Kamis, 03 Februari 2022

Cara Meditasi Untuk Menjumpai dan Menyatu dengan Diri Sejati (Higher Self Meditation)


Di postingan sebelumnya kita telah mengetahui dan mengenal lebih dekat siapa Sang Diri Sejati, Guru Sejati, Higher Self atau Pribadi Tinggi kita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kesadaran Roh tertinggi kita yang terhubung langsung dengan Kesadaran Semesta (Ilahi).
Lantas bagaimanakah kita dapat terhubung dan menyatukan Kesadaran kita dengan Pribadi Tinggi agar setiap pikiran, ucapan dan perbuatan kita adalah cerminan dari Kesadaran Roh yaitu Cinta kasih.

 Menjumpai Pribadi Tinggi ( Higher Self)


Untuk dapat menjumpai Pribadi Tinggi, berikut adalah salah satu contoh meditasi yang dapat dipergunakan:


  • Sambil berbaring atau duduk ( tulang punggung harus lurus) tutuplah mata dan berusalah untuk tenang dan santai. Bernafaslah dengan tenang dan dalam sampai seluruh tubuh menjadi benar-benar tenang dan santai.
  • Mintalah agar pembimbing spiritual hadir untuk membantu. Permintaan boleh diucapkan dengan suara ataupun di dalam hati saja. Permintaan bantuan dapat berupa sebagai berikut:
 "Pembimbing Spiritual hadirlah untuk membantu saya menjumpai Pribadi Tinggi saya,. Lindungilah dan bantulah saya dalam memanggil Pribadi Tinggi saya."

  • Pribadi Tinggi berada sekitar beberapa belas sentimeter di atas kepala, yang sering juga disebut cakra kedelapan. Bayangkanlah wujud Pribadi Tinggi sebagai sebuah bola cahaya yang amat terang dan menjadi amat nyata di atas kepala. Dengan semakin nyatanya wujud Pribadi Tinggi, getaran dari Pribadi Tinggi yang sedemikian tinggi dan murni pun menjadi semakin nyata dan mulai memasuki seluruh tubuh. Ucapkanlah selamat datang kepada Pribadi Tinggi, dan mintalah Pribadi Tinggi untuk benar-benar menyatu:
"Pribadi Tinggi (Higher Self) menyatulah dengan saya seutuhnya, Dalam persatuan dengan saya, bersihkanlah getaran seluruh lapisan tubuh saya."

  • Saat bola cahaya yang merupakan perwujudan dari Pribadi Tinggi menyentuh cakra mahkota, rasakanlah getaran yang amat tinggi, halus dan dipenuhi oleh kedamaian dan kebahagiaan. Pribadi Tinggi semakin turun memasuki kepala, leher, hingga mencapai jantung. Setibanya di jantung Pribadi Tinggi bersemayam di cakra jantung. Getaran dan kebahagiaan yang berasal dari Pribadi Tinggi  di cakra jantung menyebar memenuhinya. Getaran ini mendorong keluar semua energi negatif dan hambatan yang ada. Kebahagiaan dari Pribadi tinggi mendorong semua tekanan, kesedihan, dan pikiran-pikiran negatif. Seluruh kesadaran dipenuhi oleh ketenangan dan kebahagiaan.
  • Dengan bersemayamnya Pribadi Tinggi di cakra jantung, bertindaklah sebagai Pribadi Tinggi. Sebagai Pribadi Tinggi, setiap tarikan nafas menarik seluruh kekuatan yang baik dan positif dari alam semesta, setiap hembusan nafas membuat seluruh sel tubuh menjadi lebih murni.
  • Saat menyelesaikan latihan, ucapkanlah terimakasih kepada Pribadi Tinggi dan Pembimbing Spiritual;
 "Pribadi Tinggi, terimakasih atas penyatuan dengan saya, terimakasih karena telah membuat saya lebih bersih dan getaran saya lebih tinggi. Tinggalah dalam diri saya selama mungkin."Pembimbing spiritual, terimakasih atas bantuan dan bimbingan dalam penyatuan saya dengan Pribadi Tinggi saya."


