Selasa, 29 April 2014

Air Terjun Sedudo Nganjuk ; Sisi Lain Keindahan Lereng Gunung Wilis


Air Terjun Sedudo-Nganjuk

Air Terjun Sedudo adalah sebuah air terjun dan obyek wisata yang terletak di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Jaraknya sekitar 30 km arah selatan ibukota kabupaten Nganjuk. Berada pada ketinggian 1.438 meter dpl.
Air Terjun Sedudo terletak di Ngliman, kecamatan Sawahan. sekitar 30 km dari Nganjuk. Selain sebagai objek wisata, air terjun ini sering dijadikan tempat pelaksanaan Upacara Tradisional oleh masyarakat dan Pemerintah setempat. Hal ini semakin menambah daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. - See more at: http://masalah-gue.blogspot.com/2013/06/10-air-terjun-tertinggi-di-indonesia.html#sthash.N7unT5V1.dpufAir Terjun Sedudo berasal dari proses alam dengan sumber mata air yang berasal dari gunung Wilis (2.552 mdpl). Memiliki kecepatan luncur 41-15 debet/liter dan 10-15 kecepatan liter/detik.
Serta dengan ketinggian 105 m, menjadikan wisata air terjun ini menjadi 1 dari 10 air terjun tertinggi di Indonesia. Disamping itu, air terjun Sedudo juga telah meraih penghargaan sebagai Anugerah Wisata Jawa Timur tahun 2011 untuk kategori Obyek Wisata Alam.
Tempat wisata ini memiliki fasilitas yang cukup baik, dan jalur transportasi yang mudah diakses. Jika menggunakan kendaraan pribadi papan petunjuk arah sudah sangat jelas karena merupakan salah satu wisata andalan Kota Nganjuk.


Akses jalan atau transportasi  menuju Air Terjun Sedudo terbilang cukup bagus, lumayan berkelok-kelok namun tidak terlalu curam walaupun masih cukup sempit jika dua kendaraan roda empat bersinggungan, sepanjang jalan kita akan melihat indahnya bunga mawar merah yang dibudidayakan di kebun-kebun penduduk diselingi pohon cemara, areal persawahan dengan latar belakang Gunung Wilis, juga segarnya udara khas pegunungan dan harum bunga mawar.
Gerbang Masuk Kawasan Wisata Air Terjun Sedudo, cukup membayar karcis masuk sebesar Rp.5000,-/orang, murah khan?

 Sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Kediri akhirnya kami pun tiba. Setibanya di kawasan air terjun Sedudo rasanya sangat surprise, karena dari tempat kami memarkir kendaraan air terjun ini sudah terlihat sangat jelas dan dekat. Ini kali pertamanya saya berkunjung kesini, yess ..akhirnya kesampaian!
(sebenarnya niat saya sore-sore kesini mau sekalian olahraga *Glek* )
khan lumayan kalau ratusan anak tangga bisa membakar kalori gitu khan?
tetapi ada sedikit gangguan, tepat di puncak tangga sebelum turunan ada warung yang menjual gorengan (pisang ,tempe,tahu goreng dkk) masih fresh from wajan yang aromanya sangat menggoda dan bikin ngiler diantara dinginnya hawa pegunungan dan gemuruh air terjun.
 Dan tiba-tiba saja tanpa diperintah oleh otak, badan saya berbalik untuk membeli gorengan tersebut karena hidung saya lebih dominan *gubrak*
sirna sudah niatan awal edisi diet dan olahraga saya ditangan penjual gorengan ini *huft*
ya sudahlah.....pasrah saja menikmati krenyes-krenyesnya gorengan khas air terjun Sedudo yang lezat sambil menuruni anak tangga, toh...nanti juga kalorinya akan terpakai.
saya membayangkan akan menuruni dan kemudian menaiki ratusan anak tangga seperti lumrahnya air terjun yang sudah pernah saya kunjungi sebelumnya, ternyata bayangan saya langsung buyar hehehe...
 Ternyata.....hanya beberapa puluh anak tangga yang lumayan datar dan tibalah kita di lokasi air terjun eksotis dan mengagumkan ini, akhirnya niatan untuk olahraga sirna sudah ;p

Kabar gembira buat yang suka berwisata ke air terjun tapi enggan menapaki ratusan anak tangga yang bikin sesak napas, silahkan berkunjung ke Air terjun Sedudo, anak tangga lebar dan landai, asyik deh! (Tapi yang niatnya mau sekalian olahraga seperti saya, hanya bisa gigit jari..eh..sekalian gigit gorengan hehehe)


Ananda pun langsung berpose di dekat air terjun




 Event Budaya dan Pariwisata

Obyek wisata air terjun Sedudo, selain indah, juga memiliki kisah yang panjang. Di zaman Majapahit, air terjun ini dikabarkan sering digunakan untuk mencuci senjata milik raja dan patung dalam upacara Prana Prasthista. Bahkan, Mahapatih Gajah Mada konon menggunakan lokasi air terjun untuk menggembleng prajurit.

Pada zaman kerajaan Islam, Sedudo dikenal sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman. penyebar agama Islam di wilayah Nganjuk.
 Karena itu, dalam perkembangannya, setiap bulan Sura selalu diadakan ritual mandi Sedudo atau siraman Sedudo yang diawali prosesi tarian oleh enam penari berambut panjang yang masih perawan alias dalam keadaan suci.
kemudian dilanjutkan dengan memandikan arca dalam upacara Parna Prahista, yang kemudian sisa airnya dipercikan untuk keluarga agar mendapat berkah keselamatan dan awet muda. Hingga sekarang pihak Pemkab Nganjuk secara rutin melaksanakan acara ritual Mandi Sedudo setiap tanggal 1 Suro.Acara ritual  Jamasan Pusaka dan Gembyangan Waranggana, merupakan beragam ritual adat yang berlangsung di sekitar kawasan. Kearifan lokal ini berlangsung secara turun temurun dan menjadi atraksi wisata budaya yang tetap dilestarikan hingga kini.

Selain Air Terjun Sedudo, kawasan yang menyimpan situs Purbakala dari zaman Majapahit ini juga memiliki 9 air terjun lain di sekitar kawasan. Air terjun Singokromo, Air terjun Segunting, Air terjun Cagak, Air terjun Selawe, Air terjun Jeruk, Air terjun Selanjur, Air terjun Banyuiber, Air terjun Banyuapit, dan Air terjun Banyu Cemoro Kandang menjadi pelengkap wisata air terjun yang mengapit maskotnya.





Jernih dan bersihnya Air Terjun Sedudo


Terdapat fasilitas pendukung seperti Pendopo agung untuk acara kebudayaan atau sarasehan serta gazebo untuk bersantai, MCK, kamar ganti, Mushola dan warung-warung kecil yang menjual minuman/makanan dan aneka souvenir.
Tampak anak-anak yang sedang asyik mandi-mandi dan memanjat diantara tebing hingga ke balik air terjun *Adegan ini dilakukan oleh profesional,mohon jangan melakukannya sendiri tanpa bimbingan para ahli !!* hehehe :p



Masyarakat setempat mempercayai air terjun in memiliki kekuatan supra natural, dan kepercayaan yang berkembang sejak jaman Majapahit di masyarakat adalah  mandi di Grojogan Sedudo dapat membuat awet muda dan memperoleh berkah keselamatan.

Ada yang menggelitik pikiran saya, kenapa setiap air terjun diyakini memberikan berkah awet muda dan berkah keselamatan.
 Apakah air terjun ini mengandung formalin saudara-saudara? hahaha...kidding #Plak
kalau saya berpikirnya lain dan sederhana dengan sejenak menyingkirkan hal-hal yang berbau mistis
( bukan berarti hal mistis tidak ada loh ya...)
Air terjun pasti lokasinya di pegunungan iya khan?
iya donk..kalau dataran rendah itu pantai namanya :p 
 sumber airnya yang berada di ketinggian dengan vegetasi pepohonan yang masih rapat bahkan berusia ratusan tahun, bersinggungan dengan akar-akar berbagai macam tumbuhan yang menghasilkan rempah-rempah juga mineral bumi, kandungan air tanahnya diatas rata-rata dibandingkan air tanah kita yang hidup di area pemukiman padat penduduk.
Tentunya air terjun ini dihasilkan dan menjadi air dengan kemurnian dan kualitas terbaik yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh yang mendayagunakannya sebagai air minum dan sebagai antioksidan terbaik untuk kesehatan dan kehalusan kulit dengan segala kandungan nutrisi pendukungnya.
Selain itu oksigen dengan bio energy terbaik akan kita dapatkan disini karena masih jauh dari segala hiruk-pikuk polusi udara, jelas akan memberi efek relaksasi, ketenangan,kedamaian dalam hati dan lebih fokus dalam doa dan meditasi.
Saat tubuh dan pikiran bersih dan tenang, hati semakin mantap ...terasa semakin menyatu dengan kemurnian energy positif dari alam semesta. Dalam keheningan, kebeningan hati dan pikiran tidak adalagi penghalang pancaran doa ke alam semesta yang kita panjatkan dan sifat alam semesta adalah menangkap,merekam dan memancarkan vibrasi doa/energy yang kita pancarkan, yang pada akhirnya hasilnya akan kembali pada sang diri.
Sederhana bukan?
Oleh karena itu diberbagai tempat yang sakral, wingit atau alam bebas banyak diterapkan aturan tidak tertulis dilarang berkata-kata kasar/jorok, berpikiran kosong dan lain-lain bahkan dianjurkan untuk berkata yang baik,berperilaku sopan-santun, menghargai semua makhluk Tuhan.
Karena sesuai dengan Hukum Alam Semesta...Apa yang kita pikirkan,ucapkan dan perbuat itulah yang akan kembali berlipat-lipat kepada kita, entah itu pikiran,ucapan dan perbuatan baik atau buruknya.
Semakin sakral dan murni tempat tersebut, efeknya akan semakin besar.
 Setelah mengetahui rahasia alam semesta dan kekuatan pikiran, mungkin membuat kita lebih bijak dalam berpikir,berucap dan bertindak :)

Rasanya sayang juga kalau jauh-jauh tidak menikmati dingin dan segarnya air terjun Sedudo, Brrrrr.....:)



Langit lepas berwarna kebiruan diatas seolah-olah melukiskan air terjun Sedudo dijatuhkan dari langit dan jatuh merambat diantara tebing batu yang terjal, jika aku tengadahkan wajahku keatas...sesekali tampak aneka satwa burung terbang melintasi air terjun ini di ketinggian, seolah mereka tidak ingin ketinggalan menikmati berkah Tuhan atas air yang bersih dan melimpah ini, sungguh besar AnugerahMu untuk kami semua makhluk ciptaanmu Tuhanku , Terimakasih Tuhanku untuk semuanya, Terimakasih para Leluhur yang menjaga dan mewariskan alam yang masih lestari pada kami anak cucumu, semoga kami pun dapat mewariskan alam yang lestari pada anak cucu kami   :) Bukan alam rusak yang telah habis dieksplorasi dan ditinggalkan begitu saja menyisakan bencana bagi anak cucu dan makhluk hidup lainnya






Saya sengaja menyempatkan diri berkunjung ke Air Terjun Sedudo pada hari Senin karena terus terang saya ingin bebas menikmati alam tanpa hiruk pikuk pengunjung lain hehehe...dan lihatlah hanya kami yang terakhir berada di lokasi dan bermain air sepuasnya sampai senja tiba.
Serasa air terjun ini milik kami sendiri deh... petugas air terjun dan yang berjualan pun sudah pada pulang karena saya tiba disini sekitar pukul 16.00

suatu kemewahan bagiku menikmati air terjun ini bagaikan Private Waterfall :) . Pukul 17.00 kami pun bersiap-siap untuk meninggalkan air terjun Sedudo dan melanjutkan perjalanan kami menuju Candi Ngetos yang tanpa sengaja ketika perjalanan berangkat menuju air terjun Sedudo kami menemukan persimpangan jalan yang menunjukkan arah menuju situs candi tsb. 


Papan Penunjuk Arah menuju "Situs Condrogeni" yang terletak di pinggir jalan dan berjarak sekitar 1km arah jalan pulang dari air terjun Sedudo, mungkin lain kali saya akan berkunjung kesini, tapi melihat situasi dan kondisi disini sepertinya saya kesulitan memarkirkan mobil karena tidak ada tempat parkir kendaraan roda empat di dekat jalan masuk menuju situs. Menurut informasi untuk menjangkaunya harus berjalan kaki/trekking sejauh 3km, yo wislah gampang dipikir karo mlaku :D

Ternyata setelah melakukan perjalanan balik dan berniat sekaligus berkunjung ke Candi Ngetos belum bisa terealisasi hari itu juga sekaligus, disebabkan hari sudah terlanjur gelap, tentunya saya tidak akan bisa memotret keadaan candi disana. Oleh karena itu kunjungan menuju Candi Ngetos saya tunda dulu yaaa... Rahayu _/\_

Jumat, 25 April 2014

Tips Berwisata Ramah Lingkungan




Berwisata dipercaya dapat menghilangkan kepenatan, serta kejenuhan sehari-hari dan tentunya membuat hidup kita lebih indah dan menarik untuk dijalani. Maka tak mengherankan bila banyak dari kita yang menyempatkan diri untuk berwisata ke tempat-tempat yang alami, indah ataupun tempat yang memang khusus untuk tujuan wisata.



 Berwisata, mengapa harus peduli lingkungan?

 

Pertanyaan besar diatas didasari atas fakta bahwa semakin sering perjalanan dilakukan maka akan semakin banyak pula sumber daya alam yang digunakan. Hal tersebut juga berkaitan dengan seberapa besar polusi yang dihasilkan, seberapa banyak sampah yang dihasilkan, serta seberapa besar kerusakan lingkungan yang dirasakan.
Banyaknya perjalanan yang dilakukan oleh penduduk dunia dalam setiap bulannya. Entah itu menggunakan pesawat, kapal laut, kendaraan pribadi atau kereta api, yang semuanya itu menggunakan BBM sebagai sumber energy. Lalu, berapa banyak hotel serta penginapan yang harus menyediakan kamar - kamar yang terang - benderang pencahayaannnya serta seberapa besar energi yang digunakan untuk keperluan peralatan elektronik lainnya.
Berlibur/berwisata memang mengasyikan, tapi tanpa disadari berwisata pun bisa memberikan dampak buruk bagi lingkungan, terutama dari segi emisi gas karbon. Selain itu, tak jarang kawasan wisata yang sebelumnya memiliki pemandangan yang mempesona, rusak akibat kunjungan para pelancong yang tidak mempedulikan kelestarian alam di lokasi pariwisata tersebut.

 

 Apa yang perlu diperhatikan sebelum berangkat menuju tempat wisata?


  1. Menentukan tujuan wisata.

    Poin ini menjadi salah satu pertimbangan karena seberapa jauh perjalanan yang akan kita tempuh, seberapa banyak bekal yang kita persiapkan, alat transportasi apa yang akan kita gunakan, serta dimana kita akan menginap hal tersebut menentukan seberapa besar penggunaan sumber daya alam yang akan kita gunakan.
  2. Menentukan alat transportasi.

    Jika sudah menentukan tujuan, maka kita pikirkan alat transportasi apa yang akan kita gunakan. Jika bisa dengan menggunakan transportasi umum, maka gunakanlah transportasi umum. Jika bisa menggunakan bus atau kereta api maka tidak perlu menggunakan pesawat. Karena menggunakan pesawat semakin banyak emisi gas karbon yang terbuang dan hal tersebut akan berdampak pada pemanasan global. Tetapi jika terpaksa harus menggunakan pesawat maka carilah pesawat yang langsung menuju tempat tujuan.
  3. Bawa bekal.

    Perjalanan wisata yang tidak cukup jauh dapat kita persiapkan bekal makan dari rumah untuk makan selama diperjalanan.
  4. Cek kondisi rumah sebelum ditinggal.

    Sebelum meninggalkan rumah pastikan saluran listrik, air, dan selang kompor gas sudah dalam kondisi mati.

Apa yang kita lakukan selama di lokasi wisata?

Beberapa hal diatas paling tidak merupakan hal standar yang menjadi pertimbangan kita sebelum berwisata. Selanjutnya, saat kita telah sampai ditujuan ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan yaitu:
  • Pilih Hotel/penginapan yang ramah lingkungan. Hotel/penginapan ramah lingkungan yang dimaksud adalah yang memiliki pengolahan sampah cukup baik (organik & anorganik), memelihara kelestarian lingkungan hotel termasuk dengan membiarkan burung-burung yang ada berterbangan bebas, merawat tanaman/pohon yang dapat mendatangkan burung-burung serta sebagian besar karyawan berasal dari penduduk lokal. Kenapa penduduk local, karena jika sebagian besar karyawan adalah masyarakat sekitar maka penggunaan bahan bakar untuk menuju ke tempat kerja akan berkurang, hal tersebut mengurangi emisi gas yang terbuang ke udara.
  • Jika makan di luar hotel, pilihlah restaurant yang memiliki menu masakan lokal. Mengapa masakan lolal dipilih, karena masakan lolal tidak membutuhkan bahan yang diambil dari tempat yang jauh, yang membutuhkan bahan bakar yang banyak untuk mendatangkannya.
  • Jika dibungkus, jangan memilih bungkus makanan yang menggunakan stereofoam sebagai pembungkus. Karena stereofoam merupakan bahan pembungkus yang tidak dapat didaur ulang.
  • Bawalah tempat minum isi ulang. Dengan membawa botol air minum isi ulang maka anda akan membentu mengurangi sampah dari tempat air minum dalam kemasan.
  • Bawalah lap/serbet yang bisa digunakan berulangkali. Minimalkan penggunaan tissue, karena semakin banyak tissue/kertas digunakan maka akan semakin banyak pohon ditebang.
  • Bawa perlengkapan mandi (shampoo,sabun,pasta gigi,lotion sendiri) sehingga tidak perlu membeli lagi di lokasi wisata, hal tersebut juga akan mengurangi sampah.
  • Buanglah sampah pada tempat yang telah disediakan.
  • Jika membeli cinderamata belilah yang bersifat local,yang diproduksi oleh orang lokal karena jika membeli bukan barang lokal maka biaya mendatangkan barang dari tempat yang jauh serta penggunaan bahan baker juga akan bertambah. Hal tersebut menambah emisi gas buang yang terbang ke udara. Selain itu jangan membeli suvenir yang berbahan dari bagian tubuh satwa. Karena jika ada pembeli, maka akan ada satwa yang mati untuk dijadikan suvenir.
  • Gunakan kamera digital, jangan menggunakan kamera foto langsung jadi. Karena hasil dari kamera digital dapat kita pilih untuk dicetak, berbeda dengan kamera langsung, jika kita tidak cocok maka akan minta difoto lagi. Sementara hal tersebut akan menambah sampah, selain juga boros biaya.
  • Bawalah tas belanja sendiri. Dengan membawa tas belanja sendiri maka anda mengurangi penggunaan sampah plastik/kertas.
  • Jika tidak diperlukan, tidak perlu meminta struk belanja. Karena struk belanja akhirnya akan dibuang.
  • Jika berkeliling kota, gunakanlah transportasi umum atau jika tidak teralu jauh cukup berjalan kaki saja. Jalan kaki juga akan membuat anda lebih sehat.
  • Jika memang ingin menyewa mobil, maka gunakanlah yang irit bahan bakar, serta memiliki emisi gas buang rendah.
  • Saat menggunakan mobil, jika tidak terlalu penting matikan lah AC, bukalah jendela kaca mobil agar sirkulasi udara dapat menggantikan AC. Jika harus menggunakan AC gunakan pada tingkatan yang tidak terlalu tinggi, yang penting cukup menyejukan anda, tidak perlu sampai kedinginan.
  • Cek tekanan angin pada ban mobil anda. Tekanan angin pada ban dalam kondisi bagus, terbukti mengurangi 5% penggunaan bahan bakar.
  • Jika menyewa mobil, pilihlah yang berkapasitas besar, hal tersebut akan mengurangi biaya sewa serta menghemat bahan bakar.
  • Matikanlah mesin saat menunggu kerabat yang berbelanja.
  • Belajarlah cara mengemudi yang baik. Ganti perseneling lebih awal bisa mengurangi konsumsi BBM hingga 15%. Jika mendekati kemacetan atau lampu lalu lintas berhentilah perlahan bukan dengan rem mendadak. Hindarkan mengemudi dengan kasar. Pindahkan gigi saat mencapai 2500-3000 rpm. Dan mengemudilah di batasan 1500-3000 rpm, beberapa survei mendapatkan hasil yang memuaskan dalam kehematan BBM dalam range tersebut.
Selamat berwisata dan terima kasih wisata anda telah mendukung upaya pelestarian alam kita!

Source 

Hindari Budaya Nyampah!



Menurut bahasa, budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan sampah memiliki arti material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses atau barang yang dibuang karena tidak terpakai lagi.
Tapi, jika ditarik dan digabung arti dari dua suku kata di atas apakah termasuk dalam budi dan akal manusia karena cenderung diartikan negatif.

Sampah dapat dibedakan menjadi dua jenis:
Yang pertama adalah sampah anorganik atau non organik. Sampah ini berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri yang penguraiannya memerlukan waktu lama hingga ratusan tahun bahkan ada sampah yang tidak dapat dihancurkan yakni sterofoam.
Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama misalnya botol kaca, plastik, dan kaleng.

Yang kedua adalah sampah organik. Sampah ini terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam yang proses penguraiannya memerlukan waktu relative pendek dan berlangsung secara alami alami seperti sayuran, kulit buah, dan daun. Proses penguraianya pun relative gampang dan secara alami akan hancur dengan waktu relatif pendek.

Indonesia dengan jumlah penduduk hingga 225 juta setiap hari menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik dengan perbandingan jumlah hampir sama. Permasalahan utama adalah kesadaran masyarakat akan membuang dan memproses serta memilah sampah masih sangat rendah dengan didukung sistem pengelolaan sampah yang masih buruk.
Jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Indonesia hingga mencapai 11,330 ton per hari. Jika diambil rata-rata maka setiap orang menghasilkan sampah sebesar 0.050 Kg per hari. Jika jumlah sampah itu dihasilkan dalam hitungan hari tinggal dikalikan dengan tahun, maka sampah yang dihasilkan hingga mencapai 4.078.800 ton.

Berapa lama sampah non organic bisa dihancurkan oleh alam?

 Agar alam bisa menguraikan atau menghancurkan sampah anorganik diperlukan waktu yang lama, coba lihat data di bawah ini:
  • plastik diperlukan waktu 50 - 100 tahun untuk terurai
  • puntung rokok 10 tahun
  • kaleng soft drink (alumunium) 80 - 100 tahun
  • kardus 5 bulan
  • kulit jeruk 6 bulan
  • kulit sepatu 25 - 40 tahun
  • kertas 2 - 5 bulan, baterai 100 tahun
  • sterofoam tidak dapat diuraikan
  • almunium 80 - 100 tahun
  • plastik (bungkus detergen dll) 50 - 80 tahun
  • kantung plastik (tas kresek) diperlukan waktu 10 hingga 20 tahun untuk hancur.
Apa jadinya lingkungan atau bumi kita ini kalau setiap orang orang membuang sampah sembarangan, pasti akan jadi planet sampah. Plastik saja baru bisa hancur setelah 50 sampai 100 tahun, yang lebih ngeri lagi strefoam ternyata tidak bisa hancur
Sudah saatnya kita mulai menjadi orang yang "beradab" dengan menghindari budaya nyampah.

 Berikut adalah tips-tips untuk mengurangi Budaya Nyampah:
  1. Kumpulkan sampah pada tempatnya, jangan membuang sampah sembarangan. Membuang sampah di sembarang tempat adalah ciri orang yang tidak "beradab"
  2. Pisahkan masing-masing jenis sampah, misalnya sampah organic dan non organik
  3. Lakukan reduce (kurangi), re-use (gunakan kembali), recycle (olah kembali)
  4. Jika belanja ke mall, toko atau super market, bawa tas kantong belanja sendiri, anda tidak harus selalu menerima bungkus plastik yang diberikan toko tersebut. Kebanyakan bungkus plastik hasil belanja tersebut selalu menjadi sampah.
  5. Jika membeli produk pilihlah produk yang meminimalkan bungkus, seringkali suatu produk itu dibungkus secara berlebihan dan ini akan jadi sampah.
  6. Belilah produk yang bisa diisi ulang, karena ini akan mengurangi sampah dari botol bekas kemasannya
  7. Jika untuk bepergian, ke kantor atau sekolah, hindari beli air kemasan (aqua) di botol-botol kecil, akan lebih baik jika anda membeli botol permanen yang bisa dipakai berulang-ulang dan anda tinggal mengisi ulang airnya saja, tanpa perlu beli botolnya lagi.
  8. Jika anda hendak tamasya atau rekreasi ke alam, selalu bawa kantong sampah sendiri, karena seringkali di tempat wisata tersebut tidak disediakan tempat sampah. Bawa pulang sampah non organic anda, jangan pernah meninggalkannya di alam.
  9. Ingatkan jika orang lain sering nyampah
  10. Sediakan tempat sampah dengan jumlah yang cukup di rumah dan kantor
  11. Mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan.
  12. Mulai dari sekarang


Source

Kamis, 24 April 2014

Situs Yoni Klinterejo ; Menelusuri Jejak Peninggalan Sang Bhre Kahuripan


Situs Yoni Klinterejo

Situs Klinterejo terletak di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko,Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur agak jauh di sebelah uta­ra Trowulan. Koordinat:   7°30'55"S   112°23'46"E
Berasal dari periode Klasik. Pada situs ini yang nampak sekarang adalah sebidang tanah berbentuk bujur sangkar dengan luas sekitar 808 m2 berada di tengah sawah yang di kelilingi tembok buat­an baru dengan pintu menghadap ke timur.


Tampak Pintu Gerbang Situs Yoni Klinterejo dan Dikelilingi Oleh Hamparan Areal Persawahan yang Menghijau

Di dalamnya kita dapati bekas kaki candi yang dibuat dari batu andesit berbentuk segi empat dengan panjang sisinya ± 5,60 meter.
Di atasnya kita dapati sebuah Yoni yang amat besar. Tingginya 1,22 meter, panjangnya 1,83 meter dan lebarnya 1,91 me­ter. Bagian ceratnya didukung dengan pahatan kepala naga.
Yoni ini merupakan peninggalan purbakala yang penting, karena disamping ukurannya yang sangat be­sar juga karena memuat pahatan angka tahun 1294 caka.
Tahun Masehi menjadi 1372. Dan angka tahun ini bertepatan dengan meninggalnya Bhre Kahuripan. Oleh karena itu penegakan kompleks situs Klinterejo itu bisa di­katakan untuk memperingati meninggalnya Bhre Kahuri­pan atau Tribuwana Tunggadewi ialah ibu dari Hayam Wuruk.
Juga terdapat lumpang batu, jaladwara.

Didalam areal yang dipagari tembok ini terdapat sebuah Yoni dengan ukuran besar berhiaskan naga-raja

Tepat di atas Yoni terdapat sumber air  jernih yang bisa diminum atau mencuci muka

Naga atau ular besar merupakan ikon yang sangat penting untuk menggambarkan mitologi alam semesta. Pada masa Jawa Kuno, pahatan naga sering terpahat pada tubuh yoni, miniatur bangunan candi, relief candi, dan pada bangunan candi itu sendiri. Naga yang dipahatkan itu tidak selalu tentang Amertamanthana (Amertamanthana menceritakan terjadinya dunia ini melalui pengadukan laut susu untuk mendapatkan amerta, air kehidupan )  melainkan juga ada yang berkaitan dengan masalah kesuburan dan kepercayaan lainnya.


 Disamping itu di tempatkan di sebuah ruangan tertutup kita dapati juga sebuah batu besar (Watu Ombo) yang merupakan batu sandaran arca, tapi belum selesai di­kenakan, yang sepertinya akan dipahatkan arca perwujudan Tribhuwanottunggadewi.

Situs Watu Ombo terletak di satu ruangan tertutup dan terkunci, jika ingin masuk ke dalam silahkan menghubungi Juru Pelihara situs


 Di luar tembok kita dapati sejumlah balok besar 2 buah dan umpak- umpak batu besar sejumlah 4 buah. Hal ini menunjukkan bahwa di tempat itu dahulunya ada bangunan pendopo yang tentunya cukup besar pula.


Sebuah bangunan pendopo buatan baru terletak di bagian tengah situs Yoni Klinterejo


Sebuah ruangan yang terdapat dua buah  batu kotak sebagai tempat duduk/semedhi diyakini sebagai petilasan Sabdo Palon dan Noyo Genggong

Tak lupa dan tak ketinggalan....ijin eksis dulu :p

Candi Rimbi ; Pendharmaan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi

Candi Rimbi- Jombang

Candi Rimbi berlokasi di Desa Pulosari, Kec. Bareng, Kab. Jombang. Runtuhan Candi Rimbi ditemukan oleh orang Inggris yang bernama Alfred Wallace, ketika melewati tempat itu saat mengoleksi tanaman di Wonosalam sekitar akhir abad 19. Daerah ini terletak dikaki sebelah barat gunung Anjasmoro, berada diantara hunian penduduk,persawahan dan  hutan lebat disekelilingnya serta pemandangan yang indah.
Candi Rimbi adalah peninggalan agama Hindu dari masa Klasik Majapahit merupakan candi pendharmaan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi ibunda dari Prabu Hayam Wuruk.
 Candi ini juga sering disebut Cungkup Pulo. Nama Rimbi dikaitkan dengan nama tokoh pewayangan bernama Arimbi, isteri Werkudara atau yang lebih dikenal dengan nama Bima.
Pintu Masuk Candi Rimbi

Arsitektur Candi Rimbi

 Situs ini berada pada areal seluas 896.56 meter persegi, berdiri diatas tanah agak tinggi dari sekitarnya. Bangunan terbuat dari batu andesit, sedang pondasinya dari batu bata. Bangunan yang masih ada sekarang memiliki ukuran panjang 13,24 meter, lebar 9,10 meter dan tinggi 12 meter. Sekitar 1 meter di sekeliling candi terdapat satu lapis batu bata yang ditata miring.
Candi Rimbi menghadap ke barat. Secara vertikal terdiri dari kaki dan tubuh candi. Namun, bagian tubuh candi tinggal separoh, karena mengalami kerusakan. Begitu juga dengan atapnya, sudah runtuh. 
Tampak Depan Candi Rimbi yang Menghadap ke Barat
Terdapat Undakan di Bagian Depan Untuk Menuju Bilik Candi
Tampak Samping Kiri atau Sebelah Selatan Candi yang Bagian Tubuhnya Sudah Hancur Sebagian
Tampak Sebelah Kanan atau Utara Candi yang Sebagian Tubuhnya Masih Utuh
Tampak Sebelah Kanan atau Utara Candi yang Sebagian Tubuhnya Masih Utuh

 Panil Relief Candi Rimbi

Hampir sebagian besar bagian atasnya sudah hancur tetapi bagian bawahnya masih dalam kondisi baik dan dihias oleh gambar yang menyambung mengartikan sesuatu mengelilingi dinding luar.
 Daya tarik Candi Rimbi adalah adanya panil-panil relief yang menghiasi dinding kaki. Panil-panil ini berisi cerita tentang binatang dan keagamaan. Namun, belum diketahui apa isi cerita relief tersebut.
Di dinding kaki sebelah utara terdapat terdapat 17 bidang relief. Salah satunya, relief sepasang pengantin yang berada di dalam tempayan (gentong). 
Ada pula relief sepasang pria dan wanita. Sang pria sedang mencangkul, sedang yang wanita membawa payung. Di kaki sisi timur, juga dihiasi 17 bidang relief cerita binatang dan kegiatan keagamaan. 
Sedang di sisi selatan terdapat 8 buah bidang.

Panil-panil relief yang menghiasi kaki Candi Rimbi

Panil relief yang menghiasi bagian depan/sebelah kanan candi Rimbi
Sebuah lapik yang terletak di halaman candi menyisakan potongan kaki arca. Sebuah hiasan kala dengan ukuran agak besar juga tergeletak di salah satu sudut halaman candi. Diperkirakan, batu berelief kala ini dahulu digunakan untuk menghiasi pintu masuk ke ruangan (bilik) candi sebagaimana umumnya candi dari masa Klasik.
Bongkahan bebatuan reruntuhan candi yang diletakkan di sekitaran candi


Berdasarkan seni arsitektur bangunan, Candi Rimbi berlatar belakang Hindu. Hal ini, ditandai penemuan Arca-arca Hindu juga ditemukan di halaman candi, yang berupa arca Dewi Parwati (isteri Dewa Siwa) yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
 Arca Parwati ditemukan di ruang utama candi. Tetapi, ruangan ini sudah tidak ada lagi, karena separoh dari badan candi sudah runtuh.
 Patung Ratu Tribhuwana Tunggadewi yang digambarkan sebagai patung Dewi Parwati, saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta dan satu lagi patung Dewi Durga di Museum Trowulan.

