Air Terjun Parang Ijo |
Hai Kawan Traveler Pencinta jalan-jalan ....
setelah sebelumnya kami SR-Team berjalan-jalan menapaktilas dan marak sowan ke Dinasti Mantan Presiden Soeharto di Astana Giribangun dan Dinasti mangkunegaran di Astana Mangadeg berikut jejak peninggalannya di Sapta Tirta Pablengan, kita lanjutkan kembali perjalanan menikmati dan mengeksplorasi keindahan alam pegunungan Lawu sembari melepas penat menikmati kesegaran gemericik Air Terjun Parang Ijo, sudah lama kami penasaran ingin berkunjung kesini.
Menurut review dari kawan-kawan sih bagus sekali....baru sekarang kesampaian, horeeee.... :D
Lokasi dan Akses
Air Terjun Parang Ijo ini berada di Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso atau berjarak sekitar 35 km dari kota Solo dengan jarak tempuh selama 1 jam. Kita juga masih harus meneruskan perjalanan sekitar 2 km dari pertigaan Nglorok. Sesampainya di pertigaan ini, kita dapat mengambil arah ke kiri menuju ke arah Candi Cetho.Selanjutnya, ikuti saja arah penunjuk jalan yang akan mengantarkan kita ke Air Terjun Parang Ijo. Jika ke Cetho kita akan berkendara lurus di bagian kiri, sedangkan ke Parang Ijo sedikit menyerong ke kanan melewati perkampungan penduduk.
Kita tetap harus berhati-hati karena akses jalannya cukup sempit dan tentu saja berliku-liku.Ketika saya berkunjung bulan Maret 2014 akses jalan menuju Air terjun lumayan rusak parah disana-sini. Walaupun akses jalan cukup memprihatinkan, tapi sumpah.... saya nggak kapok, justru ingin kembali lagi berkunjung dalam waktu dekat ini hehehe!!
Sedangkan bila anda ingin menggunakan alat transportasi umum, anda dapat menggunakan bus jurusan Surakarta – Tawangmangu atau Matesih. Selanjutnya, anda dapat turun di terminal Karangpandan untuk meneruskan perjalanan lagi dengan menggunakan bis kecil yang biasanya berwarna biru jurusan Karangpandan – Ngargoyoso – Kerjo dengan tarif Rp2.000*.
Anda dapat minta kepada kondektur untuk menurunkan anda di pertigaan Nglorok.
Dan untuk bisa langsung sampai ke lokasi Air Terjun Parang Ijo, anda dapat menggunakan jasa ojek karena jarak yang harus ditempuh sekitar 2 km. Setelah itu, anda akan menemukan pos retribusi.
Dan dari pos retribusi tersebut, anda dapat melanjutkan perjalanan ke arah kiri menuju ke Air Terjun Parang Ijo dan Candi Cetho. Ikuti saja arah penunjuk jalan yang disediakan di tepi jalan untuk mengantarkan anda ke lokasi air terjun tujuan anda.
Belakangan saya baru mengetahui kalau ternyata air terjun Parang Ijo pun dapat di akses via Tahura yang letaknya tepat di belakang Candi Sukuh.
Yup....Kita sudah tiba di areal parkir dan pintu masuk AIR TERJUN PARANG IJO |
LEGENDA / ASAL-USUL
Air Terjun Parang Ijo sendiri memiliki cerita sejarah yang diturutkan oleh masyarakat setempat sebagai berikut Pada tahun 1942 di sebuah Dusun yang letaknya agak jauh dari pusat pemerintahan, ada sebuah pohon tua yang sangat besar dan didominasi warna hijau. Pohon ini dianggap keramat karena tidak bisa ditebang.
Keberadaan pohon itu tidak lama, banjir besar yang melanda daerah itu mampu menumbangkan pohon tersebut, karena melimpahnya air sungai yang bermuara ke Kali Luwak sehingga pengakumulasian air tidak mampu dibendung lagi, banjir yang disebut Baru Klinting oleh masyarakat sekitar tidak terhindarkan dan mampu menggoyahkan pohon dan membawanya bersama derasnya arus.
