Candi Kethek |
Gunung Lawu tidak hanya memiliki sejuta keindahan panorama alam namun juga menyimpan nilai sejarah religi dan spiritual yang tinggi. setelah sebelumnya kita berkunjung ke Situs sejarah candi Sukuh dan candi Cetho, kita dapat melengkapi wisata sejarah kita ke Candi kethek,
Terletak di Dusun Cetho,Desa Gumeng,Kecamatan Jenawi,Kabupaten Karanganyar,
tepatnya sebelah timur laut Candi Cetho dan menempati lahan milik Perum Perhutani. Untuk mencapai tempat ini, pengunjung harus berjalan kaki melewati jalan setapak sekitar 300 meter atau selama kurang lebih 15-20 menit.
Jalan setapak belum di paving namun masih berupa tanah dan menyeberangi sungai kecil yang kering ketika kemarau, harap berhati-hati ketika hujan karena akses jalannya nya agak licin (anak saya tiga kali berkunjung kesini dan dua kalinya terpeleset dengan sukses :D )
di sampingnya terdapat jurang dan sedikit menanjak sehingga membutuhkan tenaga ekstra setelah sebelumnya menaiki anak tangga Candi Cetho, jadi sebelum melanjutkan perjalanan menuju Candi Kethek ada baiknya singgah mengisi perut di warung-warung yang banyak terdapat di samping Candi Cetho
Jalur yang tidak mudah tapi tetap saja tidak mengurangi keindahan dan kesegaran khas pegunungan justru menambah sensasi perjalanan anda berwisata menikmati alam pegunungan sekaligus wisata sejarah disini.
(Hmm..... jadi ingin mendaki ke Puncak Lawu via jalur Candi Cetho, sepertinya masih sangat alami dan hijau, semoga suatu saat bisa via jalur ini )
Akses jalan setapak menuju Candi Kethek |
Petunjuk Arah berarti sudah dekat, semangattt jalannya :D |
Sampai di depan lokasi Candi Kethek |
Sekilas cerita tentang awal penemuan Candi Kethek yang dalam bahasa Jawa berarti kera, meskipun keberadaan candi ini sudah diketahui sejak tahun 1842, entah mengapa dalam rentang waktu sekian lama yaitu pada tahun 2000 baru ditemukan kembali oleh warga masyarakat dusun Cetho, sebelumnya dan sudah sejak lama bukit kawasan lokasi Candi Kethek merupakan tempat berkumpulnya atau boleh dibilang "istana" bagi kera-kera di lereng gunung Lawu bagian barat.
saking banyaknya kera yang berkumpul dan tebalnya semak belukar di kawasan ini membuat penduduk pencari kayu bakar enggan untuk mendekati.
Sampai pada waktu tahun 1999 terjadi kebakaran hebat yang membuat kera-kera harus rela meninggalkan lokasi habitatnya yang telah dihuni beranak cucu sekian lama ke tempat yang lebih aman dan nyaman.
sejak saat itulah lokasi Istana kera itu berani didekati penduduk untuk mencari kayu bakar dan ditemukanlah tumpukan/susunan batu-batuan diantara semak belukar yang ternyata berbentuk struktur bangunan berundak-undak.
Sampai saat ini pun sesekali dalam waktu tertentu masih sering penduduk bertemu dengan hewan kera.
Candi ini dinamakan demikian karena penduduk setempat mempercayai bagian atas dari candi ini menyerupai Hanoman, tokoh pewayangan berwujud kera putih.
Masa pendirian Candi Kethek dapat diketahui dengan membandingkan temuan arca dan arsitektur punden berundak-undak dengan candi-candi di lereng barat gunung Lawu. Candi Kethek sangat mirip dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh. Waktu pendiriannya pun diperkirakan hampir sama dengan kedua candi tersebut yaitu pada sekitar abad XV-XVI Masehi.
Candi kethek menghadap ke barat dengan berbentuk teras berundak (4 teras) Masing-masing teras dihubungkan dengan tangga.
-Pada teras pertama terdapat struktur bangunan di sisi timur laut. Anak tangga paling bawah terdapat arca kura-kura
-Pada teras kedua dan ketiga terdapat dua struktur bangunan disisi utara dan sisi selatan.
-Sedangkan pada teras keemapt diperkirakan letak berdirinya bangunan Induk/Utama.
Bangunan berundak yang terdiri dari 4 teras |
Teras Keempat yang merupakan Bangunan Utama/Induk |
Pada saat tertentu disini digunakan bersembahyang oleh penduduk dusun Cetho yang mayoritas umat agama Hindu |
Tampak dari atas |
Tampak dari Atas |
Ekskavasi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa Candi Kethek merupakan candi Hindu.
Hal ini didasarkan pada temuan arca kura-kura yang merupakan simbol Dewa Wisnu, salah satu dewa dalam ajaran agama Hindu.
Arca kura-kura sering dikaitkan dalam cerita mhitologi agama Hindu yaitu cerita Samudramanthana,
cerita ini mengisahkan tentang pengadukan lautan susu untuk mencari Tirta Amerta, dengan demikian cerita Samudramanthana dapat menunjukkan fungsi Candi kethek sebagai tempat peruwatan untuk membebaskan seseorang dari kesalahan/dosa.
Hingga saat ini, penelitian mengenai Candi Kethek masih terus dilakukan, terutama untuk mencari prasasti atau artefak yang memberikan informasi mengenai tata letak candi.
Mungkin Candi kethek ini masih jarang diketahui karena memang tidak setenar Candi Sukuh dan Candi Cetho, juga letaknya yang kurang strategis dan promosinya yang tidak segencar candi-candi saudaranya tersebut, namun anda tidak akan menyesal menyempatkan diri mengunjungi candi ini.
alam yang sejuk dan indah, keheningan dan kejernihan hati dipadu kesakralan nilai sejarah peninggalan para Leluhur mampu menghipnotis kita untuk ingin kembali berkunjung ke Candi kethek setiap kali ada kesempatan.
awesome,
BalasHapussemoga saya di beri kesempatan untuk berkunjung kesini.
aamiin