Arca Parwati yang ditemukan di Candi Rimbi kini berada di Museum Nasional Jakarta. Parwati adalah sakti dewa Siwa. Dikenal sebagai simbol wanita yang benar-benar mempunyai seluruh syarat terbaik sebagai seorang wanita, ibu dan istri. Selain itu Parwati juga dianggap sebagai dewi lambang kesuburan, bersama-sama dengan Siwa, mereka berdua sering digambarkan sebagai yoni (simbol wanita) dan lingga (simbol laki- laki) yang nantinya akan melahirkan kekuatan, dan kelangsungan hidup manusia.

Arca Parwati (Durga) yang ditemukan di Candi Rimbi melukiskan Tribhuwana Wiajaya Tunggadewi, ratu Majapahit yang memperintah pada 1328 - 1350 M. Tribhuwana Wijayatunggadewi atau Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani adalah penguasa ketiga Majapahit. Sewaktu gadis ia bernama Sri Gitarja, dan ia adalah puteri Raden Wijaya dari Gayatri.


 Selain perwujudan Arca Dewi Parwati juga ditemukan Arca Dewi Durga yang kini berada di Museum Trowulan. Yang nampak lain adalah patung Durga dari candi Rimbi ini. Patung Durga dari candi Rimbi ini digambarkan berdiri dengan kedua kaki terbentang (pada umumnya Durga digambarkan dalam sikap tribhangga), menyeringai sehingga memperlihatkan gigi taringnya yang tajam, mata melotot dan rambut terurai tak beraturan.
 Arca Dewi Parwati/Dewi Uma ini, dalam perwujudan Durga Mahisasuramardhini dimana dilukiskan sedang berjuang mengalahkan Asura dalam wujud raksasa, dikisahkan Kahyangan tempat para Dewa tinggal, mengalami kekacauan akibat ulah seekor kerbau (Mahisa). Prajurit para Dewa tidak mampu mencegah, berkat kesaktiannya Dewi Parwati (Sakti/istri) Dewa Siwa, berubah wujud menjadi Dewi Durga, yaitu seorang Reksasi, dengan gagah berani dihadapi Mahisa yang sedang mengamuk tersebut.
Tipe patung Dewi Durga Mahesasuramardhini yang ada di Candi Rimbi boleh dikatakan adalah tipe kecantikan yang serba kaku, keras kepala, menunjukkan ke-aku-an yang menonjol, bahkan dalam gerakannya terlihat keinginan untuk diperhatikan. Tipe ini juga nampak garang dan terkesan tidak bisa menyembunyikan apa yang tengah dialami, dan justru inilah daya tariknya.

Durga paling sering digambarkan dalam adegan mengalahkan Asura, namun di Jawa (atau Indonesia umumnya) sangat jarang ditemukan wajah Durga yang menunjukkan dirinya sebagai seorang raksasi, sebaliknya Durga selalu digambarkan dengan penuh kelembutan seorang wanita.
Hal ini tentu saja disebabkan karena pengaruh dari aliran keagamaan yang melatar belakangi pembuatan patung tersebut, yaitu aliran Tantrayana. Tantrayana adalah salah satu aliran dalam agama Hindu yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan raja Kertanegara, yaitu akhir dari kerajaan Singosari, walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa agama Hindu yang masuk di Indonesia sudah menunjukkan adanya pengaruh Tantris tersebut


Pemandangan Sekitar Candi Rimbi

Tampak Areal Persawahan Menghijau di Bagian Depan dan Sisi Kanan-Kiri Candi, jika cuaca cerah dari sini kita dapat menikmati pemandangan Gunung Anjasmoro

Bunga Mawar yang sedang mekar di kawasan candi, sempat tergoda ingin memetiknya. Tapi untunglah cepat tersadar. Akhirnya hanya mengambil gambarnya saja. Biarlah keindahan dan keharuman mawar ini berpadu indah dengan kesakralan Candi Rimbi :)

Narsis Time bersama ananda kami yang masih imut dan unyu-unyu :D Welcome to the jungle Ananda Dhimas

Senja mulai tiba, hari mulai gelap....saatnya kami bergegas untuk pulang.

Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi ; Sang Ratu Ketiga Majapahit


Arca Parwati (Durga) yang ditemukan di Candi Rimbi melukiskan Tribhuwana Wiajaya Tunggadewi, ratu Majapahit yang memperintah pada 1328 - 1350 M. Tribhuwana Wijayatunggadewi atau Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani adalah penguasa ketiga Majapahit.

Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga Majapahit yang memerintah tahun 1328-1351. Dari prasasti Singasari (1351) diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.
Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi (atau disingkat Tribhuwana) adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari Raden Wijaya dan Gayatri. Memiliki adik kandung bernama Dyah Wiyat dan kakak tiri bernama
Jayanagara. Pada masa pemerintahan Jayanagara (1309-1328) ia diangkat sebagai penguasa bawahan di Jiwana bergelar Bhre Kahuripan.

Menurut Pararaton, Jayanagara merasa takut takhtanya terancam, sehingga ia melarang kedua adiknya menikah. Setelah Jayanagara meninggal tahun 1328, para ksatriya pun berdatangan melamar kedua putri. Akhirnya, setelah melalui suatu sayembara, diperoleh dua orang pria, yaitu Cakradhara sebagai suami Dyah Gitarja, dan Kudamerta sebagai suami Dyah Wiyat.
Cakradhara bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel. Dari perkawinan itu lahir Dyah Hayam Wuruk dan Dyah Nertaja.
Hayam Wuruk kemudian diangkat sebagai yuwaraja bergelar Bhre Kahuripan atau Bhre Jiwana, sedangkan Dyah Nertaja sebagai Bhre Pajang.

Menurut Nagarakretagama, Tribhuwana naik takhta atas perintah ibunya (Gayatri) tahun 1329 menggantikan Jayanagara yang meninggal tahun 1328. Ketika Gayatri meninggal dunia tahun 1350, pemerintahan Tribhuwana pun berakhir pula. Berita ini kurang tepat karena menurut prasasti Singasari, pada tahun 1351 Tribhuwana masih menjadi ratu Majapahit.
Berita tersebut menimbulkan kesan bahwa Tribhuwana naik takhta mewakili Gayatri. Meskipun Gayatri hanyalah putri bungsu Kertanagara, tapi mungkin ia satu-satunya yang masih hidup di antara istri-istri Raden Wijaya sehingga ia dapat mewarisi takhta Jayanagara yang meninggal tanpa keturunan. Tetapi saat itu Gayatri telah menjadi pendeta Buddha, sehingga pemerintahannya pun diwakili putrinya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi.

Menurut Nagarakretagama, Tribhuwana memerintah didampingi suaminya, Kertawardhana. Pada tahun 1331 ia menumpas pemberontakan daerah Sadeng dan Keta. Menurut Pararaton terjadi persaingan antara Gajah Mada dan Ra Kembar dalam memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng. Maka, Tribhuwana pun berangkat sendiri sebagai panglima menyerang Sadeng, didampingi sepupunya, Adityawarman.
Peristiwa penting berikutnya dalam Pararaton adalah Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada saat dilantik sebagai rakryan patih Majapahit tahun 1334. Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati makanan enak (rempah-rempah) sebelum berhasil menaklukkan wilayah kepulauan Nusantara di bawah Majapahit.

Pemerintahan Tribhuwana terkenal sebagai masa perluasan wilayah Majapahit ke segala arah sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa. Tahun 1343 Majapahit mengalahkan raja Kerajaan Pejeng (Bali), Dalem Bedahulu, dan kemudian seluruh Bali.
Tahun 1347 Adityawarman yang masih keturunan Melayu dikirim untuk menaklukkan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Malayu. Ia kemudian menjadi uparaja (raja bawahan) Majapahit di wilayah Sumatera.
Perluasan Majapahit dilanjutkan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, di mana wilayahnya hingga mencapai Lamuri di ujung barat sampai Wanin di ujung timur.

Tribhuwana Wijayatunggadewi diperkirakan turun takhta tahun 1351 (sesudah mengeluarkan prasasti Singasari).
 Ia kemudian kembali menjadi Bhre Kahuripan yang tergabung dalam Saptaprabhu, yaitu semacam dewan pertimbangan agung yang beranggotakan keluarga kerajaan.
Adapun yang menjadi raja Majapahit selanjutnya adalah putranya, yaitu Hayam Wuruk.

Tidak diketahui dengan pasti kapan tahun kematian Tribhuwana. Pararaton hanya memberitakan Bhre Kahuripan tersebut meninggal dunia setelah pengangkatan Gajah Enggon sebagai patih tahun 1371.

Menurut Pararaton, Tribhuwanotunggadewi didharmakan dalam Candi Pantarapura yang terletak di desa Panggih dan di Candi Rimbi, sebelah barat daya kota Mojokerto yang diwujudkan sebagai Dewi Parwati . Sedangkan suaminya, yaitu Kertawardhana Bhre Tumapel meninggal tahun 1386, dan didharmakan di Candi Sarwa Jayapurwa, yang terletak di desa Japan.




Kepustakaan
Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara

*Sumber diolah dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tribhuwana_Wijayatunggadewi

Jumat, 18 April 2014

Goa Selomangleng Kediri ; Pertapaan Sang Dewi Kilisuci

Goa Selomangleng Kediri
 Goa Selomangleng adalah sebuah situs goa peninggalan jaman kerajaan Kadiri yang terletak di kaki gunung Klothok, sekitar  7 Km arah Barat Kota Kediri,
tepatnya di Desa Waung, Kecamatan Mojoroto, Kediri, Jawa Timur (GPS: -7.80723,111.97287)
Lokasinya hanya berjarak beberapa meter dengan Museum Airlangga Kediri dan Bukit Maskumambang yang terdapat makam Eyang Boncolono.
 Selomangleng berasal dari kata Selo yang berarti batu dan Mangleng yang artinya menggantung.
Goa Selomangleng dipercaya menjadi tempat pertapaan Dewi Kilisuci, beliau  adalah putri mahkota Raja Airlangga yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara melakukan tapabrata di Gua Selomangleng.

 

 

 Tentang Dewi Kilisuci

Sanggramawijaya Tunggadewi adalah putri Raja Airlangga dari perkawinannya dengan Sri (putri Dharmawangsa Teguh)  lahirlah Sanggramawijaya Tunggadewi yang menjadi pewaris takhta Kahuripan,
sejak kerajaan masih berpusat di Watan Mas sampai pindah ke Kahuripan, tokoh Sanggramawijaya menjabat sebagai Rakryan Mahamantri alias putri mahkota.
Gelar lengkapnya ialah Rakryan Mahamantri i Hino Sanggramawijaya Dharmaprasada Uttunggadewi.
Nama ini terdapat dalam prasasti Cane (1021) sampai prasasti Turun Hyang I (1035).
Pada prasasti Pucangan (1041) nama pejabat Rakryan Mahamantri sudah berganti Sri Samarawijaya.
Saat itu pusat kerajaan sudah pindah ke Daha.
Semenjak awal Putri Mahkota Airlangga ini lebih menyukai menyepi, keheningan Goa Selomangleng dan Pucangan lebih menarik hati Sanggramawijaya daripada hiruk pikuk keduniawian sehingga akhirnya beliau memutuskan  mengundurkan diri menjadi pertapa bergelar Dewi Kili Suci.

Selain Dewi Kilisuci, Airlangga juga mempunyai dua orang putera bernama Lembu Amisena dan Lembu Amilihung. Keduanya putra dari selir. Karena pewaris tahta yang sah tidak bisa menggantikannya, Airlangga merasa perlu membagi kerajaan untuk dipimpin kedua putranya.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.

Perkembangan Kerajaan Kediri 
Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri. 


 Relief dan Arsitektur Goa Selomangleng

 
Pintu Masuk Utama Goa Selomangleng ( diambil dari bagian dalam)

 Konstruksi Goa Selomangleng yang tidak terlalu menjorok seperti halnya goa di Jawa Timur memudahkan para pengunjung untuk menyusuri kedalamannya. Dalam keremangan cahaya matahari yang menerobos di sela-sela dinding batu, tampak relief halus yang menghiasi seluruh dinding goa. Gua ini terbentuk dari batu andesit hitam yang berukuran cukup besar, bebatuan dalam goa yang kedap air ini sudah menghitam, mungkin terpapar asap dupa dari masa ke masa, membuat relief-relief di dinding semakin samar.