Namun pohon tersebut tetap dapat berdiri tegak dan mendapat tempat baru secara kebetulan terletak di antara tebing (parang), sehingga mempermudah aliran air dari atas tebing menuju lembah melalui batangnya. Aliran air yang terus menerus membuat pohon semakin hijau dengan tumbuhnya lumut-lumut.
Pada tahun 1982 banjir Baru Klinting
kembali melanda daerah ini dan mampu menerjang pohon diantara parang
itu. Hilangnya pohon menyebabkan aliran air yang awalnya melalui batang
pohon kini terjun ke bawah tanpa perantara membentuk air terjun yang
dikenal dengan nama “Parang Ijo” yang berarti pohon berwarna hijau
diantara 2 tebing. Itulah sejarah singkat dari Parang Ijo yang hingga
kini diyakini oleh masyarakat sekitar.
Menuruni anak tangga demi anak tangga yang tidak begitu curam yang tertata rapi di selingi tanaman hias dan bunga-bunga yang indah dan segar menemani perjalanan kita |
Air terjun ini berada di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dengan tinggi air terjun mencapai 50 meter, berjarak sekitar 20 km dari Candi Cetho.
Jadi, cipratan air yang mengalir dari atas dapat digunakan untuk menyiram semua pohon yang ada dibawahnya. Lumut-lumut pun bisa tumbuh subur, dan ini terbukti dengan tampilan warna hijau yang mendominasi pemandangan di sekitar air terjun.
Debit air terjun yang tidak begitu deras memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk leluasa bermain-main dan merasakan kesegaran percikan air terjun parang ijo tepat dibawahnya |
Karena tempat ini masih dalam area pegunungan, jadi tidak hanya Air Terjun Parang Ijo saja yang dapat anda nikmati. Bisa dikatakan, air terjun itu menjadi air terjun utama. Tetapi, masih ada lagi air terjun anakan yang merupakan rembesan air dengan tinggi mencapai 10 meter dan panjang 20 meter. Kalau anda melihatnya dari kejauhan, mungkin terlihat seperti kaca yang dialiri air dan terus saling berkilauan menyambung tanpa putus.
Air terjun yang berkelok-kelok dan bertingkat-tingkat bagaikan air di kaca yang sedang mengalir tentunya memikat hati siapapun yang memandangnya |
Fasilitas bermain anak seperti taman bermain, flying fox dan kolam renang pun tersedia sebagai sarana penunjang di kawasan air terjun parang ijo |
Air Terjun Parang Ijo, Namamu memang tidak sepopuler saudaramu Air terjun Grojogan Sewu, Tapi...... keindahan, eksotisme dan alammu yang masih murni langsung membuatku jatuh cinta ^_^ Keramah-tamahan penduduk sekitar yang mengelolamu secara mandiri dan menjadikanmu mata pencaharian mereka patut mendapat apresiasi. Aku termangu sekaligus terharu melihat ke dalam suatu hubungan yang harmonis dan keseimbangan yang terjaga antara alam dengan makhluk sekitar. Aku melihat manusia-manusia dengan kadar "eling" yang mumpuni yang mampu menyeimbangkan dirinya dengan alam. Mengambil manfaat alam yang telah tersedia tanpa melupakan kewajibannya untuk selalu "Memayu Hayuning Bawana" Betapa indah dan damai dunia ini bila semua ini terjaga kesadarannya. Alam...selalu memberiku waktu lebih lama untuk merenung dan berkaca pada dinding-dinding aliran air maupun tebing-tebingnya menjadi refleksi setiap perjalanan demi perjalanan walaupun kadang terseok-seok namun uluran tangan KasihNya dan alam semesta selalu merengkuhku untuk kembali walau terkadang gelombang kehidupan begitu keras menerjangku tanpa ampun sampai titik terendahku. Kini aku mengerti Tuhan.... Engkau biarkan aku terhempas supaya aku belajar merangkak....berdiri...tertatih...., semakin kuat dan semakin mengerti...semakin sadar....semakin datar...... semakin kosong........... jumeneng-hening-kesinungan-menang ( Dini Hari, Jumat Legi Akhir Maret'2014) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar