Jumat, 11 Maret 2022

Perjalanan Mendaki Transformasi Kesadaran Spiritual



Kata Spiritual memang dipergunakan agak rancu di Indonesia. Padahal arti dari Spiritual adalah Diri Sejati. Jadi perjalanan spiritual adalah  pelajaran-pelajaran untuk membantu seseorang lebih mengenali diri sejatinya. Sebagaimana kita ketahui, dengan lebih mengenal diri sejati kita-lah kita dapat mengenali Sang Pencipta lebih baik untuk dapat mendekatkan diri kita lebih baik lagi kepadaNya dan selaras dalam harmoni dengan semua energi elemen Alam Semesta. Itulah sebenarnya inti arti dari perjalanan spiritual yang sebenarnya, yaitu untuk dapat lebih mengenali diri sejati untuk dapat lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta

Walaupun semakin kita mengenali diri sejati kita yang adalah sesuatu non fisik, maka kita akan lebih tahu banyak mengenai hal-hal non fisik, bukanlah tujuan dari perjalanan spiritual yang sebenarnya untuk mencari-cari kemampuan atau kekuatan khusus ( jangan terjebak disini, teruslah melanjutkan perjalanan...ini adalah jebakan ego) Kemampuan/kekuatan/kesaktian seringnya menimbulkan kesombongan seseorang dan semakin menjauhkan seseorang dari Sang Pencipta tanpa disadarinya.

Dalam perjalanan untuk lebih mengenal diri sejati maupun untuk lebih mendekatkan diri pada kepada Tuhan, banyak dari kita mungkin bingung, yang manakah yang benar? Kita tahu ada begitu banyak pendapat mengenail berbagai hal-hal non fisik. Banyak kelompok mengaku bahwa apa yang diketahui dan dipercaya mereka adalah yang terbaik. padahal sebagian dari pengetahuan tersebut sangat bertentangan. Lalu bagaimanakah caranya kita dapat memilih yang terbaik?

Sahabatku yang aku hormati dan kasihi, ingatlah akan satu hal; "Dengarkanlah hati nurani kita, ikutilah hati nuranimu.". Bukankah kita semua pernah mendengar istilah ini? Kita semua tahu bahwa hati nurani selalu mengetahui kebenaran sejati yang sesuai menurut kehendak Sang Pencipta. Jadi, cobalah untuk mendengarkan dan mengikuti hati nurani kita. Dalam jaman khusus kebangkitan spiritual ini, kita dapat mempergunakan hati nurani kita dengan tidak sulit. Dengan demikian kita akan dapat mengenali kebenaran sejati dan kehendak Sang Pencipta atas diri kita tanpa keragu-raguan lagi

Banyak pihak di dunia ini menganggap bahwa diri sejati adalah guru sejati. Disaat seseorang sadar penuh sebagai diri sejatinya, yang bersangkutan dikatakan SELF REALIZED atau sadar penuh akan dirinya. Sebenarnya ini tidaklah selalu benar, ingatlah bahwa sebelum memiliki tubuh fisik ini, kita semua sudah mempunyai diri sejati. Jadi, saat sadar, seseorang barulah kembali ke titik semula lagi (ZERO POINT) Memang sadar sebagai diri sejati saat masih hidup sebagai seorang manusia memberikan kita kesempatan yang sangat besar untuk dapat semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, tetapi tentunya apabila dilakukan dengan benar. Banyak orang yang menganggap dirinya sadar sebagai diri sejati juga sebenarnya hanyalah berkomunikasi dengan diri sejatinya. Berkomunikasi bukanlah sadar penuh. Sadar penuh sebagai diri sejati adalah ibarat kita sadar dan ingat penuh akan seluruh diri kita. Terkadang, orang-orang yang berkomunikasi dengan diri sejatinya juga dapat disesatkan oleh makhluk-makhluk non fisik lainnya yang menyamar sebagai diri sejati mereka.

Guru Sejati yang sebenarnya dari setiap manusia,bahkan seluruh makhluk adalah Hati Nurani. Hati Nuranilah inti dari Diri Sejati yang merupakan dzat (percikan) dari Sang Pencipta, yang selalu mengetahui kebenaran sejati, kehendak Sang Pencipta dan selalu mengarahkan kita kepada Sang Pencipta. Jadi, bukan diri sejatilah yang harus didengar ataupun diikuti, melainkan Hati Nurani. Memang kita juga mempunyai apa yang disebut pembimbing spiritual. Tetapi kita juga harus ingat bahwa pembimbing spiritual walaupun tingkatannya lebih tinggi dari kita, mereka juga tetap masih belajar dan mungkin salah. Tugas utama dari pembimbing spiritual kita adalah untuk mengingatkan dan mengarahkan kita untuk memakai Hati Nurani. Jadi, janganlah terlalu mengarahkan diri untuk berkomunikasi atau mendapat petunjuk dari pembimbing spiritual, melainkan kekuatan dari dalam dan kejernihan batin kita yakni Hati Nurani. 

Banyak orang disekitar kita terlalu mengandalkan pewaskitaan mereka ataupun orang lain. Memang pewaskitaan adalah anugerah Sang Pencipta. Tetapi, perlu kita ingat, seorang pewaskita bukanlah berarti mengetahui kebenaran sejati. Coba kita bertanya pada diri kita, apakah makhluk yang berada di alam non fisik berarti tahu segalanya dan lebih dekat kepada Tuhan? Belum tentu bukan? Keberadaan bukanlah sekedar alam fisik dan alam non fisik. Ada ratusan alam non fisik. makhluk non fisik dari suatu alam mungkin bisa tahu banyak mengenai alamnya, tetapi tidak mengenal alam-alam yang lain. Analoginya, apabila kita bukan seorang ahli ikan dan pergi ke sea world dimana terdapat banyak jenis ikan, tentu kita dapat melihat ikan-ikannya bukan? Tetapi, apakah dengan melihat ikan-ikan tersebut kita lantas tahu nama, jenis, asal dan hal-hal lainnya yang terkait dengan ikan yang kita lihat? Tidak. Melihat bukan berarti mengetahui. Jadi, sekiranya pun seseorang dapat melihat hal-hal non fisik, bukanlah berarti yang bersangkutan tahu apa yang dilihatnya. Itulah sebabnya dalam kitab suci pun juga diingatkan berhati-hatilah apabila anda melihat makhluk yang terang benderang sekalipun karena mungkin saja itu adalah makhluk yang menyesatkan, terlebih lagi jika ego kita masih tinggi, bisa saja yang terlihat itu adalah proyeksi dari jebakan ego kita sendiri. Hanya Hati Nuranilah yang mengetahui kebenaran sejati. Andalkan Hati Nurani kita.

Hampir semua praktisi Kundalini dunia berpendapat bahwa disaat inti Kundalini seseorang mencapai cakra mahkotanya, maka tujuan akhir dan sebenarnya dari hidup seseorang tercapai, yang bersangkutan mencapai penerangan/pencerahan sempurna yang biasa disebut dengan yoga. Tetapi, dari hati nurani kami menyadari bahwa hal itu tidaklah benar. Kundalini memang penting sebagaimana diketahui oleh para praktisinya. Tetapi, sampainya inti Kundalini di cakra mahkota barulah berarti awal perjalanan spiritual yang sebenarnya. Memang inti Kundalini sangat penting untuk dapat membantu menghubungkan seseorang dengan alam semesta dengan bantuan berkat Sang Pencipta, tetapi inti Kundalini harus naik jauh lebih tinggi lagi sebelum tujuan akhir dapat dicapai. Walaupun inti Kundalini harus naik lebih jauh lebih tinggi lagi, bagi anda yang tertarik dengan Kundalini ataupun perjalanan spiritual janganlah khawatir. Saat ini adalah jaman Kebangkitan Spiritual, yang mana adalah jaman bonus khusus spiritual. Apabila kita sungguh-sungguh tekun dalam berlatih dengan benar, akan mencapai semuanya dalam jangka waktu bebrapa tahun saja. Yang terpenting adalah melakukan dengan benar, andalkan hati nurani. Karena hati nurani selalu mengetahu kebenaran sejati. Janganlah mengejar sesuatu tanpa pasti akan arahnya, walaupun kita mungkin merasa yakin. Mengapa tidak berhenti sejenak dulu untuk memastikan kita mengambil arah yang benar sambil mengambil ancang-ancang untuk dapat mecapai tujuan kita lebih cepat lagi.

Dengan Hati Nurani, semuanya jelas dan dengan melatih hati nurani kita, maka hati dan hati nurani kita akan semakin terbuka beresonansi selaras dengan getaran tinggi Alam Semesta (Sang Pencipta) Kita akan merasa semakin tenang, damai, ringan dan bahagia sehari-harinya, Disaat berdoa, kita akan lebih khusuk dan dapat menikmati keindahan Kasih Sang Pencipta lebih baik lagi, hal ini bisa kita lihat dan rasakan dengan situasi dan keadaan sekitar kita ketika kita selaras dengan getaran tinggiNya maka energi Alam Semesta bekerja otomatis mendukung semua laku lampah kita dalam perjalanan kehidupan di bumi sebagai manusia maupun transformasi spiritualitas kita, semuanya seperti ditata dengan baik untuk kebaikan tertinggi kita oleh Alam Semesta mengalir demikian indah tepat pada waktunya.




Kebangkitan Kundalini erat kaitannya dengan Kebangkitan Spiritual, walaupun banyak pihak mengaku merasa mampu membangkitkan Kundalini, sebenarnya membangkitkan Kundalini bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan siapa saja, yang terjadi sebenarnya keadaan Kundalini mereka malahan lebih jelek daripada orang-orang yang tidak berlatih Kundalini. Hal ini disebabkan karena mereka melanggar aturan spiritual yang berlaku. Orang-orang yang dibangkitkan Kundalininya oleh pihak-pihak seperti ini pun Kundalininya menjadi jauh lebih jelek dari sebelumnya. Lalu mengapa mereka tidak mengetahuinya? Karena latihan-latihan yang dilakukan, walaupun tidak benar secara spiritual, menggerakkan energi sehingga menimbulkan berbagai sensasi. Sensasi-sensasi inilah yang menyenangkan praktisinya sehingga tetap berlatih dan merasa semakin maju terus, tanpa disadari mereka masuk dalam jebakan ego supranatural  atau bahkan masih berkutat pada hal-hal fenomena supranatural dengan mengatasnamakan istilah spiritual. 

Seseorang dalam kondisi state meditatif pasti akan menjumpai fenomena-fenomena metafisika (supranatural) tetapi ingat, jangan berhenti dan keasyikan disini, ini hanyalah bonus yang sangat basic ketika cakra-cakra tubuh kita terbuka dan dapat menangkap energi halus, cukup memahami sebagaimana adanya dan teruslah melanjutkan pendakian ini menuju Kesadaran yang lebih tinggi. Kosong adalah Isi, Isi adalah Kosong.


Salam Rahayu

-I Honour the Light Within You-