 Informasi tentang arca dan relief di Goa Selomangleng dari Dinas Purbakala maupun Pariwisata Kediri sangat minim sekali, tidak ada informasi lebih detail. Padahal dinding goa banyak terdapat pahatan berupa relief, akan tetapi belum diungkap secara rinci maknanya.
Salah satu relief yang paling menonjol adalah penampakan seorang perempuan cantik yang sedang bertapa. Perempuan itu digambarkan tengah bersila tepat di antara dua ruangan yang berada di kanan-kirinya, Mungkin perempuan cantik ini adalah penggambaran dari Sang Dewi Kilisuci.

Arca-arca pun banyak yang teronggok di halaman depan goa begitu saja tanpa di semen untuk keamanan patung itu sendiri, walaupun sudah tidak lengkap bentuknya tetap saja memiliki nilai sejarah yang tinggi dan tak ternilai. Lebih bagus lagi kalau diberi keterangan,(nama arca,ditemukan dimana, dan dari jaman apa? )
supaya kami para pengunjung dapat sekaligus belajar dan menambah pengetahuan tentang sejarah.

Relief sosok wanita cantik yang sedang bertapa terdapat di lengkungan pilar di tengah ruangan goa

Relief Kala yang Terletak  diAtas Pintu Masuk Ruangan Sesaji di Goa Selomangleng

Salah- satu relief diatas pintu masuk goa Selomangleng

Relief di ruangan sesaji

Ruangan dalam goa terdapat tiga bagian, Suasana dalam goa selomangleng walaupun berukuran kecil namun sinar matahari tidak bisa leluasa masuk, terutama di bagian ruangan sebelah kanan yakni ruangan persembahan, untuk meletakkan sesaji dan dupa, juga ruangan sebelah kiri yang terdapat pintu masuk berukuran kecil dan tinggi, sehingga jika kita ingin memasuki ruangan pertapaan ini sedikit memanjat karena letaknya yang lebih tinggi dari ruangan-ruangan goa yang lain.


Ruangan sebelah kanan goa selomangleng, ada sebuah altar untuk meletakkan sesaji dan dupa


Ruangan sebelah kiri Goa Selomangleng,dulunya digunakan oleh Dewi Kilisuci  untuk bertapa, tempat mengheningkan cipta,rasa dan karsa, menyucikan batin dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta


Aroma harum bunga dan dupa menyambut anda yang berkunjung ke Goa Selomangleng, karena di goa ini pada saat-saat tertentu masih digunakan sebagai tempat hening oleh penganut kearifan lokal yang sangat menjunjung tinggi peninggalan para leluhur yang dianggap suci dan memiliki nilai sejarah yang tak ternilai, oleh karenanya mereka memperlakukan situs tersebut dengan penuh rasa hormat, menjunjung tinggi peninggalan leluhur sebagai wujud bakti dan penghormatan, karena tanpa para Leluhur tidak akan ada kelanjutan generasi kita yang sekarang.
Namun sayang, banyak sekali yang terlanjur menstigma negatif tanpa ingin mengetahui lebih mendalam lagi, dianggap bunga dan dupa adalah persembahan kepada makhluk gaib (setan,bekasakan dll)
 Padahal bunga sendiri memiliki makna simbol yang sangat luhur sebagai pengantar doa yang dipanjatkan, misalnya:
  •  Bunga Mawar ,memiliki pengertian Mawi-Arsa : Supaya hati selalu "tawar" segala niat didasari dengan ketulusan, sebagaimana Ketulusan Tuhan Sang Maha Pencipta/Alam Semesta yang selalu memberikan anugerah kepada seluruh makhluk tanpa pamrih.  Bunga mawar merah-putih bisa juga melambangkan asal muasal/sangkan paraning dumadi kehidupan manusia, agar kita selalu ingat darimana asal kita dan kemana kita akan kembali.
  • Bunga Melati , Memiliki pengertian Rasa melad soko njero athi, hendaknya apa yang kita ucapkan adalah sebuah ketulusan, dan harus sama apa yang didalam hati, diucapkan dan dilakukan semua apa adanya dengan ketulusan (tidak munafik)
  • Bunga Kanthil , memiliki pengertian Tansah Kumanthil, atau mengandung filosofi kasih sayang yang tidak terputus, kepada seluruh makhluk hidup dan alam semesta tanpa terkecuali hendaknya saling mengasihi,menyayangi dan menghormati.
Masih banyak sebenarnya jenis-jenis bunga yang harum dan indah yang digunakan sebagai sarana/pelengkap kegiatan berdoa oleh penganut kearifan lokal Jawa maupun umat Hindu, mungkin di tulisan-tulisan mendatang akan saya tulis tentang makna dan filosofinya :)

Tentang dupa/hio juga banyak yang belum paham benar atau mungkin langsung merasa seram jika mencium aroma dupa selalu dikaitkan dengan mistisisme semata :D , saya sering senyum sendiri memaklumi  (atau bahkan trenyuh?) jika berpapasan dengan  pengunjung yang langsung kabur jika mencium atau melihat asap dupa yang sebenarnya sangat harum dan menenangkan.
Padahal di tempat-tempat spa modern saja belakangan dupa/aromatherapy digunakan untuk relaksasi, mengendorkan syaraf yang lelah dan menghilangkan stres, otomatis inner beauty akan terpancar :)
Begitu pula saat berdoa atau dalam laku spiritual, menyalakan dupa fungsinya adalah tahap awal untuk membuat relaks/santai, melepaskan semua pikiran-pikiran,ego,nafsu duniawi dan permasalahan kehidupan, fokus pada keheningan mendalam, diharapkan dalam keadaan hening lebih dapat merasakan, mendengarkan suara hati nurani, menyucikan batin, berserah diri dan semakin dekat dengan Sang Maha Pencipta.
Itu semua hanya sedikit dari sekian banyak laku perjalanan manusia dalam menemukan Tuhannya, setidaknya itu yang simpulkan dari pengamatan dan pemahaman saya.

 Jadi, jika anda berkunjung ke Goa Selomangleng dan kebetulan mencium aroma dupa dan melihat sesajian bunga, saya pikir tidak usah merasa takut atau aneh.
Dupa dan Bunga tidak bisa dilepaskan dari budaya leluhur kita dan tidak bisa dipungkiri masih dilakukan turun temurun oleh budaya kita, sama luhur dan bernilainya seperti peninggalan-peninggalan purbakala yang tersebar di seluruh Nusantara. Sangat penting kita belajar memahami dan menghargai budaya peninggalan Leluhur bangsa kita yang sarat makna dan filosofi yang agung, sebelum kita mengagung-agungkan budaya luar dan kehilangan identitas jati diri kita sebagai Bangsa Indonesia yang telah memiliki peradaban yang luar biasa, terbukti dari jejak-jejak peninggalan sejarah dan cagar budaya yang tertinggal.
Jaya Nuswantara _/\_