 Bersinggasananya Pribadi Tinggi di Cakra jantung


Setelah dapat menjumpai Pribadi Tinggi, langkah berikutnya adalah meminta Pribadi Tinggi untuk  bersemayam di cakra jantung. Cakra jantung adalah tempat sesungguhnya dari Pribadi Tinggi. Dengan beradanya Pribadi Tinggi di cakra jantun, seluruh pikiran dan perbuatan akan berdasarkan Roh, yaitu Cinta Kasih. Apabila Roh dipertahankan untuk tetap berada di cakra jantung secara permanen, Kesadaran Roh akan diperoleh. Roh terhubung langsung dengan Ilahi. Sementara itu, manusia terhubung dengan Ilahi melalui perantaraan Roh yang berada di atas kepala manusia. Spiritualitas seseorang, yaitu hubungannya dengan Roh dapat diketahui dari tali spiritualnya. Apabila hubungan seseorang dengan Rohnya amat baik, tali spiritualnya tebal. 
Sedangkan seseorang yang mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Roh akan mempunyai tali spiritual yang amat tipis. Hubungan antara Roh dan manusia ini juga mencerminkan sebanyak apa pikiran dan perbuatan orang yang bersangkutan berada dalam kesadaran roh.
Dengan bersemayamnya Roh pada cakra jantung secara permanen. Roh menjadi satu dengan manusia. Dengan demikian, hubungan langsung antara Roh dengan Ilahi akan menjadi hubungan langsung antara,Ilahi, Roh dan manusia.


Tekhnik untuk meminta Pribadi Tinggi menetap pada cakra jantung hampir sama dengan tekhnik untuk menjumpai Pribadi Tinggi, yaitu:
  • Duduklah dengan santai seperti pada saat hendak bermeditasi.
  • Berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Esa,para Guru Spiritual, para Malaikat dan semua pembimbing spiritual agar membantu untuk mengundang Pribadi Tinggi untuk bersemayam di cakra jantung.
  • Sentuhlah cakra jantung dengan jari tangan kiri.
  • Tersenyumlah kepada Pribadi Tinggi, dan mintalah agar Pribadi Tinggi bersemayam di cakra jantung.
  • Rasakanlah getaran yang amat halus dan tenaga yang maha besar dari Pribadi Tinggi yang turun dari cakra mahkota perlahan-lahan, melalui kepala,leher,dada dan bersemayam di cakra jantung.
  • Rasakanlah bahwa cakra jantung menjadi amat terang dan dipenuhi getaran. Pribadi Tinggi sepenuhnya terhubung dengan tenaga Ilahi sehingga seluruh tubuh bagian atas dipenuhi cahaya dan getaran Ilahi. Pribadi Tinggi juga menarik tenaga dari bumi. Cahaya dan getaran memancar ke seluruh tubuh dan membersihkan seluruh cakra dan sel tubuh.
  • Berkatilah seluruh sel tubuh, seluruh nadi dan kundalini, mintalah kundalini untuk membuka gulungan lebih banyak dan membersihkan tubuh tubuh lebih giat.
  • Berkatilah seluruh saudara, teman dan kenalan.
  • Berkatilah semua orang yang pernah membantu perkembangan spiritual dan bahkan semua musuh.
  • Mintalah Pribadi Tinggi untuk menetap di cakra jantung.
  • Berterimakasihlah kepada Tuhan Yang maha Esa, Guru-guru Spiritual, Malaikat-malaikat dan semua penolong spiritual.
  • Bukalah mata dan tersenyumlah.



Selasa, 01 Februari 2022

Bukit Raya 2278 mdpl ; Perjalanan Tak Terlupakan Mendaki Tanah Tertinggi Pulau Borneo dan Mengenal Lebih Dekat Suku Adat Dayak Danum

Bukit Raya merupakan salah satu dari Tujuh Puncak Tertinggi di pulau-pulau utama di Indonesia, dan pastinya gunung ini memiliki segudang keistimewaan dan keunikannya.

Menurut Wikipedia Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya merupakan Kawasan konservasi yang menjadi taman nasional yang terletak di jantung Pulau Kalimantan, tepatnya di perbatasan antara provinsi Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. Kawasan ini memiliki peranan penting dalam Fungsi hidrologis sebagai catchment area bagi Daerah Aliran Sungai Melawi di Kalimantan Barat dan Daerah Aliran Sungai Katingan di Kalimantan Tengah.
Kawasan hutan Bukit Baka-Bukit Raya Merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropika  pengunungan yang mendominasi puncak-puncak Pegunungan Schwaner. Bukit Baka-Bukit Raya merupakan gabungan Cagar Alam Bukit Baka di Kalimantan Barat dan Cagar Alam Bukit Raya di Kalimantan Tengah. Penetapan Kawasan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 281/Kpts- II/1992, tanggal 26 februari 1992 seluas 181.090 Ha.


Mengenang dan menghormati >
 Alm. KombesPol Hariyanto Syarifudin,Sik,MM,MHum
 (Pratisara Wirya 1992)
 Terimakasih yang sangat luar biasa untuk dukungan penuh dari sosok yang sangat luar biasa dalam perjalananku ini 
(Jasamu Abadi)



Pendaftaran/Simaksi pendakian Bukit Raya

Dua minggu sebelum rencana pendakian, dengan bantuan Polres Sintang saya mendapat akses  menghubungi mbak Ivonne Panggabean di nomor 085283862785 selaku petugas Simaksi dari pihak Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan mbak Ivonne sangat membantu saya dari mulai proses pendaftaran, koordinasi transportasi maupun tim porter hingga berbagai informasi terkait akses dan perjalanan menuju ke Bukit Raya dan mendapat beberapa gambaran akan seperti apa perjalanan kami nantinya, rencananya pendakian kami ke Bukit Raya akan melalui jalur desa rantau malam-Kalimantan Barat. Sengaja catatan perjalanan ini saya tuliskan dengan detail beserta rincian biaya perjalanan dan nomor kontak petugas karena saya sering dan anyak yang bertanya pada saya hingga hari ini tentang akses,itinerary dan perkiraan biaya, agar nantinya berguna sebagai tambahan informasi dan acuan bagi teman-teman pendaki yang akan melakukan pendakian kesini, mengingat Bukit Raya adalah bagian dari 7 Summit of Indonesia yang menjadi impian para pendaki, namun keterbatasan akses informasi menjadi kendala tersendiri, semoga bermanfaat.

Perjalanan menuju Desa Rantau Malam

Sabtu,5 Januari 2019
Pukul 07.20 pesawat yang saya tumpangi dari Surabaya mendarat dengan selamat di bandara Supadio Pontianak, ini kali pertama saya menginjakkan kaki di Kalimantan Barat dan memang perbedaan suhu membuat saya kegerahan, tidak perlu menunggu lama dua orang rekan sependakian saya Mas Arie dan Mas Greatna dari Jakarta pun telah tiba, sambil menunggu kedatangan Adhika dari Bandung kami pun ngopi dan sarapan.


Sekitar pukul 11.00 perjalanan kami pun dilanjutkan dari kota Pontianak menuju kota Sintang menggunakan pesawat ATR milik maskapai penerbangan NAM AIR, sebagai informasi jatah bagasi untuk pesawat ini adalah 10 kg, saya sendiri kelebihan bagasi 6kg dan dikenakan charge Rp.17.000/kg. Biasanya para pendaki memilih akses dari Pontianak menuju Nanga Pinoh dengan perjalanan darat menggunakan jasa bus Damri dengan waktu tempuh sekitar 9 jam, kali ini kami menggunakan jalur transportasi udara yang ditempuh cukup 30 menit saja menuju Sintang dilanjutkan perjalanan darat ke Nanga Pinoh sekitar 1,5-2 jam.
Pukul 11.30 pesawat yang kami tumpangi mendarat di bandara Tebelian Sintang, tujuan kami selanjutnya adalah menuju kantor Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di kota Sintang yang ditempuh sekitar 45 menit dari bandara untuk mengambil Surat Ijin memasuki kawasan konservasi (SIMAKSI) siang itu kami diterima oleh Mas Adi TNBBBR.
Rencana sebelumnya kami akan menginap di Sintang dan melanjutkan perjalanan esok hari menuju ke Rantau Malam, tetapi setelah mempertimbangkan efisiensi waktu maka kami putuskan untuk menginap langsung di Nanga Pinoh karena akses speedboat menuju ke Serawai letak dermaga di Nanga Pinoh dan jarak Sintang ke Nanga Pinoh ditempuh perjalanan darat sekitar 2 jam, jadi setelah urusan Simaksi di Sintang selesai kami pun langsung bertolak menuju ke kota Nanga Pinoh Kab.Melawi dengan mobil sewaan bertarif Rp.600.000 yang mengantarkan kami dari bandara menuju sintang dan dari Sintang menuju Nanga Pinoh plus diantar keliling cari penginapan dan belanja logistik sampai booking speedboat ke dermaga SDF Nanga pinoh
Pukul 15.00 kami tiba di kota Nanga Pinoh kab Melawi, kebetulan langsung mendapatkan penginapan Avaro yang letaknya strategis dekat dengan dermaga,pasar dan minimarket, sore hingga malam waktu pun dihabiskan dengan berbelanja logistik pendakian,makan,ngopi,ngobrol,belanja dan ngobrol lagi :D

Minggu, 6 januari 2019
Pukul 07.00 pagi kami sudah siap dari penginapan menuju dermaga SDF Nanga Pinoh sesuai dengan kesepakatan speedboat yang akan mengantarkan kami menuju Serawai menunggu kami disana, sebelum berangkat sambil menunggu Acok pemilik speedboat menata barang bawaan kami di perahunya, diwarung depan dermaga masih sempat ngopi dan sarapan sate lontong dengan bumbu khas Nanga Pinoh yang punya ciri khas berbeda, lezat diluar ekpektasi....saya suka :) oiya kami menyewa speedboat kapasitas 6 orang dengan biaya Rp.1.500.000,- dari Nanga Pinoh menuju Serawai.



Pukul 07.45 dengan penuh semangat perjalanan pun dimulai dengan menggunakan speedboat menyusuri sungai Melawi, semua tim nampak gembira dan penuh semangat :D sibuk foto foto dan mendokumentasikan perjalanan, seumur hidup ini pengalaman saya pertama kali naik speedboat menyusuri sungai kalimantan tentu saja saya pun sangat antusias. Satu jam berlalu... panas mulai menyengat, kantuk pun mulai menyerang, ditambah sapuan angin yang lumayan kencang membuat satu persatu dari kami mulai tumbang tak sadarkan diri hehehe



Dua jam berlalu... tiba-tiba speedboat yang kami tumpangi berhenti di suatu rumah makan, horeee...mungkin sudah sampai Serawai? ternyata saya salah, kami singgah di suatu rumah makan terapung di pinggir sungai wilayah Nanga Nuak untuk istirahat yaaah semacam rest area begitulah, saya pun brunch disini dengan menu ikan sungai, lezat? iyaaa...saya suka! nantinya sewaktu perjalanan pulang pun saya request mampir makan disini lagi. Selesai ngopi dan makan perjalanan pun dilanjutkan kembali menuju Serawai.



Akhirnya pukul 12.30 kami pun tiba di Serawai dan sudah ditunggu oleh Pak Ebong pemilik perahu klotok yang akan mengantarkan kami melanjutkan perjalanan menuju desa Rantau Malam. Tarif sewa perahu klotok dari Serawai-Rantau malam (PP) Rp.2.500.000 Jika air sungai pasang, dan jika air sungai surut Rp.2.300.000 (Serawai-Jelundung) dan dilanjutkan naik ojek Rp.50.000/orang menuju Rantau Malam dan ojek barang Rp.1000,-/kg
Pukul 13.00 perjalanan pun dilanjutkan menggunakan perahu klotok menyusuri sungai Serawai menuju desa rantau malam, memasuki kawasan sungai Jelundung pemandangan berubah menjadi teduh dan indah, air sungai pun berubah menjadi bening dihiasi pepohonan di kanan kiri seperti sebuah gerbang, hari ini judulnya adalah berjemur sampai akhir hehehe bagaimana tidak 8 jam lebih kami diatas perahu menerima terpaan matahari langsung didekat garis khatulistiwa tapi tetap saya sangat menikmati perjalanan ini. 



Pukul 17.00 atau tepat 4 jam perjalanan yang ditempuh kami pun tiba di desa Rantau Malam, diantar oleh pak Ebong menuju homestay, Kami mendapatkan rumah singgah di rumah Bapak Zakat (Kepala Dusun Rantau Malam) sebenarnya sistem Homestay disini sudah terkoordinasi dengan baik, ada beberapa rumah dari dua desa yang telah ditunjuk untuk menyediakan fasilitas penginapan dan sistemnya bergilir, fasilitas yang diberikan hanya tempat menginap untuk tambahan makanan dan minuman ada penambahan biaya tersendiri sesuai menu yang disajikan.



Biaya Homestay sebesar Rp.200.000,-/2 malam yaitu malam sebelum mendaki dan malam sesudah mendaki, Ibu kadus sebagai Pemilik homestay pun mempersilahkan saya jika ingin memasak sendiri beliau mempersilahkan menggunakan dapurnya atau jika mau dimasakkan juga beliau berkenan dengan senang hati membantu memasak dan menyediakan makanan untuk kami. Keramah-tamahan dan kehangatan penyambutan masyarakat desa Rantau Malam khususnya keluarga Bapak Kadus dan Tim Porter menepis cerita miring yang sempat saya baca di suatu blog. Saya pikir sistem seperti ini sudah sangat wajar dan masuk akal tidak ada keresahan yang tidak perlu.

Bahkan untuk Tim Porter di Bukit Raya pun sudah terkoordinasi dengan baik, untuk memasuki Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, semua pengunjung wajib didampingi oleh porter yang ditunjuk oleh ketua porter dan sesuai jadwal giliran yang telah disepakati.
a. 1-2 orang pengunjung didampingi 1 orang porter
b. 3-5 orang pengunjung didampingi oleh 2 orang porter
c. 6-8 orang pengunjung didampingi oleh 3 orang porter
d. 8-10 orang pengunjung didampingi oleh 4 orang porter
yang tertera diatas adalah porter wajib/minimal dalam suatu tim pendakian, biaya jasa porter sebesar Rp.175.000/Hari yang dihitung dalam satu paket pendakian yaitu 6 hari (sesuai simaksi)



Ketika kami tiba, tidak lama berselang ketua tim porter pak Bacok dan beberapa rekan porter pun datang menemui kami di rumah Bapak Kadus, setelah saling memperkenalkan diri dan mengobrol kami mengutarakan maksud dan kebutuhan kami untuk pendampingan dan menyerahkan SIMAKSI untuk diteruskan ke pihak Resort Rantau Malam, saya melihat kehadiran ketua tim porter dan beberapa anggota porter di tempat kami menginap itu sangat memudahkan kami dalam berkoordinasi terkait persiapan tekhnis pendakian,


justru hal seperti ini para pendaki sangat diuntungkan karena semua hal yang dibutuhkan dan belum dipahami seputar proses persiapan pendakian semuanya dapat dibantu oleh warga. Pun upacara adat sebagai tradisi sebelum pendakian sampai pada syarat-syarat bahan ritual pun dibantu disediakan oleh Ibu Kadus, mereka pula yang menghubungi Bapak Ketua Adat untuk datang ke tempat kami dan memimpin ritual upacara adat "Ngukuih hajat"

selain memimpin upacara adat, bapak Ketua adat pun menjelaskan secara gamblang, filosofi-filosofi dari bahan ritual,dan doa-doa yang dipanjatkan pada yang Maha Kuasa versi bahasa Indonesia jadi ini sebenarnya luar biasa, selain memimpin ritual beliau juga membuka wawasan kami dan memperkenalkan Budaya suku Dayak Danum pada dunia yang lebih luas, salut dan sangat menghargai upaya beliau memperkenalkan dan berbagi pengetahuan tentang kehidupan sosial dan budaya Suku Dayak dan tentu saja saya pun bangga karena Suku Dayak adalah bagian dari Budaya Indonesia, bagian kekayaan budaya kita semua :)



Pendakian Bukit Baka Bukit Raya 2278 Mdpl

Rantau Malam - Pos 4 Sungai Mangan

Senin, 7 januari 2019

Pukul 07.00 kami semua telah bersiap setelah sebelumnya menikmati kopi/teh pagi dan sarapan dengan nasi+ayam kecap yang dimasak oleh bu kadus, beliau juga membawakan nasi bungkus dengan menu yang sama untuk bekal makan siang kami di jalan.







oiya semalam saya pun sempat menanyakan dan menegaskan kembali kesiapan tim porter untuk dapat berangkat paling pagi jam berapa ( karena menurut informasi sebelumnya yang berkembang diluar sana porter di Bukit Raya susah kalau bangun pagi, dan dengan mantap Tim Porter menyatakan pendaki meminta siap jam berapa pun mereka siap) dan terbukti mereka sangat ontime sebelum jam 7 mereka sudah berdatangan ke tempat kami menginap.

Dari rumah bapak Kadus Rantau malam kami memulai pendakian dengan menyusuri jalan desa dan menyeberang sungai, karena tidak perahu yang sedang standby di sungai akhirnya kami menyeberangi sungai dengan cara manual :) Setelah menyeberang sungai kami pun melanjutkan trekking menuju pangkalan ojek, dan ternyata karena semalam hingga dini hari hujan deras menyebabkan tidak ada satu ojek pun yang mangkal, karena apabila semalam hujan jalan yang dilalui oleh ojek yang berupa jalan tanah liat yang penuh dan tanjakan dan turunan itu sangat licin dan susah dilewati motor.
Akses jalan yang kami lalui saat memulai pendakian untuk menuju pintu rimba ini via Korong Hape yaitu jalan tanah merah yang ditinggalkan oleh perusahaan kayu, dinamakan Korong Hape karena di spot ini tepatnya di tengah jalan kita akan mendapatkan signal seluler.
Sebenarnya jalur resmi yang ditetapkan oleh Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya adalah via Batu Lintang nantinya kita akan menjumpai Pos 1 dan Pos 2 dengan jalur yang teduh namun lebih panjang,
Jalur Korong Hape semacam jalan pintas karena ketika masuk pintu rimba dan trekking beberapa lama kita langsung menuju pos 3. Kami memilih korong hape dengan harapan bertemu ojek (tapi itu hanya harapan) dan jika berjalan kaki lebih cepat 2 jam daripada via Batu Lintang, dengan resiko jalur ini sangat terbuka, menanjak dan panas sekali, benar-benar panas,gerah,dehidrasi apalagi ketika menuju jam 12 siang, kulit tangan seperti terbakar sampai merinding semua saking panas dan gerahnya.

Tepat pukul 12.00 siang saya sudah tidak sanggup lagi menahan diri untuk tidak istirahat, segera melepaskan backpack dan menggeletakkan dimana saja, benar-benar gerah ini yang membuat saya tidak kuat hehehe (Tantangan Tahap 1) istirahat cukup lama hampir 30 menit saya pun melanjutkan perjalanan, tidak sampai 10 menit saya tiba di Korong Hape belum sempat ambil handphone untuk test signal Tiba-tiba angin berhembus kencang dan cuaca pun berubah dengan cepat, hujan ucapan selamat datang pun turun lumayan deras, lelucon macam apa pula ini hahaha
Akhirnya semua tim berkumpul dan makan siang di pintu rimba sambil menunggu hujan reda.


Sekitar pukul 13.20 perjalanan pun dimulai dari pintu rimba menuju campsite kami hari ini yaitu Pos 4 Sungai Mangan, jalur yang dilalui berupa hutan dengan pepohonan tinggi menjulang dengan vegetasi yang rapat, beberapa kali menemukan buah Dongu (buah akar) menurut bahasa Dayak Danum rasanya manis asam rasanya segar banget di lidah, kebanyakan sih tinggal kulitnya saja karena pagi hari sudah disantap orang utan jadi kalau menemukan yang masih utuh berarti anda sedang beruntung.
Pukul 16.02 kami pun tiba di pos 3 Hulu Menyanoi terdapat sungai kecil jernih disini untuk mengisi ulang air minum dan mengambil bekal air untuk memasak karena di pos 4 Sungai Mangan airnya berwarna merah efek dari akar akar pohon dan guguran daun kering. Setelah trekking kurang lebih satu jam akhirnya sebelum gelap kami tiba di campsite Sungai Mangan dan segera mendirikan tenda untuk bermalam, disini terdapat shelter berupa rumah panggung terbuka dan masih bagus, shelter ini kami jadikan dapur umum dan tempat bercengkrama. Disinilah awal mula kekonyolan saya dimulai, pacet mulai menampakkan diri dan saya ketakutan.



Pos 4 Sungai Mangan-Pos 5 Sungai Rabang-Pos 6 Hulu Jelundung

Selasa, 8 Januari 2019 Hari ke 2 Pendakian

Jam 08.30 setelah sarapan dan  tim pun siap melanjutkan pendakian, jalur yang dilalui setelah pos 4 masih terhitung landai tak berapa lama kita akan tiba di tempat lintasan burung Enggang, mulai disini perjalanan pun diiringi suara burung burung Enggang yang melintas di sela pepohonan, Populasinya pun terhitung masih sangat banyak dan terjaga, 



Masyarakat suku Dayak sangat menghormati burung enggang, dan menganggapnya sebagai panglima burung. Hampir seluruh bagian tubuh burung enggang menjadi lambang dan simbol kebesaran dan kemuliaan suku Dayak.

Jalur ke Pos V terhitung banyak bonus apalagi menjelang pos V kita menuruni bukit hingga menjumpai aliran sungai jernih dan cukup deras, camp favorit sebenarnya, oiya jika di pos 4 populasi pacet masih malu-malu dan ukurannya masih imut-imut namun setengah perjalanan menuju pos 5 mereka semakin sering muncul dengan ukuran yang lebih besar dan mulai agresif 🙄 Sering saya merepotkan rekan seperjalanan dengan kekonyolan,histeria dan ketakutan saya yang sebenarnya berlebihan pada makhluk satu ini di tiga hari pertama mendaki.
Satu kata untukku: LEBAY!!! 

Pukul 12.15 atau 3 jam 45 menit trekking tiba di pos 5 Hulu Rabang, istirahat makan siang, pukul 1.15 mulai trekking lagi menuju ke pos 6 jalur pendakian menanjak terus mulai dari sini, terkadang tiba tiba jalur pun tertutup dedaunan atau batang kayu, guide sangat dibutuhkan saat-saat seperti ini. 



Sekitar pukul 15.30 kami tiba di Pos 6 Hulu Jelundung, disini terdapat aliran air sungai yang jernih dan cukup deras, dan istimewanya disini kita juga dapat mengakses signal HP,
Karena kelamaan istirahat jadi mager deh dan jarak ke pos 7 masih sekitar 2,5 jam lagi waktu tempuhnya, akhirnya memutuskan camp disini. 
Sebenarnya Hulu Jelundung bukan tempat camp favorit karena tanahnya yang miring. Rencana Summit pukul 04.00 pagi pun gagal total karena sejak jam 02.00 hujan turun dengan derasnya, entah kenapa jadi girang banget gagal summit pagi itu 





Pos 6 Hulu Jelundung-Pos 7 Linang

Rabu, 8 Januari 2019 Hari Ketiga Pendakian

Sejak dini hari hingga jam 9 pagi hujan turun deras, rencana kemarin sore yang akan summit attack pukul 04.00 dan kembali camp lagi di pos 6 Hulu Jelundung pun akhirnya di revisi, 
Kalau menurut rencana semestinya hari ini menjadi hari yang berat karena jadwalnya dari pos 6-puncak kakam-pos 6 lagi
 ( silahkan kalkulasi waktu dan jaraknya) 
tapi rupanya alam merubah menjadi hari paling santai karena hanya akan bergeser tempat camp naik di pos 7  dengan pertimbangan jika camp di pos 7 tidak jauh dari situ dekat dengan aliran sungai sebagai sumber air.
Barulah kami lanjut summit attack di hari berikutnya.

Jam 11.15 mulai meninggalkan pos 6 Hulu Jelundung, trek mulai menanjak tapi masih menemukan jalur bonus disana sini, hati hati dengan batang rotan muda berduri yang sering melintasi di tengah jalur 
( jadi ingat ketika lagi jalan tiba tiba topi saya seperti ada yang mengambil lalu ketika menoleh ke belakang topinya sedang tergantung melayang di udara, asli seperti film horor hahaha tapi ini nyata, siapa yang tidak kaget setengah mati, tapi tetap berusaha berpikir logic aja eh ternyata itu topi tersangkut duri rotan terus naik deh keatas ) bikin kaget aja mana pas lagi nggak ada orang di belakangku  🙈 
Satu jam berjalan kita sampai di pos bayangan, berupa dataran agak lebar dan RATA hahaha tidak seperti tempat camp kami kemarin, disini suasana mulai berkabut dan mulai terasa dingin khas pegunungan, kalau yang kemarin masih terasa panas. 

Satu jam dari pos bayangan atau tepat pukul 13.20 sekitar 2 jam jarak dari pos 6 kami pun tiba di pos 7 Linang.
Seumur umur naik gunung baru pernah 2 jam jalan lanjut bangun camp lagi. Tapi inilah nikmatnya karena saya ingin melanjutkan tidur lagi, saya pernah merasakan penderitaan tidur di lahan yang miring ke samping sewaktu di camp Nasapeha gunung Binaiya tapi sumpah miring kebawah dengan hasil akhir tidur melorot berulang ulang  itu jauh lebih menderita hahaha tidak bisa tidur dan akhirnya migrain, tapi serulah kalau nggak begitu nggak akan ada cerita 😃



Hari ini benar benar Hari Santai Nasional 🤟
Ada yang bikin content, ada yang ngeriung di tenda, ada yang ngobrolin film dari K2 sampai Vertical Limit.
Tapi walau berbeda-beda topik dan kegiatan tetap semua memiliki kesamaan yaitu sambil tetap fokus menghalau pacet dari tubuh masing masing 👏🤣



Pos 7 Linang-Puncak Kakam-pos 7 Linang

Kamis, 9 Januari 2019, Hari ke-4 Pendakian
Pukul 07.15 perjalanan pun diawali dengan doa dan harapan semoga pedakian hari ini menuju puncak Bukit Raya diberi kelancaran dan keselamatan, 
Sinar matahari pagi masih samar samar tertutup kabut dan pepohonan, dari pos 7 menuju pos 8 jalur pendakian menanjak terus sampai melewati pertigaan pos 8 barulah terdapat jalur agak mendatar di beberapa tempat, setelah di dataran yang agak tinggi ini populasi pacet walaupun masih ada tapi tidak se agresif di pos 7, semakin keatas tidak ada pacet lagi.
Sinar matahari pagi menemani perjalanan ke puncak Kakam dengan jalur yang semakin terjal, menikmati aneka ragam kekayaan hayati yang dimiliki Bukit Baka Bukit Raya menjadi hiburan tersendiri selama trekking.
Setelah 3 jam perjalanan kami mulai berjalan melipiri punggungan bukit Jempol, dinamakan bukit Jempol karena dari desa Rantau Malam bukit ini terlihat seperti Jempol 👍🏻



15 menit setelah melewati punggungan bukit atau 3 jam 10 menit trekking dari pos 7 kami tiba di suatu tempat terbuka terdapat tebing batu besar, nah tugas kita selanjutnya adalah memanjat tebing batu dengan berpegangan pada akar-akar pohon ( webbing lebih disarankan) 

Setelah melewati tebing batu bukit jempol “Welcome to Paradise” kita akan memasuki hutan lumut, dimana pohon pohon tinggi menjulang yang ditumbuhi oleh lumut, lumut yang tumbuh disekitar terlihat seperti karpet, dan tetesan-tetesan air yang ada padanya tampak berkilau tertimpa sinar matahari, tumbuhan kantong semar sering kita jumpai disini.
Kita pun akan menemukan banyak jalur datar bahkan menurun dan tentu saja jalur menanjak, tingkat kesulitannya adalah pada pepohonan berlumut yang sering kita jumpai melengkung melintasi jalur jadi kita harus sering merunduk untuk dapat menerobos dibawahnya, beberapa kali pohon tumbang juga menghalangi jalur pendakian yang masih sangat rapat, jadi kehadiran guide/porter sangat sangat dibutuhkan di Bukit Raya untuk mendampingi pendaki.
45 menit sebelum puncak cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba berubah hujan pun mulai turun.

Akhirnya pada pukul 12.55  atau sekitar 5 jam 40 menit trekking dari pos 7 Linang saya diijinkan oleh Semesta menapakkan kaki kecil saya di Puncak Bukit Raya diiringi oleh rintik hujan yang mulai mereda dan rasa syukur, suatu perjalanan panjang untuk mengunjungimu Puncak Kakam, the heart of Borneo  😇❤️



Gunung Bukit Raya adalah salah satu gunung dalam rangkaian 7 gunung tertinggi di Indonesia (7 Summits of Indonesia) yang mewakili gunung – gunung di Pulau Kalimantan, termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya di Kalimantan Barat. Taman Nasional ini pun menjadi salah satu bagian dari jajaran pegunungan Muller-Schwaner dengan puncak tertingginya yaitu Puncak Kakam dengan ketinggian 2.278 mdpl, hutannya yang rapat, riuh suara hewan hewan penghuni dan masih sangat alami memiliki segudang pesona dan daya tarik tersendiri.

Butuh waktu perjalanan 4 hari untuk menggapai puncakmu dan butuh waktu 2 hari untuk kembali turun ke desa Rantau Malam, dan butuh waktu 2 hari untuk kembali ke kota Pontianak. 
Konturmu yang naik turun bukit serta melintasi sungai mengingatkanku pada gunung Binaiya di Maluku. 
Semoga di lain waktu Semesta mengijinkanku mengunjungimu lagi, jujur aku mengagumi alam Bukit Raya beserta seluruh keramah-tamahan, ketulusan, kebaikan hati, serta budaya/ adat istiadat warga lokal di kaki gunungmu, satu kesatuan yang sangat menarik dan aku bangga Suku Dayak dengan semua keunikan dan keistimewaan sosial budayanya adalah bagian dari Budaya Indonesia ❤️



Full Team Pendakian Bukit Raya 5-14 Januari 2019 

Terimakasih kepada rekan-rekan sependakian: @greatna88 , @ariepanca ,  @adhikagraha
 banyak semua kebaikan dan bantuannya selama proses perjalanan dan pendakian guys, senang bisa melakukan perjalanan 10 hari menelusuri alam Borneo dengan kalian yang luar biasa , terimakasih juga untuk kebersamaan, kekompakan dan persahabatannya  



Terimakasih kepada Tim Porter, pak Bacok, pak Hatta, pak Sriyono, dan tentunya sahabat porter Bukit Raya @fendi539 yang sangat-sangat membantu saya dalam proses pendakian Bukit Raya 
Tim Porter Bukit Raya itu luar biasa baik,berdedikasi dan keren pokoknya 
Terimakasih juga kepada pak Kepala Dusun Rantau Malam dan istrinya telah menyediakan rumahnya untuk tempat kami menginap, keramahan dan kebaikannya membuat saya sangat merasa nyaman seperti dirumah keluarga sendiri 


Terimakasih pula kepada Bpk Kapolres Melawi AKBP Ahmad Fadlin melalui  Satlantas Polres Melawi atas perhatian, keramah-tamahan, semua bantuan,dukungan dan jamuannya ketika saya di wilayah Melawi/Nanga Pinoh