ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit berkendara. Setiba di Tumpang kami berkumpul di basecamp jeep yang terletak di dekat area pasar Tumpang.

Basecamp Jeep

Sopir jeep dan porter sedang mengatur carrier

Akhirnya setelah menunggu sekian lama, pukul 11.00 siang kami mulai melakukan perjalanan menuju desa Ranupani. Setelah berkendara beberapa saat kami tiba di Gubuk Klakah dan membayar tiket masuk kawasan taman nasional bromo tengger semeru. Tarif yang berlaku pada saat itu tertera pada gambar dibawah ini:

Tarif Masuk Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Kalau lurus/jalan menanjak  kita akan menuju desa Ranu Pani yang merupakan pintu gerbang pendakian gunung Semeru, sedangkan ke kiri /turun kita akan menuju ke kawasan wisata Bromo















Baru memulai perjalanan...kami sudah disuguhi pemandangan yang indah seperti diatas :D 



Akhirnya setelah melewati jalanan yang terjal,curam, berliku-liku dan sempit kami memasuki pintu gerbang desa Ranu pani,kecamatan Senduro,Kabupaten Lumajang

Sambil menunggu pengurusan Simaksi beres, kami beristirahat sekaligus makan siang di salah satu rumah makan sekaligus penginapan di desa Ranu Pani














 Sekitar pukul 14.00 kami berkumpul di suatu aula dan diberi briefing oleh team relawan @Saverindo , menerima briefing tentang pendakian di Semeru adalah WAJIB.


 Basecamp Pendakian Gunung Semeru (Ranu Pani) - Ranu Kumbolo





Sekitar pukul 15.15 menit pendakian pun di mulai, kami melewati jalan paving menuju pintu gerbang. Sesampai di pintu gerbang disambut oleh jalan rusak parah dan becek.
Namun selanjutnya trek yang kita lalui terhitung landai dan sudah terpasang paving sekitar 3km yang ditempuh sampai di Landengan Dowo 2300 mdpl (Pos 1) atau sekitar 1,5 jam.
Ada yang berjualan di Pos 1 waktu itu dan anjingnya sangat lucu dan berbulu tebal namnya Xander :)

Pos 1 Landengan Dowo

Tampak Mahameru dari sini (dekat dimata jauh dikaki)


Akses selanjutnya masih terbilang mudah dan landai koq walaupun di kanan kiri tampak vegetasi yang mulai rapat,
Dari Landengan Dowo (Pos 1) ke Watu Rejeng 2350 Mdpl (Pos 2) berjarak 3 km atau bisa ditempuh sekitar 1 jam




Dari Pos 2 menuju Pos 3  kita akan melewati jembatan, namanya sih jembatan cinta.
(entah mengapa di semeru banyak lokasi yang nama belakanganya CINTA hehehe) di jalur ini kita akan melewati dua jembatan yaitu jembatan lama dan jembatan baru. Jalurnya tetap melipir bukit masih relatif datar dengan trek menanjak di beberapa spot lumayan mulai menguras tenaga.



Hari mulai menjelang magrib ketika kami tiba disini, hujan rintik mulai menghiasi langit. Rain coat,headlamp mulai dikenakan, sebelumnya kami beristirahat sembari ngemil mengisi energy yang mulai terkuras.

Perjalanan dari Pos 3 menuju Pos 4 pun dilanjutkan dengan jalan beriringan karena hari yang semakin gelap dan tanjakan demi tanjakan telah menanti dihadapanku, setelah dengan tekun berjalan melipiri bukit menapaki tanjakan sembari mengatur napas yang mulai ngos-ngosan sekitar 30 menit saya tiba di Pos 4.

View dari Pos 4 diambil ketika turun

Karena hari sudah malam maka pemandangan indah di Pos 4 ini tidak terlihat, disini kita berada tepat di atas Ranu Kumbolo jadi view-nya 360 sangat indah sekali ketika hari masih terang, ada bukit, danau,padang sabana, kepulan asap dari puncak jika hari cerah pun terlihat dari sini.
berhubung saat itu sekitar pukul 18.00 jadi yang terlihat hanya hitam di sekeliling :)

View dari Pos 4 diambil ketika turun

Selanjutnya dari Pos 4 kita akan turun menuju Ranu Kumbolo yang terletak di lembah dibawah Pos 4, turunannya lumayan curam apalagi gerimis sempat membasahi bumi dan trek yang kami lalui semakin licin. Dengan sisa-sisa tenaga akhirnya saya tiba sekitar pukul 19.00 malam itu di camp area Ranu Kumbolo 2400 Mdpl, syukurlah tenda sudah didirikan sejak tadi oleh porter yang sudah berjalan lebih dulu didepan, sekarang tinggal mengistirahatkan badan dan menyatukan diri dengan alam di gunung Semeru :)



Suhu di Ranu Kumbolo malam ini terasa tidak begitu dingin, namun tetap saja saya sulit untuk terlelap. Setelah pukul 04.00 pagi baru bisa mulai terlelap namun baru lelap sebentar sayup-sayup di luar tenda saya mendengar orang-orang yang mulai bangun menyambut matahari terbit yang muncul di dua bukit tepat di balik Ranu Kumbolo, hmm....rasanya masih ingin melanjutkan waktu tidur yang sangat singkat ini.


Jumat,16 Juni 2017

Ranu Kumbolo 2400 Mdpl - Oro oro Ombo-Cemoro Kandang-Kalimati 


Morning selfie hehehe








Pagi ini di Ranu Kumbolo yang sering disebut sebagai kampung para pendaki mulai hangat oleh sinar sang mentari. Kubuka tenda dan menyambut pagi itu dengan kedamaian. Tampak kabut tebal yang menutupi permukaan air danau perlahan-lahan mulai tersibak dan menguap seiring mentari yang mulai tinggi muncul dari kedua bukit di seberang danau.



Ranu Kumbolo yang terletak sekitar 2400 mdpl selain memiliki pemandangan yang luar biasa indah, di sisi lain tepat di tepian danau terdapat sebuah Prasasti yang memiliki nilai sejarah penting.

Sekitar abad ke 11, ada seorang raja dari Kerajaan Kadiri, bernama Prabu Kameswara. Beliau memerintah sekitar tahun 1180-1190-an, 
dengan bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita Digjaya Uttunggadewa.

Prabu Kameswara mendaki Semeru untuk bersemedi; mendekatkan diri pada Sang Hyang Pencipta alam semesta. Untuk menandai kedatangannya ke Semeru, Prabu Kameswara mengabadikannya ke dalam sebuah prasasti. Namanya Prasasti Ranu Kumbolo. Prasasti ini berada di tepian danaunya. Ada sebuah tulisan di batu prasasti tersebut, yaitu "Ling Deva Mpu Kameswara Tirthayatra."
Menurut sejarawan M.M. Sukarto Atmojo, tulisan yang berbahasa Jawa kuno tersebut, dapat diartikan bahwa ketika itu, Prabu Kameswara pernah melakukan kunjungan suci dengan mendaki Gunung Semeru. Angka tahun prasasti, masih menurut sang sejarawan, berkisar pada 1182 M.



Saya berkunjung di waktu yang tepat yaitu ketika bulan Ramadhan, Ranu Kumbolo yang biasanya sangat ramai di penghujung minggu apalagi hari libur panjang, hari itu terhitung sepi, hanya sekitar 15 tenda dan ini merupakan saat tepat untuk menyepi dan mengistirahatkan pikiran kita dari hiruk pikuk kehidupan, kembali menyatu dan selaras dalam keheningan alam semesta.
 Di Ranu Kumbolo juga terdapat shelter yang cukup luas, disitu juga ada bapak-bapak yang berjualan minuman hangat, gorengan, mie, sampai obat-obatan ringan juga tersedia koq.
Di belakang shelter sedang di bangun kantor pengawas Ranu Kumbolo/Semeru.
Agak ke atas tersedia toilet umum.
Mandi di danau tidak diperbolehkan karena akan mencemari sumber mata air satu-satunya di camp area Ranu kumbolo. 


Pagi itu setelah selesai hunting foto.... saatnya hunting kopi pagi sambil berjemur menghangatkan badan.
 setelah sarapan pagi dengan nasi goreng buatan chef kami yang luar biasa enak, kami pun mulai bersiap dan packing untuk melanjutkan perjalanan menuju Kalimati.

Sekitar 10.00 pagi itu setelah semuanya siap, dilanjutkan ritual foto-foto :D kami pun bersiap melanjutkan perjalanan, tantangan yang harus dilewati ketika meninggalkan Ranu kumbolo kita harus mendaki melalui Tanjakan Cinta yang penuh mitos ini hehehe.... 




katanya sih tidak boleh menengok ke belakang , wah kalau saya menengok ke belakang terus karena rasanya belum bisa move on dari keindahan ranu kumbolo, apalagi kalau dilihat dari atas indaaaah sekali.
Tanjakan cinta sebetulnya tidak terlalu terjal, hanya saja panjang dan lumayan menguras tenaga

Surganya gunung Semeru..bikin susah gak nengok ke belakang

Oro-Oro Ombo 2640 Mdpl






Jarak dari Ranu Kumbolo menuju Oro oro Ombo sekitar 1km bisa ditempuh sekitar 20 menit.

Padang oro oro ombo, dihiasi bunga "lavender" 
Sebenarnya bukan lavender tetapi Verbena brasiliensis ini berpeluang untuk menguasai habitat sekitar, sehingga menghancurkan spesies tanaman lain yang ada di TNBTS karena untuk dapat hidup bunga ini menyerap sangat banyak air, 


jadi nggak apa apa kalau mau dipetik untuk dibawa pulang, tentunya dengan cara yang benar yaitu dibungkus dengan plastik, karena benihnya mudah sekali tumbuh jika tidak dilakukan dengan cara yang benar dikhawatirkan malah akan berceceran dan tumbuh disekitar jalur pendakian yang kita lewati ☺

Oro oro ombo ini juga dihiasi bukit-bukit indah di sekelilingnya, 
wah...Semeru begitu sempurna.





Disini terdapat dua jalur yang bisa kita lewati untuk menuju ke Cemoro Kandang, Jika turun ke bawah lumayan curam tetapi kita bisa melewati hamparan "Lavender" sambil berfoto ria atau ingin menyentuhnya langsung? :)


Kalau lewat atas melipir pinggang bukit kita hanya dapat melihat padang "Lavender" dari atas. Saya memilih melewati hamparan "Lavender" saja, nanti ketika pulang...biasanya sudah lelah dan hasrat foto-foto otomatis menghilang mungkin lewat saya akan lewat jalur atas saja :)

Cemoro Kandang 2500 Mdpl

Jarak dari Oro-oro Ombo menuju Cemoro Kandang sekitar 1,5 km bisa ditempuh sekitar 25 menit, Jalurnya datar dan santai banget pokoknya, pemandangan bukit di sekelilingnya ( bukit-bukit ini yang harus kami susuri lagi untuk menuju ke Kalimati ) 

Cemoro Kandang adalah sebuah dataran yang luas dan teduh, biasanya terdapat warung (orang berjualan) semangka,gorengan,minuman dll. Cemoro kandang sekaligus menjadi pembatas hamparan padang rumput, karena disini vegetasi berubah menjadi hutan cemara yang teduh dan indah namun trek mulai kembali menanjak dan menanjak, pokoknya kalau sampai Cemoro kandang siapin amunisi, makan semangka yang banyak hehehe buat dikonversi jadi energi.


Jambangan 2600 Mdpl

.Jarak dari Cemoro Kandang menuju Jambangan sekitar 3 km bisa ditempuh sekitar 40 menit. Sepertinya di sini terdapat warung yang merupakan warung terakhir di jalur pendakian Mahameru, jenis produk yang dijual san harga tetap sama loh dari Pos 1 sampai Jambangan, semua serba Rp.2500 untuk sepotong semangka dan gorengan. Disini juga banyak kita temui pohon edelweiss,cantigi,padang rumput, juga pohon cemara, lengkap yah :)

dari Jambangan saya terpana....
tampak sang Mahameru berdiri tegak dengan gagahnya, benar-benar hanya bisa takjub saya melihatnya.


Mahameru penuh dengan sisi DUALITAS-nya 
-Begitu mengerikan tapi menggugah hati untuk menggapainya
-Begitu sangar namun begitu ramah
-Begitu menakutkan namun begitu mengayomi
-Begitu gelap namun begitu terang menyilaukan
Bagaikan kekuatan SangHyang Mahadewa
Bagaikan perwujudan dari alam semesta ini yang penuh dengan Dualitas
Tidak salah jika orang awam pun menjulukimu puncak abadi para Dewa.


Jauh di dalam hatiku ada ketakutan tapi di sisi lain ada keyakinan untuk dapat berada disana esok pagi
Semoga alam semesta merestui dan membantu perjalananku, bukan untuk menaklukkan puncakmu...
Tapi untuk bersujud sebagai pengabdian dan penyerahan diriku total kepada Sang Pencipta Alam semesta beserta seluruh isinya.


Kalimati 2700 Mdpl ( Area Camp Terakhir Sebelum Pendakian ke Puncak Mahameru)




Jarak dari Jambangan menuju Kalimati sekitar 2 km bisa ditempuh dalam waktu 30 menit.
Sebenarnya dari pihak TNBTS hanya mengijinkan batas akhir pendakian gunung Semeru sampai di Kalimati, jika kita nekad meneruskan pendakian ke puncak Mahameru, segala resiko siap ditanggung sendiri dan asuransi tidak berlaku.



Kalimati terdapat shelter dengan padang rumput yang sangat luas dibatasi oleh hutan cemara,
mampu menampung ratusan tenda. Ke arah barat sekitar 1 km terdapat sumber air namanya Sumber Mani. Jika kita berjalan-jalan ke arah utara dan menatap ke arah selatan tampak Sang Mahameru menjulang dengan gagahnya dan sesekali tampak semburan wedus gembel dari kawah jonggring saloka menyembur keatas. Jauh di arah timur nampak hutan cemara dan perbukitan disebaliknya adalah rangkaian jurang death zone yang sering disebut blank 75 tempat yang biasa menjadi tempat pendaki kecelakaan atau hilang setelah turun dari puncak.





Sekitar pukul 14.30 saya tiba di Kalimati, cuaca cerah dan tidak terlalu dingin, sore itu dihabiskan dengan melihat matahari terbenam, menatap Mahameru sambil berpikir mampukah aku kesana esok dini hari?


Bercakap-cakap dengan sesama pendaki selalu menjadi ritual yang mengasyikkan,
entahlah....di gunung siapapun anda, darimana asalnya dan latar belakangnya tidak menjadi perbedaan justru malah menambah keakraban, tidak ada istilah "orang asing" yang ada adalah sahabat yang belum berjumpa sebelumnya hehehe....mungkin jika berjumpa di kota tidak akan seperti ini. Selain alamnya...kehangatan sesama pendaki juga begitu menyenangkan.
Rencananya ingin cepat-cepat istirahat malam ini untuk memulihkan tenaga dan mempersiapkan fisik untuk summit attack jam 01.00 dini hari
tapi seperti biasa....tidur sore ( dibawah jam 12 malam ) terlalu susah bagiku :p

Sabtu, 17-Juni-2017

Mahameru -Kalimati-Ranu Kumbolo

Summit Attack Mahameru 3676 Mdpl

Pukul 12.00 saya dibangunkan oleh suara dari luar tenda, rupanya mas Mansyur (tim porter) yang menyiapkan "sarapan" pesanan saya, semalam saya minta tolong dibuatkan oatmeal banana 2 bungkus jadi satu mangkok masih diberi tambahan bubur kacang hijau jahe, kopi nescafe 2 sachet jadi satu cangkir hehehe pokoknya logistik benar-benar double dan harus siap karena trek ke puncak akan benar-benar menguras tenaga dan mental :)
Setelah sarapan saya pun mempersiapkan tas daypack yang berisi minuman 600ml x 2 botol, snack (madu,kurma,biscuit) sari kacang hijau, sari apel, jas hujan, rain coat.
Jaket sudah oke, gaiter wajib untuk menghindari pasir atau kerikil masuk ke sepatu, headlamp

Oiya....karena pengalaman saya yang kurang enak ketika summit gunung Rinjani, dimana selama hampir 2,5 jam saya berjalan di gelapnya malam terpisah dari rombongan dan berujung pada semangat saya yang sempat down, maka summit Mahameru kali ini saya tidak ingin hal seperti itu terjadi lagi, karena guide biasanya akan bertanggungjawab pada beberapa orang anggota team, maka saya minta porter saya (mas Mansyur) untuk khusus mendampingi saya sampai puncak dan kembali ke Kalimati, karena mungkin saya akan melambat dan tidak bisa menyamakan ritme dengan anggota tim yng lain ( rata-rata teman-teman mendaki barengan saya ini atlit marathon, trail run hehe) dari basecamp-kalimati selalu saya yang konsisten juara terakhir bersama sang swiper hahaha
saya yang sudah mulai uzur ini merasa agak minder dan mulai mengatur strategi demi kelancaran arus ke puncak tapi memang saya nggak begitu gas pol sih dari awal santai saja takut kolaps duluan karena pendakian Mahameru yang sebenarnya start mulai di Kalimati ini, so....save the best for the last kira-kira seperti itu :)


Akhirnya setelah semua anggota team siap, pada pukul 01.20 menit kami pun memulai pendakian menuju puncak Mahameru, trek menuju puncak langsung disajikan tanjakan demi tanjakan melewati hutan yang melingkari area kalimati yang akan terus mengiringi perjalanan kita menuju batas vegetasi. Tanjakan demi tanjakan terjal terus mengantarkan langkah kaki kami. Inilah trek menuju Mahameru yang sesungguhnya :)

Sekitar kurang dari sejam atau sekitar pukul 2.10 kami tiba di batas vegetasi (Kelik) disini langit mulai terlihat dengan jelas, tidak ada lagi pohon-pohon yang menghalangi pandangan keatas.
Langit Mahameru dini hari itu terlihat sangat mengagumkan, dihiasi jutaan bintang gemerlap berkilauan diatas sana, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk mengungkapkan kekaguman dan rasaa syukurku menyaksikan dan merasakan luar biasanya mahakarya Sang Pencipta.
di Kelik kami beristirahat sejenak sambil mengunyah coklat dan mempersiapkan diri menghadapi trek berpasir Mahameru yang sudah menunggu di depan kami.
Pukul 02.20 kami memulai pendakian melewati trek berpasir menuju puncak Mahameru. 


Top Mahameru volcano 3676 mAsl


It’s not the mountain we conquer, but ourselves.” ― Sir Edmund Hillary.-







Keluarlah menjelajah alam yang luas, maka anda akan menjelajah arti dari sebuah kehidupan.


Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirmu?
Mahameru berikan damainya
Didalam beku `Arcapada`
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa
-Dewa 19-



Setelah 3 jam 50 menit berjalan menapaki trek berpasir terjal,labil yang berkubik-kubik itu, menembus gelapnya dan dinginnya malam, diiringi jutaan bintang di langit yang membuat aku terkagum-kagum ( yang bikin aku tetap gembira walau nafas senin kamis, tidak terlalu kedinginan dan tidak berhenti bersyukur adalah menatap pada bintang2 yang mengiringi perjalananku ke puncak 

 Akhirnya sebelum sunrise....
alam semesta mengijinkanku bersujud memanjatkan syukur yang tak terkira di atap pulau Jawa, puncak gunung Mahameru 3676 Mdpl 
Bahagia,terharu,tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Terimakasih Tuhan, Engkau ulurkan tangan kasihMu melalui orang2 baik di sekitarku yang support aku sejak awal perjalanan hingga ke puncak, 
Betapa diberkatinya aku pagi itu diberi kesempatan menikmati matahari terbit di puncak abadi para Dewa, Puncak Mahameru



Mahameru volcano erupted
Gunung Semeru merupakan gunung berapi yang aktif. Tidak heran jika gunung ini sering mengeluarkan awan panas dari kawahnya yang kita kenal dengan nama Kawah Jonggring Saloka. Jika Anda mendaki Gunung Semeru jangan panik ketika wedus gembel atau awan panas muncul. Karena pergerakan awan panas tersebut tidak sampai ke Anda.
Meskipun demikian tetap ikuti peraturan dan tetap waspada. Taman Nasional Gunung Semeru sendiri sebenarnya hanya membatasi pendakian hanya sama Kalimati sebagai batas pendakian terakhir. Namun jika ada pendaki yang nekad atau memutuskan untuk ke puncak, maka dianjurkan untuk turun sebelum jam 10 pagi.
Hal ini dikarenakan untuk mengantisipasi adanya gas beracun yang ikut disemburkan saat wedus gembel terjadi yang tertiup angin ke arah puncak mahameru.
Selain itu jangan pernah sekalipun nekad mendekati kawah Jonggring Saloka saat Anda berada di puncak. Ada tanda pembatas yang menginformasikan hal ini dan mohon utamakan keselamatan Anda sendiri, jangan pernah mengabaikan segala himbauan atau larangan.



Mendaki adalah sebuah perjalanan spiritual, saat mendaki...kau akan mengenal dirimu sendiri dan Tuhan.


The deepest sea has a bottom, the highest mountain has a summit. .


Tepat pukul 06.00 pagi setelah puas menikmati suasana di tanah tertinggi pulau Jawa ( sebenarnya saya belum puas hanya saja teman saya sudah sangat kedinginan ) akhirnya dengan sedikit berat hati saya meninggalkan Puncak Mahameru untuk kembali ke camp Kalimati. Pukul 08.00 saya tiba kembali dengan selamat. Terimakasih Tuhan, Terimakasih Semesta :)

Hari ini setelah makan siang dan hari mulai teduh kami pun bongkar tenda dan pindah lokasi camp di Ranu Kumbolo, hari ini adalah acara bebas...Santayyy menikmati alam Ranu Kumbolo Surganya gunung Semeru sampai esok hari Minggu 18 Juni 2017 setelah sarapan pagi waktunya kami melakukan perjalanan turun kembali ke desa Ranupani. Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan, menyenangkan, sebuah perjalanan fisik,mental,kekuatan pikiran semuanya dibutuhkan secara bersamaan.
Semoga tahun 2018 saya bisa kembali lagi kesini, Aku akan sangat merindukanmu wahai Mahameru <3
Sarapan pagi hari terakhir di Ranu Kumbolo, santayyy banget tanpa beban hahaha

Menikmati hidup

This is why i love camping
Oke fix....saya gagal move on dari sini


Keindahan Surga gunung Semeru
Study nature, love nature, stay close to nature.
It will never fail you