Jumat, 14 Februari 2014

Surono: Letusan Kelud Sebesar Merapi

Letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur dinilai sebesar erupsi yang terjadi pada Gunung Merapi, Yogyakarta tahun 2010 silam.
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Badan Geologi Surono di kantor Kepresidenan, Jumat (14/2). "Tadi malam pukul 22.50, letusannya sampai setinggi 17 kilometer, sama dengan Merapi tanggal 5 November 2010," ucap Surono.
Namun, ciri letusan Gunung Kelud berbeda dengan Merapi yang terus aktif selama 1 bulan menyemburkan material.
Surono menuturkan material yang dikeluarkan Gunung Kelud pada malam tadi mencapai 100-200 juta meter kubik.
Gunung Merapi menyemburkan material dari isi perutnya dengan jumlah itu juga, akan tetapi selama 1 bulan. "Kelud itu letusannya singkat," ungkap Surono.
Dia menceritakan pula, Gunung Kelud sempat erupsi pada tahun 1919. Letusan ini menimbulkan danau kawah di gunung itu. Pada tahun itu pula, 40 juta meter kubik ditumpahkan dari dalam perut Gunung Kelud dan menimbulkan korban hingga 5.000 jiwa.
Setelah itu, Gunung Kelud meletus kembali pada tahun 1966. Pada tahun 2007, Gunung Kelud yang bersifat eksplosif lagi-lagi erupsi dengan ciri letusan yang bersifat efusif (lelehan). Kejadian pada tahun 2007-lah yang kembali terjadi pada Kamis (13/2) malam.
Letusan tadi malam, sebut Surono, memuntahkan lava pijar diiringi semburan abu vulkanik dan kerikil setinggi 17 kilometer. "Tadi malam, batu di tengah kawah yang selama ini ada di Gunung Kelud, telah dilemparkan setinggi 17 kilometer," kata Surono.
Puncak aktivitas Gunung Kelud ini menyebabkan hujan abu vulkanik sampai ke berbagai daerah.


 (Sumber: Kompas.com)



Hati-hati Awan Panas, Jangan Beraktivitas di Radius 10 Kilometer


Ancaman dari aktivitas Gunung Kelud saat ini masih berupa hujan kririk dan abu vulkanik. Namun intensitasnya bisa saja meningkat.

gunung kelud,pengungsi,korban letusanBanyak pengungsi korban letusan Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar, di Jawa Timur yang mengalami sesak napas dan kekurangan oksigen karena tebalnya hujan abu dari letusan itu, 
 Jumat (14/2) dini hari (Yatimul Ainun/Kompas.com).
Kepala Pusat Badan Geologi Surono meminta agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 10 kilometer di sekitar Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur.
Pasalnya, Gunung Kelud dikhawatirkan akan kembali melontarkan material dan awan panas.
"Sejak dalam status awas tadi malam, radius bahayanya agar masyarakat tidak beraktivitas di radius 10 kilometer. Dalam radius ini, yang paling bahaya itu awan panas," ungkap Surono di kantor Kepresidenan, Jumat (14/2).
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ini menjelaskan, ancaman dari aktivitas Gunung Kelud saat ini masih berupa hujan kririk dan abu vulkanik. Namun intensitas hujan krikil dan abu vulkanik bisa saja meningkat.
"Rintik-rintik dulu, tidak langsung lebat," katanya.
Surono menuturkan sejarah letusan Gunung Kelud selama ini memang bersifat eksplosif. Namun, letusan Gunung Kelud hanya terjadi sekali namun mengeluarkan material dalam jumlah yang sangat besar.
Dalam peristiwa kali ini, Surono mengakui puncak aktivitas Kelud terjadi pada Kamis (13/2) malam.
Namun, Surono menuturkan pemerintah masih melihat aktivitas Kelud apakah sudah aman dan stabil. "Apakah Kelud kembali ke sejarah masa lalumya, eksplosif sebentar, kami juga belum tahu. Maka kita tunggu kata terakhir dari Kelud, apakah dia minta berhenti, atau dia minta waktu sebentar," ucapnya.
Surono tak ingin kejadian tewasnya relawan dan warga di sekitar Gunung Sinabung akibat awan panas kembali terulang. "Cukup Sinabung, kita berdoa kasus di Sinabung adalah pengalaman pahit yang terakhir," kata Surono.
Seperti diberitakan, Gunung Kelud erupsi pada Kamis, pukul 22.50 WIB. Kelud menyemburkan material krikil dan abu vulkanik hingga ketinggian 17 kilometer.
Hingga kini, dampak abu vulkanik dari letusan gunung Kelud dirasakan hingga Purwokerto, Cilacap, dan Bondowoso. Penerbangan menuju Yogyakarta, Solo, dan Surabaya pun terpaksa dihentikan akibat pendeknya jarak pandang.
(Sabrina Asril/Kompas.com)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar