Senin, 29 November 2021

Bagaimanakah Wujud CINTA yang Sebenarnya?



Cinta adalah “ Perasaan Universal” sebuah ruh persatuan dengan alam semesta. Cinta adalah pemulihan terhadap kesombongan yang melekat dalam diri manusia, tabib segala kelemahan dan duka cita. Cinta adalah kekuatan yang menggerakkan perputaran dunia dan alam semesta.”

-Maulana Jalaludin Ar RUMI-

(Sufistik Persia 1207-1273)


Rumi berpandangan bahwa cinta bukan hanya milik manusia dan makhluk hidup lainnya tapi juga semesta. 

Cinta yang mendasari semua eksistensi ini disebut “cinta universal”. Cinta ini muncul pertama kali ketika Tuhan mengungkapkan keindahan-Nya kepada semesta yang masih dalam alam potensial.

Keindahan cinta tidak dapat diungkapkan dengan cara apapun, meskipun kita memujinya dengan seratus lidah. 

Jalaludin Rumi mengatakan seorang pecinta dapat berkelana dalam cinta, dan semakin jauh pecinta melangkah, semakin besar pula kebahagiaan yang akan diperolehnya.

Karena cinta itu tak terbatas Ilahiah dan lebih besar dibanding seribu kebangkitan. 

Kebangkitan itu merupakan sesuatu yang terbatas, sedangkan cinta tak terbatas.


Dari perenungan mendalam tentang konsep Cinta pada Tuhan sebenarnya kita bisa memasuki tahap kesadaran untuk menerapkannya dalam wajah cinta pada sesama manusia, suatu cinta yang murni dari jiwa tanpa melibatkan ego, ketika masuk state kesadaran ini maka yang didapatkan adalah penyembuhan, kedamaian dan pengembangan jiwa, bukannya rasa sakit yang berkepanjangan (yang sakit sebenarnya adalah ego kita sebagai manusia)


Mengapa cinta harus memiliki secara keseluruhan? 

Mengapa cinta harus mengontrol semua kehidupan pasangan?

Mengapa dengan alasan cinta kita harus mengikat pasangan begitu erat sampai kesulitan bernafas dan akhirnya ingin membebaskan diri?

Itu bukanlah wajah cinta yang sejati berasal dari jiwa tapi wujud dari ego kita yang mengatasnamakan cinta.


Selayaknya cinta Tuhan pada hambanya, Bukankah cukup menyadari bahwa cintanya ada itu sudah memberi ketenangan, kedamaian dan rasa aman luar biasa? Bukankah itu sudah lebih dari cukup?

Mengapa harus begitu ingin berhasrat untuk menguasai, memiliki dan mengikatnya secara emosional dan fisik?

Bukankah yang merasakan cinta itu sendiri adalah perasaan dan beresonansi dengan jiwa? Lalu diteruskan ke otak manusia dimana tempat sang ego bertahta, Tubuh hanya bereaksi setelah otak mengolah data dan menuntut pemenuhan secara fisik.


Bukankah cinta yang sebenarnya adalah seperti Cinta kita kepada Tuhan?

Kita tidak dapat menggenggamNya tetapi jiwa kita sangat paham bahwa energi cintaNya begitu besar melampaui seluruh Semesta ini dan CintaNyalah yang menggerakkan semua kehidupan.

Apakah kita bisa menguasaiNya agar cintaNya hanya terpusat pada diri kita?

Apakah kita dapat menggenggamNya? 

Cintanya adalah untuk semua makhlukNya ( Cinta Universal)


Cinta dengan melibatkan ego bukan wujud cinta yang sebenarnya melainkan pemenuhan atas ego yang menyamar menjadi wajah cinta, yang menuntut penguasaan penuh secara fisik, ketika itu tidak terwujud maka yang timbul justru perasaan kecewa dan sakit yang luar biasa, sebenarnya yang sakit bukan diri atau jiwa, yang tersakiti adalah bentuk dari ego,

Ego menuntut pemenuhan

Ego Menuntut dilengkapi

Ego Menuntut diperhatikan

Ego Menuntut selalu diutamakan 

Sang ego menjadi terluka ketika itu tidak terwujud. 

Ego tersakiti ketika semuanya tidak berbalas. 

Ego tidak pernah selaras dengan vibrasi tinggi energi Alam Semesta, sedangkan wujud cinta yang sebenarnya (Unconditional Love) yang merupakan pencapaian cinta tertinggi beresonansi dengan vibrasi tinggi Semesta ( Divine Love Energy)


mungkin kita sering mendengar ada pepatah “ Cinta … derita tiada akhir” tetapi itu bukan cinta yang sebenarnya melainkan ego yang menuntut pemenuhan atas cinta sehingga menimbulkan penderitaan ketika semua tidak terjadi seperti yang ingin dikontrolnya dalam bentuk pikiran.


Kebijaksanaan jiwa akan selalu menerima dan merangkul ketidaktahuan namun dengan keyakinan semua akan terjadi di waktu dan tempat yang tepat.

Kekuatan sang Ego sibuk menerka-menerka, merancang, berharap lalu akan kecewa dan menderita ketika keadaan tidak berjalan sesuai dengan gambar ideal yang di lukis.


•Cinta yang sebenarnya itu ringan. Seringan kita menghirup udara kualitas terbaik di pegunungan

•Cinta yang sebenarnya itu menyembuhkan bukannya memberi luka

•Cinta yang sebenarnya dapat membuatmu melihat dunia ini bukan hanya dengan mata tetapi hati yang penuh cinta kasih

•Cinta yang sebenarnya itu tanpa pengharapan berlebih, dia tidak menginginkan kamu menjadi seperti gambaran ideal yang ada pada kisah-kisah romansa atau gambaran orang pada umumnya.

•Cinta yang sebenarnya ketika kamu bahagia aku pun lebih bahagia

•Cinta yang sebenarnya itu tidak menggenggam tetapi melepaskan dan lihat bagaimana cinta seperti itu membantu jiwamu berkembang dan bersinar indah.

•Cinta yang sebenarnya tidak pernah menuntut tapi kamu sendiri akan berkomitmen untuk mempersembahkan versi terbaik dirimu 


•Cinta yang sebenarnya itu tanpa pengharapan berlebih, tidak menginginkan anda menjadi seperti gambaran ideal yang ada pada kisah-kisah romansa atau gambaran orang pada umumnya.

•Cinta yang sebenarnya ketika anda bahagia saya pun lebih bahagia


Karena begitulah adanya cinta, tidak ada kisah cinta atau situasi yang sempurna, Anda berdualah yang berjuang dan menciptakan kondisi sehingga cinta itu menjadi sempurna adanya.


Begitu banyak buku yang menuliskan tulisan cinta, bahkan dinilai lebih banyak dibandingkan pengalaman hidup manusia lainnya.

Banyak orang yang berusaha menuliskan kalamnya ke kertas untuk menorehkan keindahan cinta.

Tetapi dibalik itu semua, sisi cinta terindah yang dimiliki manusia adalah CINTA pada Tuhannya.

Suatu cinta dimana manusia kehilangan Ego-nya, dan mengabdikan diri sepenuhnya terhadap CINTAnya  pada Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar