Senin, 03 Februari 2014

Candi Cetho - Candi Peruwatan di Lereng Gunung Lawu


 
Candi Cetho

 Hai Sahabat , postingan kali ini saya ingin mengajak anda jalan-jalan dan berkunjung ke Candi Cetho berjarak 40 km dari Solo, masih di sekitar kawasan lereng barat gunung Lawu , melewati Kebun Teh Kemuning dan perkebunan sayuran milik warga yang terhampar hijau nan segar di kanan kiri jalan ,kita melanjutkan perjalanan dengan terus menanjak sampai pada ketinggian 1496 meter diatas permukaan laut, tepatnya di desa Cetho,kelurahan Gumeng,kec Jenawi,kab.karanganyar-Jateng.


Jika anda mengendarai kendaraan pribadi, pastikan keadaan kendaraan anda benar-benar fit ditunjang dengan skill pengemudi tingkat minimal advance ya :D , karena jalan yang dilalui walaupun sudah aspal dan halus namun tidak terlalu lebar, cukup menanjak dan pada beberapa bagian jalan terdapat tanjakan terjal dan tikungan tajam diikuti dengan tanjakan terjal lagi  (terbayang nggak? hehehe...)

Tapi... tenang saja semua rasa deg-degan itu sebanding bahkan lebih dari apa yang anda dapatkan di kawasan Candi Cetho, udara sejuk pegunungan, pemandangan yang indah juga aura spiritual yang sangat kental memberikan ketenangan dan kedamaian tersendiri bagi anda disini.


Tampak dari pintu masuk candi, rumah penduduk yang menjadi homestay didepan Kawasan Candi Cetho







Struktur bangunan candi yang berteras mirip punden berundak jaman pra sejarah. Komplek candi ini memanjang ke belakang dengan panjang 190m dan lebar 30m. 

Kesederhanaan bentuk candi Cetho mengingatkan kita pada Candi Sukuh.
seperti yang dipaparkan oleh arkeolog termashyur Belanda, W.F. Stutterheim, pada tahun 1930.
Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen.
#Pertama, kemungkinan pemahat Candi Cetho bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton.
#Kedua, candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi.
#Ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhan Majapahit, tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah. 


Komplek Candi Cetho memiliki 13 teras yang disusun meninggi ke arah puncak dan menghadap ke barat .
Masing-masing teras berupa halaman yang di lingkupi oleh tembok dan tangga menuju teras belakangnya.
yang dalam filosofi Hindu 13 teras tersebut dirangkum menjadi Tri Mandala atau tiga bagian susunan areal candi
1.Nista Mandala'
2. Madya Mandala
3. Utama Mandala

Tiga Mandala adalah konsep susunan kehidupan manusia dalam menyikapi suatu kehidupan di dunia,
dari LAHIR,HIDUP dan Mati



Loka Pertama ( Nista Mandala)




Pada saat kita masuk areal Candi Cetho dari pintu depan kita jumpai susunan batu berundak-undak berjumlah 35 anak tangga, kemudian akan kita temukan 3 buah arca wanita penjaga pintu masuk pada teras 1.

Kemudian kita lanjutkan naik ke teras II dan melewati 26 anak tangga, kemudian menapaki 7 anak tangga lagi kita akan temukan sebuah arca penjaga gapura bentar
Arca penjaga pintu yang tedapat pada teras I dan teras II

 Kemudian kita melanjutkan langkah kaki melewati 18 anak tangga dan sampailah pada Candi Gapura/Bentar. Konsep Gapura/Candi Bentar pada pintu masuk areal candi Cetho merupakan filosofi dari Hindu, yang merupakan proses seorang anak manusia yang lahir dari rahim seorang ibu diharapkan setelah lahir di dunia ini dapat berkarya terbaik dalam hidupnya dan harus menghormati juga taat pada orang tuanya.
Candi Bentar



 Loka Kedua ( Madya Mandala)



Madya mandala

Pada Lokasi Madya Mandala terdapat bangunan berbentuk bujur sangkar yang didalamnya terdapat Palinggih ( tumpukan/susunan batu berundak-undak dengan atap dari pohon kolang-kaling) Ini merupakan tempat yang disakralkan ,karena merupakan punden atau cikal bakal leluhur dari dusun Cetho yakni Eyang Krincing Wesi. 
Sampai sekarang setiap hari Anggoro Kasih atau Selasa Kliwon Wuku Mandosia, penduduk setempat yang mayoritas Hindu mengadakan upacara Pitrayadya ( Upacara untuk menghormati para leluhur) dengan kenduri bersama disini.

Papundhen Eyang Krincing Wesi


 Kita Lanjutkan perjalanan naik ke teras VII melewati sebuah gapura, disinilah kita dapat mengetahui waktu pendirian candi, latar belakang keagamaan ditanpilkan. 
Salah satu bentuk arca menggambarkan cerita Samudera Manthana dan Garudeya. Tokoh-tokohnya adalah garuda dan kura-kura yang diwujudkan dengan susunan batu diatas tanah berbentuk kontur burung yang sedang mengepakkan sayapnya, diatasnya terdapat arca kura-kura.
Selanjutnya terdapat arca Lingga yang bersentuhan dengan arca Yoni, arca disatukan dalam bentuk garuda.
Pengarcaan lainnya berupa susunan batu segitiga seperti bentuk gunung diatasnya menggambarkan sengkalan memet,
adalah tahun yang digambarkan dalam bentuk binatang atau tumbuhan, yang berupa:
3 ekor katak 
Mimi
Ketam
3 ekor kadal
yang menurut pendapat bernet kempers ahli kepurbakalaan Belanda merupakan sengkalan yang berbunyi:
Welut       = Angka 3
Wiku        = Angka 7
Anaut        = Angka 3
Iku/Mimi  = Angka 1
Sehingga ditemukan angka 1373 Saka (1451 M)
Susunan batu berbentuk Lingga-Yoni dan Segitiga
 Kita lanjutkan naik keatas akan dijumpai balok-balok batu yang terdapat relief-relief yang menggambarkan tokoh-tokoh dalam pewayangan seperti yang ada di candi Sukuh yang menceritakan tentang Sudamala. Sudamala adalah proses peruwatan Betari Durga oleh anak Pandu yaitu Sadewa sehingga menjadi Cantik kembali ( Dewi Parwati ) dan memperoleh kemuliaannya kembali.
Meruwat merupakan bentuk ritual untuk memulihkan kembali orang-orang yang terkena teluh atau kutuk ke keadaannya semula.
Suda : Mengurangi/membebaskan/menghapuskan
Mala: Kesialan dalam hidup/ energi negative dalam tubuh seseorang.

Dinding gapura teras VII terdapat prasasti dengan huruf Jawa kuno yang berbunyi:
"Peling pedamel irikang buku tirtosunya hawakira ya hilang"
Saka kalanya " Wiku Goh Anaut Iku"
Terjemahannya:
"Peringatan pembuatan buku tirto suryo badannya hilang"
yang dapat ditafsirkan peringatan pendirian tempat peruwatan atau tempat untuk menghilangkan (membebaskan) dari kutukan. 
Dan didirikan tahun 1937 Saka atau 1475 Masehi.
Tempat Ruwatan
 Pada teras ke IX dan X terdapat pendopo berbentuk joglo berbahan jati dengan atap sirap hasil pemugaran pada tahun 1975/1976 oleh Bapak Sudjono Humardani.
Teras IX dan X

Utama Mandala


 Teras yang ke XI terdapat enam bangunan terbuat dari kayu dengan atap ijuk yang didalamnya terdapat arca Sabdo Palon dan Naya Genggong yang asli masih utuh bentuknya.
Beliau berdua adalah abdi dalem sekaligus penasihat spiritual kanjeng Eyang Brawijaya V.
Arca Sabdo Palon dan Naya Genggong
 Teras yang ke XI,XII dan XIII adalah Mandala Utama atau areal paling utama, terdapat dua arca yaitu arca Phallus (Lingga atau kelamin laki-laki simbol dari Batara Siwa ) dan arca Kanjeng Eyang Brawijaya V, Raja Majapahit.
Siapakah Kanjeng Eyang Brawijaya V? Nama Brawijaya V adalah Bhre Kertabumi  masa pemerintahan beliau pada tahun 1468-1478 Masehi.
dilihat dari prasasti yang ada pembuatan tempat ruwatan tahun 1475 Masehi, ini menunjukkan bahwa Raja majapahit Bhre Kertabumi yang mendirikan candi Cetho sebagai tempat pendakian spiritual hidupnya dengan ajaran Shiwa Budha. ini terbukti lambang-lambang Shiwa yaitu Lingga dan Yoni.
Di candi induk terdapat arca Brawijaya V dan Lingga.
didalam rumah kayu terdapat batu petilasan Mpu Supo, beliau adalah seorang Mpu pembuat pusaka pada era pemerintahan Brawijaya V.
Arca Phallus dan Arca Kanjeng Eyang Brawijaya V

Bangunan pendopo dan Bangunan petilasan Mpu Supo
 Bentuk bangunan Candi induk sama seperti candi induk di Sukuh, mirip dengan peninggalan budaya Maya di mexico atau situs-situs di Peru, Amerika Selatan.
 begitu kita memasuki Candi induk merupakan puncak tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa atau bermeditasi.
Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.
Tampak samping Candi Induk

Tampak Depan Candi Induk

Tampak dalam candi induk tempat memanjatkan doa



  Dari aras tertinggi ini pemandangan tampak semakin indah dan menenangkan, aroma wangi sekar serono dan dupa membuat suasana semakin sakral dan menghanyutkan. Nampak pula Puri Taman Saraswati di bagian atas candi Cetho seperti menarik kita untuk kesana.
Baiklah sahabat Traveler, kawasan wisata candi Cetho ini kompleks candi paling recomended untuk anda semua, bukan hanya keindahan semata tapi kejernihan batin pun akan anda dapatkan disini :)


Tetap menjaga sikap dan turut menjaga/merawat benda purbakala dimanapun berada ya :)

Dari Candi Cetho kita bisa melanjutkan perjalanan ke Candi Kethek dan Puri Taman Saraswati yang masih berada dalam satu kawasan Wisata Cetho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar